Affair | 05

3.8K 255 21
                                    














Gaby lari sekuat tenaga didalam kegelapan tiba-tiba saja mata rabunnya itu berfungsi melihat ruang disegala sisi. Gaby menangis sekuat tenaga namun samar didengar karena beradu dengan derasnya hujan diluar juga petir yang menggelegar. Gaby kesana kemari berusaha membuka pintu-pintu yang ia lewati yang kemungkinan bisa terbuka dan jadi tempat persembunyiannya namun naas satu pintupun tidak ada yang bisa.

Gaby menoleh kebelakang mendapati Jeffrey yang jalan santai mengikutinya dibelakang dengan kekehan. Gaby kalut sedikit mendobrak satu-satunya pintu lantai bawah yang tersisa disudut ruang. Namun sial, lagi-lagi terkunci. Nafas dan tangisnya beradu hingga ia tak mampu berkata apa-apapun lagi terlebih Jeffrey kini menariknya membuatnya berteriak ketakukan. "LEPASIN GABY HIKS! GABY MOHON!"

Bukannya kasihan dengan seringaiannya itu Jeffrey mencium paksa Gaby lagi kali ini dengan paksaan di sudut ruang. Menekan tubuh gadis itu dengan kedua tangan kekarnya. "STOP GABY BILANG STOP!"

Gaby berusaha membuang pandangan ke kanan dan ke kiri menolak ciuman abang iparnya itu dengan tangisan menderu namun naasnya penghindarannya itu sia-sia karena setiap Gaby menolak Jeffrey selalu dapat memanggut bibirnya dengan paksa. Tubuh gadis itu gemetar memukul tubuh kekar Jeffrey keras namun itu tidak mampu membuat pangutan pria itu lepas sementara nafas Gaby sudah tidak normal lagi.

Gadis itu sesak akan ciuman paksa itu ditambah lagi hidungnya sesak akibat tangisannya. Dengan keberanian Gaby mengigit bibir Jeffrey dan ciuman terlepas disusul decakan Jeffrey yang kesakitan. Nafas berat itu berlomba-lomba menatap Gaby yang sekarang kabur entah kemana. Seringaian Jeffrey semakin lebar, ia seolah-olah menikmati aksi kabur-kaburan Gaby seperti rusa yang lari menghindari mautnya.

"Gabyku sayang, suka Mas kasarin hm?"guman Jeffrey turut berlari sedikit mengejar Gaby.

Nafas Gaby tersendat, rambut pendek nya kini berantakan dengan gaun nya yang sudah robek sedikit. Ia memukul pintu keluar kuat namun ternyata terkunci. Beralih pada jendela namun semua jendela tidak juga bisa dibuka. Gaby sudah kehabisan tenaga sekarang, ia takut. Benar-benar takut sampai tangisannya sudah tidak ada air mata lagi. Ia tidak menyangka hal ini terjadi. Ia menoleh kesana kemari berusaha mencari benda keras yang sekiranya bisa memecahkan kaca rumah ini namun tidak ada satupun benda keras seolah-olah semuanya sudah direncanakan.

Bagaimana bisa semua pintu dan jendela rumah terkunci kalau tidak sengaja dilakukan oleh orang lain. "Gabyku sayang? Udah bisa keluar?"kata Jeffrey pria itu terkekeh diujung.

Gaby berbalik mundur cepat hingga terpojok disudut jendela. "Udah ya lari-lariannya, nanti cape."

Gaby menggeleng. "Pergi!"

"Loh kenapa harus pergi? Ini rumah saya."

"AKU BILANG PERGI!"

Teriakan Gaby menggelegar bersamaan dengan kilat yang memantul dari jendela. Jeffrey terus maju menyugarkan rambutnya menatap Gaby yang menggelengkan kepalanya sembari meneriakinya keras. Jeffrey memang gila, entah kenapa teriakan Gaby justru membuatnya bergairah.

"TOLONG HIKS! AKU ADIK IPAR MU MAS! PIKIRIN MBA CACA! PIKIRAN KALILA!"

Gaby fikir hal-hal semacam itu bisa membuka sedikit hati pria itu namun bukannya terbuka pria itu malah tertawa keras. "Aku gapeduli Gabriella."

Pyar! Sesaat selangkah lagi Jeffrey mendekat Gaby sepontan memukul dengan Vas bunga hingga pecah dan melukai dahi Jeffrey. Jeffrey tertawa keras merasakan darah mengalir dari dari dahinya hingga ke pipi. Sedikit mengusapnya menatap Gaby yang kini gemetar akibat berani melukai dahinya. Tapi tidak masalah, Jeffrey anggap itu perlawanan yang manis hingga sesaat setelahnya ia menelanjangi dirinya sendiri lalu menarik Gaby kuat. "ENGGAK!"

[ADULT] AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang