1. SELAMAT TINGGAL SALATIGA

152 19 0
                                    

Selamat membaca...

Sebelum lanjut, aku mau cerita sedikit terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum lanjut, aku mau cerita sedikit terlebih dahulu. Sekarang aku berada dikamar tepatnya dilantai dua. Dirumah Semarang, 25 menit dari kota Salatiga. Sudah 24 tahun aku menetap disini. Aku mercoba aktif mengikuti kegiatan organisasi kesenian yang ada disini.

Mataku menatap layar laptop, mencoba menuangkan semua jurnal milikku. Ditemani roti tawar dan susu jahe yang masih mengepul menjadi menu special didinginnya sore hari ini. Alunan musik Let me die sudah berputar 5 kali.

Baru saja Ibuku menyusulkan beberapa jeruk kesukaanku. Mengupaskannya dan meletakkannya dimangkok putih. Dan mengatakan "Jangan paksakan dirimu dengan itu." sepertinya Ibu mengetahui apa yang sedang aku lakukan sekarang. Aku diam tak menjawab. Sejujurnya, aku sendiri tidak yakin kalau aku bisa menyelesaikan tulisanku ini. Terlalu berat untukku, menuliskan kisah diriku sendiri. Seperti membuka luka lama kembali. Akan aku coba ditahun ini. Jika aku gagal, akan aku coba sampai aku berhasil.

Kata Ayah, tidak ada usaha yang berakhir sia-sia. Dengan begitu, aku mencoba bangkit terus dan menerus demi membangun semangatku untuk menyelesaikan ini semua.

Dalam jurnal yang aku pegang sekarang hanya ada catatan pendek mengenai hari-hari, yang didalamnya sudah tertera tanggal dan keterangan tempatnya. Beberapa potret juga tertempel disana.

Aku baca ulang kembali. Aku baca, aku pahami, aku selami. Aku akan mengubahnya menjadi sebuah cerita novel yang akan terus abadi sampai aku mati. Aku akan terus hidup didalam buku dan hati para pembaca ku.

Mari kita mulai ceritanya____

* * *

Kelahiran dan kematian adalah sebuah kenyataan yang pasti akan terjadi di setiap manusia. Diiringi tangis yaitu tangis suka dan tangis duka. Aku perlu menyiapkan diri untuk terlahir ke dunia. Menjadi burung lalu terbang berpetualang dengan bebas atau menjadi ikan yang akan menyelam tanpa batas?

Selanjutnya, mengenai hidup ku. Apakah aku seperti karang yang berdiri tegak ditengah pantai atau aku seperti ombak yang mengikuti angin menuju tepi pantai?

Dipenghujung tahun 2000. Tepatnya pada tanggal 02 Desember. Malam ini adalah malam terakhir aku berada didalam rahim ibuku.
Rahim yang merawatku.
Rahim yang menguatkanku.
Rahim yang menjagaku .
Rahim yang memelukku.
Rahim yang memberikan ku ruang untuk hidup.
Rahim yang menjadi rumah pertamaku.

Jika aku terlahir. Apa dunia sehangat dan senyaman rahim ibuku? Apakah dunia tempat banyaknya kasih sayang dan cinta?

Selayaknya seperti orang-orang pada umumnya. Menyambut kelahiran buah hati dengan penuh kebahagiaan. Semuanya menunggu kedatangan malaikat kecil, memecah keheningan dalam sunyinya langit malam. Generasi yang diidam-idamkan akan segera hadir dengan terlahir kedunia. Mengubah kegelapan menjadi penuh warna. Mengubah langit kelabu menjadi biru. Semuanya menyambut dengan hangat, penuh tangisan kebahagiaan dari keluarga. Biasanya baju-baju lucu dipersiapkan jauh-jauh hari, tertata rapi di meja dan juga almari. Tidak lupa pula, Nama yang indah sudah dicatat di langit malam penuh doa dan harapan masa depan. Pelukan pertama dari Ayah akan didaratkan ditubuhnya. Senyuman bunda adalah lukisan pertama yang kita lihat ketika mata terbuka.

Lantas kenapa bayi harus menangis ketika dilahirkan sedangkan semuanya menyambut dengan hangatnya kebahagiaan? Apa mungkin dunia tidak sesuai dengan yang di harapan?

Pagi hari, tepat dirumah sakit Kota Salatiga pada 03 Desember tahun dua ribu, dimana musim dingin masih melanda. Daun-daun basah terlihat dari balik jendela. Becek dimana-mana, genangan air belum kering menandakan hujan baru saja usai. Apa benar, pelangi akan setia datang ketika langit berhenti menangis?

Diruangan bersalin paling pojok, jam dinding menunjukkan pukul setengah empat pagi. Aku dilahirkan. Bayi mungil yang tengah digendong pria tua adalah aku. Dengan bobot 2,5kg dan panjang 44Cm. Dikenakan bedong berwarna biru muda. Didalam pelukan aku menemukan sebuah ketulusan, kenyamanan, dan hangatnya kasih sayang.

Kini diruangan hanya ada Aku, Ibu, Nenek dan Kakek. Ayahku tidak menyambut kedatanganku. Tidak ada Ayah di moment berharga itu. Seharusnya Ayah berada disisi Ibu, menguatkan Ibu didetik-detik mempertaruhkan nyawa. Mendekapkan pelukan hangat seperti Kakek memelukku.

Sejak awal, Ayah dan Ibuku tidak sejalan. Mereka memiliki hidup masing-masing. Ibu adalah sosok wanita yang sebelumnya tidak memiliki ikatan sebuah pernikahan dan Ayah adalah sosok pria yang sudah memiliki keluarga.

Dari sini sudah tampak jelas, bahwa jalan ceritaku sudah berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Biasanya disambut dengan Ayah dan Ibu. Aku tidak seperti itu. Penuh kekacauan sebelum aku terlahir . Tapi, aku tidak mempermasalahkan hal itu. Semuanya tetap balik ke garis takdir manusia. Aku hanya berharap aku akan tumbuh berkembang dan terus maju kedepan.

Dulu jika tidak ada kakek mungkin aku sudah tiada sebab ibuku sendiri ingin menggugurkanku. Diwaktu bersamaan, ketika Ibuku mengandung, Ibu sedang mengalami sakit parah ditambah depresi yang datang akibat trauma, membuatnya setiap hari harus mengonsumsi obat guna mempertahankan hidup. Ibuku adalah korban pemerkosaan dibawah umur pada tahun 2000. Dengan begitu ibu harus putus sekolah, dan sejak saat itu Ibu beranggapan masa depannya telah usai. Perasaan Ibu semakin sakit sebab surat pernyataan pertanggung jawaban hanya lembaran kertas dusta. Tanggapan-tanggapan masyarakat dikala itu sangat sadis. Ibu yang menjadi korban selalu mendapatkan perilaku buruk dan kecaman masyarakat. Mulai dari lembaran pertanyaan yang merusak psikisnya sampai lemparan batu yang melukai fisiknya.

Akibat itu semua. Ibu memutuskan untuk pergi meninggalkanku lalu melenyapkan dirinya tanpa jejak.

Dengan kalung mutiara yang setia melingkar di leher, ini adalah buatan Ibuku. Dan kertas yang menempel dipunggungku. Kertas itu bertuliskan

"AKU MENITIPKANNYA KEPADA SEMESTA RAYA. NAMANYA BENING MERRA KENANGA."

Ibu malu dan tidak mau menanggung bebanku sendiri. Sebelum ibuku memutuskan untuk pergi ia membuangku terlebih dahulu. Aku dibuang ibuku tepat di ulang tahun ke 1 tahun, ditaman pusat kota. Aku yang masih terlalu kecil tidak tahu harus bertindak seperti apa. Hanya membersakan tangis yang aku bisa. Ibu baru mengajariku cara berjalan dan bicara. Yang aku tahu hanya makan, main, tidur dan juga minum susu. Ibu mungkin lupa mengajariku hidup sendirian.

Tentang Ayah yang aku tahu, dia adalah seorang penggila wanita yang hidupnya hanya bertujuan memuaskan dirinya sendiri. Akibat Ayah melakukan pemerkosaan ia harus bercerai dengan istrinya. Keputusan istrinya yang bulat tidak dapat lagi dibantah. Ayah memiliki sebuah usaha kerajinan kayu yang cukup terkenal disini, kemerosotan terjadi ketika berita itu menyebar meracuni desa. Ia terus mengelak dari berita itu.

Ayah tidak pernah mengganggap diriku ada. Mungkin Ayah malu mengakui aku sebagai anak sebab perbuatannya, atau ayah lebih memilih mempertahankan usahanya agar tidak hancur karena berita buruknya.

Aku tidak tahu seperti apa yang terjadi berikutnya. Setelah aku terlantar di taman. Kini anak angkat menjadi statusku, aku di besarkan oleh orang tua angkatku di Semarang. Tinggal disana membangun keluarga cemara ditengah tebing jurang penuh dengan bebatuan.

Bersambung....

Sepasang Dandelion //On-goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang