Sakit

4 0 0
                                    


Happy reading
🥀🤍

Sosok pria tampan sedang berdiri di depan UGD, menunggu Dokter yang menangani sang adik di dalam sana. Beberapa kali Varo mengangkat tangannya, berdoa meminta pertolongan atas kesembuhan adik nya.
Sampai lampu yang awalnya merah berubah menjadi hijau.

Varo berdiri menunggu salah satu dokter keluar dari sana. "Gimana keadaan adik saya dok?". Dokter menatap mata Varo sayu.

"Ada hal yang perlu saya bicarakan, mari". Varo mengikuti langkah Dokter itu.

"Ada apa dok? Apa ada hal serius?".

"Sebelumnya maaf, dengan berat hati saya sampaikan, bahwa adik dari tuan Varo terkena kangker otak stadium tiga".

DEG!!

Sesak? Sakit? Jantungnya kini berdegup begitu kencang, matanya mulai berkaca-kaca, menatap sang Dokter tak percaya. "Dokter becandaan?". Tanyanya sambil memasang senyum kecut.

Dokter Adnan menggeleng, " Mana mungkin saya berbohong tentang kesehatan orang lain".

Varo mengepal kuat, ia kesal, kecewa pada dirinya sendiri. Kenapa harus shafa? Kenapa harus adik angkat nya? Kenapa harus orang terdekatnya lagi! Pikirnya.

"Kenapa tuhan ngasih itu sama Lo! Kenapa gak ke gue! Kenapa!!". Teriaknya, gemetar sudah seluruh tubuhnya, kakinya tak mampu menopang badan kekarnya.

"Sabar var, kabarin keluarga Lo, mereka pasti khawatir".
Adnan berusaha menguatkan teman nya itu. Ya Adnan adalah teman Varo, lebih tepatnya Adnan adalah kakak dari mantan pacarnya, tapi karna sebuah kecelakaan, gadis yang berstatus pacar Varo itu meninggal ditempat, dan karna itu juga, kepribadian Varo sangat jauh dengan Vano.

Vano yang selalu kasar, berbeda dengan Varo yang selalu lembut, Varo selalu merasa bahwa semua orang disekelilingnya begitu berarti, tapi entah kenapa hampir setiap orang yang dekat dengannya selalu mengalami musibah.

"Dokter, pasien atas nama bulan sudah siuman". Beritahu suster yang baru saja memindahkan Shafa ke ruang inap.

"Thanks gue balik dulu". Pamit Varo.

***

Shafa menatap takut kearah Varo. "Kakak...".

"Kenapa? Ada yang sakit?". Tanya Varo menahan isak.
Shafa menggeleng, menggigit bibir bawahnya, "kak varo denger apa dari dokter?".

Ekspresi wajah Varo seketika berubah lebih datar, "kenapa kamu tutupin sakit kamu? Sejak kapan kamu sakit?".

Shafa menatap Varo tak percaya, selesai sudah rahasia yang sudah ia tutup-tutupi dengan rapat. "Kak aku_

"Kamu itu adik kakak bulan, kenapa? Kenapa gak bilang kakak? Kakak takut kehilangan kamu lagi, kakak gak mau kamu ninggalin keluarga anderson yang kedua kalinya, meskipun kamu bukan adik kandung kakak, kakak sayang sama kamu, kamu bakal tetep jadi adik kakak Shafa, seharusnya kamu bilang sama kakak". Lirik Varo dengan isakan nya.

Shafa ikut menangis, merutuki kebodohannya, "maaf kak, maaf...bulan salah hiks...maaf".

Varo memeluk adiknya kuat. "Tolong sembuh ya, kakak gak mau liat kamu sakit". Shafa mengangguk menanggapi, meskipun kecil kemungkinan atau malah tidak ada sama sekali baginya untuk sembuh, Shafa sangat ingin merasakan kasih sayang nya untuk beberapa waktu.

Seni Itu Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang