Affair | 06

3.4K 260 21
                                    












Sudah dua hari sejak peristiwa pemerkosaan itu terjadi dan sejak saat itu juga Gaby mengurung dirinya dikamar. Ia memilih mengambil cuti sakit padahal dirinya baik-baik saja. Namun mentalnya belum siap untuk berhadapan dengan dunia luar yang kejam. Gaby takut, ia merasa dirumahnya saja tidak aman sekarang apalagi diluar. Entah setan-setan mana lagi yang berusaha merusaknya baik mental ataupun tubuhnya.

Dering ponselnya berdering, Gaby yang masih sibuk melamun menatap jendela pun meraihnya. Freya, teman barunya yang mencoba menghubunginya sejak semalam namun Gaby menolaknya terus menerus karena takut Freya bertanya-tanya kenapa wajahnya pucat pasi. Freya menoleh menatap kaca rias dikamar memastikan wajahnya tidak mencurigakan hingga menimbulkan pertanyaan. Ia semula ragu pun memutuskan mengangkat panggilan Video itu sekarang.

"GABY!"

Gaby sedikit terkejut tersenyum lebar mendapati Alana dan Freya serentak menyapanya. "Loh kalian berdua ngapain? Kok gak ajak aku."

"Is mana ada gak ada ngajak, Gab. Kamu susah dihubungi dari kemarin, kamu sibuk ya? Banyak pasien?"

Gaby tersenyum getir dengan samar kemudian menggeleng. "Enggak sibuk kok, cuma emang lagi repot diruang ICU kemaren jadi gasempet ngangkat."

"Sayang banget, Gab. Kamu liat pemandangan di Bali indah banget!"heboh Alana disebrang.

Gaby terkekeh menatap kedua gadis itu berlari-lari berusaha menunjukan padanya seindah apa disana. "Iya iya deh yang liburan, tapi jangan larian dong Gaby pusing liatnya."

Kedua gadis itu berhenti lalu ketawa canggung. "Entar kapan-kapan Gaby ikut liburan bareng ya, gaseru tau gada Gaby."kata Freya diangguki Alana.

"Iya pasti nanti kita liburan bareng kok. Siapin aja dana sekarang entar havefun ke hawai kit-tunggu sebentar."sahut Gaby ia menoleh pada pintu yang diketuk. "Guys maaf banget ya aku tutup dulu vc nya, kita lanjut via chat. Aku dipanggil kak Caca soalnya."

Freya dan Alana mengangguk berpamitan dengan Gaby dengan lambaian tangan mereka lalu panggilan video itu tertutup. Gaby bangkit dari ranjang menuju pintu kamarnya yang diketuk berkali-kali. "Gaby bilang taruk aja makannya depan pintu bik, nanti Gaby.. ambil."

Gaby terdiam menatap Caca yang bersedekap didepan kamarnya yang ia pikir Bibik tadi. Gaby lalu menunduk tiba-tiba dadanya sesak menatap mata kakaknya itu, kakak tersayangnya. "Kamu kenapa ngurung terus di kamar, Gab? Kamu sakit?"

Gaby mendongak menatap Caca sebentar kemudian menggeleng. "G-gaby cuma kecapean Mbak, jadi butuh istirahat."

Bohong, untuk pertama kalinya Gaby bohong pada kakaknya itu. Caca menghela nafas, mengelus bahu Gaby pelan. "Kamu boleh istirahat tapi jangan ngurung gitu, Gabriella. Seenggak kamu ikut sarapan dibawah, sekarang ikut Mbak turun. Mbak gaterima alasan capek kamu itu, sarapan ke bawah gak bikin kamu capek. Udah ayo!"

Gaby ragu menatap pada tangannya yang di genggam Caca. Gaby benar-benar ingin menolaknya namun Caca memintanya dan Gaby tidak akan pernah bisa menolak itu. Alhasil gadis itu mengangguk pelan. "Iya Gaby turun, tapi Gaby ganti baju dulu."

Caca mengangguk saja. "Yaudah, Mbak duluan. Jangan gak turun ya, Mbak sama Masmu tunggu dibawah."

"M-mas Jeffrey?"

Caca mengernyit. "Ya iya, emang Masmu yang mana lagi? Udah buruan jangan banyak tanya, awas kamu gak turun ya,
Gab."

Gaby pucat pasi menatap punggung Caca, ia takut. Benar-benar takut, hingga tangannya gemetar sekarang. Gaby menarik nafas panjang berusaha menenangkan kepanikan nya dan memutuskan untuk cepat ganti pakaian sementara pikirannya melalang buana entah kemana.

[ADULT] AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang