2th

69 9 3
                                    

menjadi orang ketiga dalam hubungan seseorang....mungkin terdengar sangat jahat dan tidak etis bagi sebagian orang, begitu pun dengan jihan sendiri.

ia sering kali merasa bersalah, dan sering kali mencoba lepas dari pria yang menyandang status sebagai kekasihnya, sekaligus kekasih dari orang lain.

"jihan, siang nanti aku kerumah mu"

ucap jeff dibalik telpon, jihan yang mendengar hal tersebut tak dapat menyembunyikan senyumnya, pasalnya ia dan sang kekasih sering kali sulit untuk bertemu.

jihan pov

"apa aku keterlaluan ya?"
ucapku dalam hati, siapa yang tak gundah apabila harus berbagi kasih dengan perempuan lain?

ia menepis segera pikiran itu, dan segera bersiap untuk menyambut sang kekasih.

saat sedang bersiap, telpon genggam miliknya bergetar, dan ada pesan masuk dari sang kekasih.

"astaga, badan doang gede jeff jeff"
jihan masih terpingkal atas tingkah laku sang kekasih, se menyenangkan ini Jeffrey.

setelah bersolek dan menyajikan beberapa hidangan sederhana, tak lama pintu rumah jihan terbuka, siapa lagi kalo bukan jeff.

ia segera menghambur ke pelukan sang kekasih dan mencium ceruk leher sang kekasih.

"i miss u ji, i miss u so bad"

"i miss u too, tapi sayang dilepas dulu sebentar yaa"

jeff terkekeh mendengar ucapan sang kekasih, ia pun segera melepaskan pelukannya.

"nugget nya mana? biar aku goreng sekalian"

jeff menyerah kan titipan sang kekasih, dan segera membantu untuk mengeluarkan belanjaan yang dia beli.

"astaga, ini kok snack nya banyak banget? kamu mah kebiasaan"

jeff hanya tersenyum, lebih mirip cengiran daripada senyuman, ia pun segera bangkit dan memeluk sang kekasih dari belakang.

"udah dong sayang, marah-marah terus. ini kita baru ketemu lho"

ucap nya sembari terus mengecup tengkuk leher sang kekasih.

jihan yang mendengar ucapan dari lelaki itu hanya bisa menghela nafas dan melanjutkan aktifitas nya.

setelah aktifitas memasaknya selesai mereka pun segera menghidangkan makanan yang telah mereka buat bersama. ah, ralat makanan yang jihan buat, pasalnya daritadi jeff hanya memeluknya dan mengganggu nya.

mereka menikmati hidangan yang telah dibuat dengan hikmat, namun saat sedang menikmati momen itu, satu telpon masuk di handphone Jeffrey.

"naya"

satu kata aja, sudah membuat mood jihan turun dan murung seketika. ia tidak pernah menikmati momen saat dengan kekasihnya, pasalnya setiap kali mereka sedang menikmati waktu berdua, naya kekasih jeff yang sudah memadu kasih selama dua tahun lamanya selalu menghubungi nya tanpa henti.

seperti sekarang, jeff sedang menjelaskan bahwa ia sedang sibuk dengan pekerjaan nya.

diseberang sana terdengar,

"sibuk apa kamu sampe ga ngabarin aku jeff?"

jihan seketika merasa bersalah, ia tau bahwa seharusnya ia tidak melakukan ini, namun apa yang mampu ia lakukan? jeff selalu bisa menemukan nya dalam kegelapan, tak peduli seberapa banyak pun jihan mencoba.

setelah telpon berakhir, jeff kembali menghampiri sang kekasih dan mengelus pipinya dengan sayang.

"maaf ya? naya lagi rewel banget"

jihan hanya bisa mengangguk dan tersenyum.

"gak apa, dilanjut dulu makannya"

jeff mengangguk, dan kembali melanjutkan aktifitas nya.

dalam lubuk hatinya, ia merasa bersalah pada kedua gadis itu, ia sadar bahwa bukan hanya naya yang tersakiti, namun begitu juga dengan jihan.

"aku aja yang cuci piring, kamu tunggu dikamar"

ucap jeff saat sang kekasih hendak membersihkan.

jihan hanya mengangguk tanpa kata dan segera memasuki kamarnya.

"apa ini saatnya? aku gabisa terus kaya gini"

jihan gundah, di satu sisi ia sangat mencintai dan menyayangi sang kekasih. namun, di satu sisi ia juga terus dihantui rasa bersalah.

"hey, kok bengong?"

jeff menepuk pundak sang kekasih, ia terlihat bingung dan gelisah sedari tadi.

"jeff, ada yang mau aku bicarain"

"come here"

ia menepuk kasur tepat disebelahnya.

"jeff, aku..."

"hm? whats that?"

jihan meneguk ludah kasar, ia mencoba untuk menenangkan dirimu sendiri.

"jeff, i think we need to break up"

jeff yang mendengar nya menukik kan alis tak suka dan memandang tajam sang kekasih.

"kenapa tiba-tiba?"

jeff menangkup wajah sang kekasih dengan satu lengannya.

"remember jihan, aku gaakan pernah lepasin kamu. kemana pun kamu pergi aku bisa menemukan kamu dengan mudah nya"

"did u understand that?"

jihan hanya bisa mengangguk pasrah, ia tau akan seperti ini, ia tau ia tidak bisa lepas dari jangkauan nya.

"aku sayang kamu jihan, more than u know."

ia memeluk sang kekasih, menangkupnya dalam pelukan hangat dan penuh kasih.

"aku juga sayang kamu, tapi sampe kapan aku harus terus mengalah jeff?" ucapnya sembari menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang kekasih.

jeff yang mendengar hal tersebut tentu merasa pilu, ia tau jihan banyak mengalah dan mengerti, ia selalu mengalah dan mengingat akan posisinya.

"segera sayang, kamu mau kan nunggu sebentar lagii aja? ya?"

ia menangkup wajah sang kekasih, mencium seluruh permukaan wajahnya berkali-kalu sebagai tanda sayang.

"aku mau, aku mau tunggu kamu jeff"

Jeffrey yang mendengar hal itu tersenyum, ia mengecup bibir ranum dari sang kekasih berkali-kali karna gemas.

"iihhh, basah ah kamu ciumin terus"

jihan mengusap pipi dan bibirnya yang sudah basah akibat ciuman beruntun dari sang kekasih.

"biarin aja, aku cium cium terus"

ia dengan dengan sengaja mencium pipi sang kekasih dengan brutal, meskipun sang kekasih menunjukan ekspresi tak bersahabat sekarang ini.

short story jihyo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang