Sekarang semua anggota all Star sedang berkumpul di markas mereka, menenangkan syaqil yang masih kalut dalam ke khawatiran.
"Bro makan dulu lah, Lo ga kasian sama perut Lo". Bujuk syaqil
"Gue ga laper".
"Ayolah bro, kasian si Daniel dari kemaren ikut ga makan".
"Iya qil, gue kan temen yang setia temen qil, Lo makan ya...".
"Tinggalin gue sendiri!".
"Tap-". Daniel yang hendak menjawab, dihentikan oleh sosok ketua mereka, Aldi. "Kalo itu mau Lo, kita duluan". Pamit nazwan dan Daniel. Hanya menyisakan Aldi yang hanya duduk memperhatikan syaqil dari jarak yang agak jauh.
Suara nontifikasi dari benda pipih milik syaqil membuat lamunan nya menjadi buyar, segera iya mengangkat nya, ternyata Zein ayah nya meminta dia untuk segera pulang kerumah, Zein bilang ada hal yang harus iya kerjakan.
Memang beberapa hari lalu Zein selalu memberikan pekerjaan pada syaqil, yang padahal syaqil tak tau cara menyelesaikan nya seperti apa.
Syaqil berbalik, menatap manik mata Aldi dengan lekat. "Gue balik!", Syaqil berjalan pergi meninggalkan Aldi tanpa menunggu jawaban.
***
Kini syaqil sudah tiba di sebuah rumah mewah, bak istana milik sang ayah.
"Dari mana saja kamu!".
"Rumah temen". Jawab nya lalu melewati Zein dengan mudah nya.
"Dimana anak pembawa sial itu? Bukannya kamu yang bawa?". Syaqil tersenyum miring saat mendengar tuturan kata dari ayah nya.
"Kenapa ayah bertanya kepada saya? Bukannya ayah yang buang dia?". Syaqil kembali berjalan tanpa menimpali decikan dari sang ayah.
"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI!!".
"Permisi tuan". Ucap seorang penjaga gerbang.
"Kenapa?".
"Ada surat untuk keluarga tuan". Zein menerima surat yang diberikan penjaga itu. "Baik lah kamu bisa pergi".
"Baik Tuan, saya permisi".
"Surat undangan pesta ulang tahun? Keluarga Anderson?". Zein melihat tanggal ulang tahun itu, yang sedikit membuat iya membelakan matanya."Kenapa persis seperti ulang tahun anak ku? Iya beberapa hari lagi Shifa berulang tahun.". Ucap Zein, "tapi kenapa bisa sama dengan anak Wiliam?". Lanjut nya.
***
" Bulan!" Panggil Varo saat melihat gadis itu sedang melamun.
"Eh kak Vano?".
"Gue Varo bulan, Lo mah inget nya sama Vano Mulu". Varo memanyunkan mulut nya, sekarang cowo itu terlihat imut di mata Shafa.
"Maaf kak, bulan kan ga tau".
"Dia belum terbiasa Varo". Timpal Vano lalu mengusap kepala Shafa.
Sekarang mereka sedang bersantai di depan danau, mereka baru saja lari pagi, tapi karna kelelahan, mereka mencari tempat yang teduh untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seni Itu Luka.
Dla nastolatkówManusia seperti apa yang disebut sempurna? Lalu bagai mana bentuk kesempurnaan dalam diri seorang mahluk bumi? Aku tak tahu, mengapa manusia begitu menginginkan kata sempurna, padahal kata itu Takan pernah mereka dapat. Sepertinya keinginan ku berb...