prolog.

36 2 1
                                    

Sebenarnya Cinta seperti apa yang kalian cari?
Bagai mana bentuk cinta sesungguh nya?
.
.
.

"Pemenang lomba melukis tingkat  SMP kali ini dimenangkan oleh" panitia menjeda kalimat selanjutnya, sedangkan para peserta dan guru yang bersama mereka terlihat tegang, berharap sekolah mereka akan mendapatkan juara pertama itu.

"Bu.." panggil gadis dengan memegang jaket berwarna biru di tangannya.

"Iya, kenapa?".

"Bu, kalo shafa-". Ucapannya terjeda saat mendengar ucapan dari panitia acara.

"Dimenang kan oleh Ananda Nanda Shafa Alanska.." tepukan tangan begitu terdengar jelas di telinga gadis itu.

"Aku? Menang?" Ucapnya dalam hati.

"Sha, kamu menang nak, hebat" ucap pak Rizal selaku kepala sekolah yang memang duduk di samping buk Sinta-guru seni sastra, sekaligus guru kesayangan Shafa.

"Terima kasih pak" ucap Shafa lembut, lalu memeluk Bu Sinta yang sudah tersenyum bangga ke arah Shafa.

Shafa, dan buk Sinta naik ke atas panggung dengan ke 2 anak yang sama hal nya memenangkan juara 2, dan 3.

"Kamu hebat selamat ya, salam kenal aku Desi" ucap Desi yang memenangkan juara ke 3 yang berdiri di samping kiri shafa.

Shafa tersenyum membalas Desi, "aku Shafa, salam kenal juga, kamu lebih hebat ko". Ucapnya. Lalu Shafa melirik ke arah kanan nya, namun bukan senyuman yang di dapat tapi umpatan kecil dari mulut gadis itu.

"CK, so banget si, entar juga gue yang diposisi itu". Gadis itu melirik Shafa dengan tatapan sinis nya, "denger ya, Lo ga akan menyandang gelas juara 1 lagi selama gue hidup" ucap nya sepertinya gadis itu ta main-main.

Shafa hanya menghela nafas panjang. Ia takut akan kembali membuat semuanya dari awal, benar-benar takut.

"Rumah seni itu milik ku, kamu tidak boleh mengambil nya" ucap Shifa saudara kembar nya, "tapi ayah membelikan itu untuk ku shif" ucap dua gadis itu yang sedang berebut kunci sebuah ruangan yang sering mereka sebut Rumah seni tempat dimana semua hasil karya keluarga mereka terpajang rapih disana.

"Shaf lepasin..." Ucap Shifa.

"Gak mau...ini milik ku!" Tanpa sengaja Shafa mendorong kakak nya itu dan naas terguling dari tangga atas. Sontak Zein ayah mereka yang baru saja membuka pintu berlari ke arah shifa dengan keadaan kepala yang mengeluarkan darah.

"SHIFA....Sayang..kamu kenapa shif, bertahan ya nak, ayah akan bawa kamu kerumah sakit" ucap Zein berlari ke arah mobil.

Sekilas Zein menatap Shafa dengan raut wajah yang menahan amarah kepadanya. "Ini salah ku" ucapnya pelan.

"Shafa!?" Panggil buk Sinta untuk kesekian kalinya.

"Ah i-iya Bu".

"kamu mau langsung pulang kerumah atau mau kesekolah?".

"Emm, ke rumah aja deh Bu, sekalian Shafa mau fokus belajar lagi buat ujian kelulusan bulan depan".

"Oh iya, sekali lagi selamat ya sayang....tetap pertahan kan"

Seni Itu Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang