GIDARA - 12

548 36 3
                                    

Karena rasa penasaran Adara lebih tinggi daripada rasa malas, ia pun dengan mudah membujuk Gibran untuk pulang kerumah bayi besar itu hanya dengan ancaman 'tanpa minum asi' mudah dan tepat.

Siapa yang akan menolak permintaan jika saja ia tidak hidup demi susu asi? Adara ini benar-benar licik. Menggunakan kelemahan orang lain demi sesuatu yang ia mau.

Sudah dibilang bukan? Adara adalah gadis pemberontak, selain mulutnya yang pedas ia juga pemberani tipikal gadis yang tak takut dengan apapun apalagi hanya seorang ketua Gengster Seperti Gibran, terkesan meremehkan. Tapi, jika sudah menemukan titik kelemahan Gibran bisa apa?

Karena sepakat Adara pun sudah merancang berbagai cara mengatasi jika kemungkinan 2 hal
Yakni, wanita itu wanita muda, atau wanita tua.

Jelas itu hal mudah, Adara bisa melawan mereka, didikan Zain, darah pemberani mengalir dalam darahnya. Sombong dulu. Pikirnya.

Adara dan Gibran bermalam dirumahnya (rumah Adara) selain sudah malam, Gibran alasan tak ingin bertemu dengan wanita ular. Alhasil Adara hanya bisa mengangguk saja.

***

Pagi ini hari minggu, tepat sekali sesuai janji, Gibran akan membawanya kerumah dengan alasan ingin berkenalan dengan orang tua Gibran serta bertemu dengan bibinya.

"Yah, aku sama Gibran mau keluar dulu." pamit Adara.

"Bocah tengik ini, semalaman menginap di rumah." sindir Zain.

Gibran tersenyum kecil, Adara hanya menatap Ayahnya memelas.

"Iya-iya, sudahlah pergilah." jawab Zain menyerah.

"Ingat bocah, tepati janjimu." tekannya pada Gibran.

Gibran mengangguk mantap, Zain menghela nafas dan mengangguk pelan "pergilah."

Adara tersenyum cerah

Cup

"Terimakasih Ayah." Zain tersenyum tipis.

Akhirnya Adara dan Gibran pergi dari rumah menuju kediaman tuan Aryasatya.

"Lihat bagaimana aku membereskan mu." batinnya.

Sampai di kediaman Aryasatya, Adara turun dari motor diikuti Gibran, mereka berdua jalan bersama memasuki rumah yang besar dan cukup mewah.

Gibran masuk tanpa permisi ia melenggang pergi memasuki kamarnya diikuti Adara, gadis itu meneliti setiap ruangan dan apa yang ada di sekitarnya mencari sosok yang ia cari tapi terlihat sunyi.

"Dimana Ayahmu?" tanya Adara basa basi.

Gibran menghendikkan bahunya acuh dan menempatkan dirinya di kasur empuk lalu menarik tangan Adara sehingga Adara terjatuh didalam pelukan Gibran, Adara dengan santai meletakkan kepalanya di dada Gibran dan matanya menatap ke atas.

"Sebenarnya, apa yang buat lo gak betah dirumah?" tanya Adara.

Gibran mencium kening Adara lembut.

"Karna gue gak suka ada pengganti alm disini." lirihnya.

"Kangen sama Bunda?" tanya Adara menatap Gibran.

VERSI GIDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang