Affair | 08

3.2K 273 29
                                    








Rumah sakit selalu sibuk dengan pasiennya , tidak pernah tidak ramai. Gaby baru selesai bersalaman dengan pasien yang pamit setelah selesai konsultasi padanya. Hari ini tidak ada jadwal operasi ia hanya sibuk santai menunggu pasien lain yang hendak konsultasi setelah sebelumnya menentukan jadwal konsultasi padanya.

Gaby menarik laci lalu meriah ponselnya. Mencek pukul berapa lagi pasiennya datang untuk konsultasi. Sampai ketukan pintu mengganggu fokusnya. "Masuk."titah Gaby.

Orang itu masuk. "Dokter Gaby, boleh minta waktunya sebentar?"

Gaby langsung berdiri. "Loh Mbak Janet?"

Janetta tersenyum lebar lalu masuk cipika-cipiki dengan Gaby. "Ganggu ya?"

"Enggak lah Mbak, kebetulan jam segini jadwal konsultasi kosong. Mbak mau ngisi?"

Janetta bernafas lega. "Untung aja kosong."

Janetta tersenyum lebar setelah mengatakan itu membuat feeling Gaby tidak enak. Gaby pun menyentuh tangan Janetta lembut. "Mbak.."

Janetta menggeleng namun matanya berkaca-kaca. "Jangan kasihanin Mbak, Gab. Mbak capek, Mbak capek sama penyakit ini. Kalo boleh bisa gak langsung mati aja?"

"Ya Tuhan Mbak, apaan coba Mbak ngomong kayak gitu. Gada yang tau kuasa Tuhan."

Janetta menggeleng lagi. "Tuhan pun lepas tangan kalau kanker stadium 4, Gab."

Gaby sedih ia berdiri memutari meja kerjanya laku memeluk Janetta membuat wanita itu menangis. "Mbak takut, Gab. Semua usaha udah Mbak lakuin untuk sembuh tapi gada yang berhasil bahkan kamu berusaha mati-matian juga nyembuhin Mbak. Rekomendasi Dokter ahli pun kalau takdir Tuhan nyuruh Mbak cepet mati, ya mati."

Gaby mengelus punggung Janetta menyadari tangisan pilu wanita itu berusaha menenangkannya. Janetta melepas pelukan lalu bergerak melepas wig yang ia kenakan dan tersisa rambut aslinya yang hanya tersisa sedikit hingga kulit kepalanya kelihatan. "Kamu lihat, apalagi yang tersisa dari diri Mbak selain wajah yang tidak menua? Gada."

Gaby menunduk ingin menangis namun support sistem untuk Janetta adalah hal yang terpenting sekarang. Janetta mengusap kasar air matanya lalu beralih menggenggam tangan Gaby. "Jadi sebelum itu terjadi, Mbak mohon Gab. Tetap disisi Jeffrey dan Risa jadilah orang yang mendukung mereka lebih dari apapun. Mbak lelah sama semuanya Gab, cuma kamu satu-satunya orang yang Mbak percaya lebih dari apapun."

Gaby terdiam ikut meremat tangan Janetta. "Gimana bisa gitu Mbak? aku simpanan Mas Jeffrey. Bukan penyokong, aku lebih cocok disebut perusak rumah tangga kakak sendiri."

Janetta menatap itu tidak suka. "Jangan percaya dengan wajah malaikat Caca, Gabriella. Kamu baru ketemu dia sementara Mbak udah dari dulu, jangan ketipu sama perangainya itu atau kamu akan jatuh lebih dalam."





°°°





Jeffrey memarkirkan mobilnya disalah satu restoran mewah yang cukup jauh dari rumah. Sementara Gaby celingukan dia parno makan diluar dengan statusnya sekarang. Bagaimana jika ada orang yang tahu?

"Mas, ini terlalu terbuka untuk kita makan."

Jeffrey melihat saja tanpa menjawab malah keluar dari mobilnya lalu memutar membukakan pintu mobilnya untuk Gaby. "Ini restoran punya temen Mas, Gabriella. Apa yang kamu takutin? Ayo."

Gaby ragu dengan gugup meraih tangan Jeffrey lagi-lagi matanya mengedar kesana-sini mengikuti langkah lebar Jeffrey karena pria itu masih menggenggam tangannya seperti enggan melepasnya. "Selamat datang Bapak/Ibu ada yang bisa saya bantu?"

[ADULT] AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang