sore ini

18 2 0
                                    

Malam ini Aldi masih tetap menunggu di ruang rawat, dia harus menjaga gadis itu sampai sadar, Aldi tidak ingin kejadian masalalu terjadi lagi.

"Bangun sha, gue mau minta maaf sama Lo, gue janji bakal lakuin apapun demi Lo sha, bangun sha".

"Adik gue sehat Al, Lo ga perlu nangis di depan dia kaya gitu". Tegur syaqil tak terima adiknya ditangisi seperti sudah tiada. Namun Aldi hanya diam tak menanggapi ucapan syaqil yang berdiri di sisi lainya.

Jari jemari Shafa mulai bergerak, "sha, kamu sadar". Sontak semua anggota inti yang berada di ruangan itu mendekat. Perlahan Shafa membuka matanya, menatap sekitar, terutama syaqil dan Aldi yang dengan erat memegang tangannya.

"Ka-kalian kenapa?kenapa ada disini?". Tanya Shafa. Aldi melihat sekeliling, pantas saja Shafa bertanya seperti itu, Aldi menatap para sahabatnya mengisyaratkan untuk keluar dari ruangan, hanya menyisakan syaqil, Shafa, dan dirinya.

"Kamu gapapa kan dek?". Tanya syaqil. "A-adek?maksud l-lo apa? Gu-gue- bukan adek Lo!". Shafa menghempaskan tangan nya dari genggaman syaqil.

"Kita udah tau identitas Lo, maaf kalo kita lancang". Shafa membulatkan bola matanya, sungguh?benarkah?sekarang tak ada lagi id ntitas bulan Dimata mereka, dia tamat sekarang rencana awalnya hancur.

"Maafin Shafa kak, maaf". Shafa menunduk menangis sejujur jujurnya, ia melepaskan semua airmatanya saat ini, dalam pelukan syaqil Shafa meluapkan semua rasa sedihnya. "Shafa takut, Shafa ga bisa buktiin kalo Shafa bisa kak, Shafa ingin menjadi seniman, Shafa ingin menjadi orang yang bisa memberi warna dihidup orang lain kak".

"Lo selalu jadi lampu buat orang orang yang Lo sayang sha, Lo lentera buat dunia ini". Aldi berucap sambil terus menatap lekat manik mata Shafa.

Shafa membalas senyuman aldi, "makasih Al, gue harusnya berterima kasih sama Lo, karna ini semua juga berkat Lo".

"Gapapa, apasih yang ga buat pacar cantik nya aku".

Deg!

Lagi lagi kata pacar Aldi ucapkan didepan nya, sebenarnya Shafa ingin bertanya apakah tembakan Aldi waktu itu benar atau hanya sekedar candaan. "Sejak kapan gue jadi pacar Lo". Ketus Shafa.

"Sejak Lo tk". Aldi tersenyum lalu keluar begitu saja. Shafa terdiam lalu menatap kalanya yang hanya diam sambil mengelus rambut Shafa.

"Maksudnya apa kak?".

"Gue juga ga ngerti, biarin ajalah". Shafa mengangguk membuang pikiran pikiran yang membuatnya pusing. Lalu Shafa teringat tentang Shifa. "Em, kak?". Panggil Shafa.

"Kenapa?hm?".

Shafa mengambil tangan syaqil yang tadinya mengelus rambut panjang Shafa, "Shifa gimana?". Seketika raut wajah syaqil berubah datar, "gue, gue belum pulang lagi semenjak Lo kabur".

Shafa menunduk, mengatur nafasnya dalam, ia tak berpikir sejauh ini, ia kira kakak nya akan tetap bahagia tanpa kehadiran dirinya.
"Maaf ini salah Shafa,kak Shafa pengen bicara sama kalian".

"Kalian?".

"Hm, sama Aldi juga, bisa?". Syaqil mengangguk, "yaudah gue keluar dulu ya,panggil Aldi". Syaqil keluar untuk memanggil Aldi. Tak butuh waktu lama, Aldi sudah datang dengan syaqil disebelah nya.

"Kenapa?". Tanya Aldi.

"Untuk kedepannya kalian bisa tutup mulut dulu tentang identitas Shafa dulu kan?". Shafa menatap lekat, berharap dua laki laki di depannya mengerti dengan keadaan nya sekarang.

"Kenapa? Lo ga-".

"Gue harus buktiin dulu sama ayah, gue pengen sukses dulu sebelum semua selesai, kalian bisa ngertikan?". Aldi dan syaqil saling pandang, lalu mengangguk bersama.

Seni Itu Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang