Affair | 10

2.4K 326 36
                                    

V/N : VOTE DULU!







Jeffrey sibuk berkutat dengan selembaran map sesekali melihat layar monitor laptop di mejanya. Pekerjaan benar-benar menumpuk setiap harinya dan Jeffrey sudah terbiasa dengan itu. Malah akhir-akhir ini semangat kerjanya meningkat karena hasrat yang sebelumnya tidak terpenuhi kini terpenuhi dan berdampak besar pada mood kerjanya.

Pria itu tersenyum kecil ingat ciuman hangat yang Gaby berikan pagi ini. Sialan, Jeffrey harus memberikan dunianya pada Gaby agar gadis itu tidak bisa lari kemanapun dan hanya berdiam diri dirumah. Kalau perlu gadis itu juga tidak bekerja, hanya duduk diam menikmati segala fasilitas yang ia berikan dan melayaninya setiap malam. Sisi gelap yang hanya mampu Jeffrey pikirkan didalam otaknya karena melakukan itu untuk sekarang itu sebuah ketidakmungkinan dan penuh pertimbangan terlebih lagi Gaby bukanlah sosok yang begitu penurut tanpa ancaman.

Brak.

"Maaf Pak, ibu ini maksa masuk dan ngaku-ngaku jadi istri Bapa-"

"Emang saya istrinya, lepasin!"

Senyuman manis itu luruh seketika, mengkode sekretarisnya untuk keluar lewat tatapannya dan segera dituruti. Pntu tertutup, Jeffrey kembali sibuk dengan laptopnya mengabaikan figur Caca di depannya. "Mas! Kamu apa-apaan gak ngasih tau orang-orang kalo aku ini istri kamu? Aku malu diusir paksa, padahal aku istri yang punya perusahaan."

Jeffrey diam membuat Caca kesal. "Kamu denger gak sih Mas? Aku gamau tau kamu harus kasih tau ke semua orang kalo aku ini istri kamu jadi gada lagi drama aku diusir kayak gini."

"Bukannya ini yang kamu mau, Gresia? Ini sesuai kesepakatan yang ada kalo kamu lupa."

Caca menggeleng. "Sejak kapan kita buat kesepakatan ini, Mas? Aku cuma bilang hubungan kita harus lebih privasi, jadi maksud kamu semua orang gatau gitu?"

Jeffrey baru menatap Caca sembari bersandar pada sandaran kursi. "Setelah dipikir-pikir ini privasi yang bagus kok. Jadi image aku masih terjaga dengan fakta bahwa kita nikah karena ketidaksengajaan malam itu. Bisa aja kalo dipublish waktu itu, yang diserang bukan aku Ca tapi kamu. Kamu lupa beribu cara kamu lakuin untuk bisa jadi istri saya sampai masuk berita dan dijuluki si penguntit matre?"

Caca terdiam membeku tanpa kata hanya menatap Jeffrey dalam diam. "..menurutmu kalo orang-orang tau, respon mereka akan bagus? Enggak Ca, kamu pelacur beruntung yang saya nikahi saat itu."

"Itu karena aku hamil anak kamu, darah daging kamu."

Jeffrey berdecih dengan senyum miring kembali berkutat dengan laptopnya. "Sekarang bilang apa tujuan kamu kesini, Ca? Untuk pertama kalinya."

Caca berdehem lantas meletakkan Blackcard dimeja kerja Jeffrey, Jeffrey melirik sebentar. "Terus?"

"Kenapa kamu blokir Blackcard yang udah kamu kasih ke aku?"

Jeffrey menggaruk ujung hidungnya dengan senyum miring. "Sejak kapan itu jadi hak milik kamu, Gresia?"

"Sejak kamu kasih ini ke aku, sekarang aktifin lagi kartunya Mas aku mau belanja keperluan Kalila."ujar Caca santai, Jeffrey menatap saja.

"Untuk keperluan Kalila, aku sendiri bisa penuhin tanpa perantara kamu."

Caca menatap itu tak percaya. "Apa? Kamu gatau apa-apa aja yang dibutuhin Kalila Mas."

"Aku bisa minta tolong Gaby ambil alih, kayaknya dia lebih paham anak kamu dibandingkan kamu sendiri."

"Gaby? Kenapa jadi Gaby, Mas? Aku ibunya."

[ADULT] AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang