GIDARA - 05

547 34 2
                                    

Pulang sekolah Gibran berjalan menuju kelas kekasihnya dengan tatapan dingin tak tersentuh, auranya yang menyeramkan seolah siap menerjang siapa saja yang mengusiknya, kukunya yang tajam dan runcing itu siap mencabik-cabik musuhnya jika ada yang mengusik ratu kesayangannya.

Matanya menatap Adara dengan tatapan lembut namun masih memberikan tatapan tajam jadi mereka tidak akan bisa menebak tatapan apa yang diberikan Gibran pada primadona sekolah itu.

Entah apa yang terjadi dengan dirinya, ia bahkan tidak pernah mendatangi kelas orang lain hanya karna ia tidak suka. Namun setelah dirinya mengeklaim Adara menjadi miliknya, tubuh dan pikirannya seolah berubah sedikit demi sedikit, bahkan karna ucapan Kevin sebelumnya mampu mengusik akal sehatnya.

Kakinya perlahan memasuki kelas Adara tanpa siapapun yang mencegahnya. Memangnya kenapa? Ini juga wilayahnya, sekolah ini miliknya jadi siapapun tidak berhak untuk mencegahnya apalagi bertemu dengan Queen Lions.

Gibran menemukan Adara yang tengah bersiap untuk pulang, didepan pintu ia melihat Gibran menghampirinya tangannya terulur mengelus kepala Adara yang terdiam mematung menatap manik mata Gibran, ia sedikit melirik kearah temannya yang juga cengo atas perlakuan kecil namun memberikan efek getaran di hatinya.

"Ekhem, lo mau pulang?" tanya Adara mencoba menarik kembali kesadarannya.

Gibran mengangguk kecil kemudian tangannya turun dan menggenggam pergelangan kecil Adara dengan lembut. Tanpa banyak kata Gibran melangkah keluar kelas dengan Adara yang berada di genggaman tangannya. Tatapannya berubah tajam seperti sedia kala seolah mengatakan Adara adalah miliknya persetan dengan taruhan, lagipula putus atau tidaknya Gibran yang menentukan. Begitulah pikirnya.

"Tapi motor gue ada di parkiran." elaknya berusaha melepaskan diri.

Adara menatap Gibran dengan tatapan tak enak sedangkan Gibran hanya meliriknya sekilas tak berbicara tapi tatapan matanya seolah mengatakan.

"Parkir disini, lo sama gue."

Adara yang mengerti hanya mendengus malas, padahal rencananya ia ingin berkendara dengan ugal-ugalan di jalanan kalo begini ceritanya bagaimana ia bisa diberikan akses agar berkendara sendiri.

Adara berhenti di jalan membuat Gibran menoleh dengan alis yang terangkat.

"Gue bawa motor sendiri ya, plis. Yayaya." Pintanya dengan mata puppy eyes.

Sebenarnya Adara bukan tipikal manja namun jika ingin lolos di tangan Gibran harus merubah cara bicara dan perilakunya supaya Gibran tidak menerkamnya. Jujur saja, Adara memang tak kenal takut, namun ia tidak mau jika Gibran mengekangnya dan berbuat yang macam-macam.

Gibran menggeleng tegas ia tau tujuan Adara meminta berkendara sendiri, kurang lebihnya ia mengetahui seperti apa Adara, sebelum mereka jadian Gibran pun kerap kali melihat Adara yang pulang dengan ugal-ugalan dijalanan. Adara yang melihat penolakan Gibran pun tak menyerah ia berusaha sepanjang jalan hingga sampai di parkiran.

"Ayolah, gue janji gak kebut-kebutan." Pintanya untuk kesekian kalinya.

Adara begitu lelah memohon seperti ini, tapi Adara pun tidak mau jika Gibran tidak memberinya akses untuk pulang sendiri dengan kendaraannya.

Huh Gibran menatap Adara yang menampilkan wajah menggemaskan,aish tatapan matanya yang polos dan penuh pengharapan itu membuat Gibran tidak tega.

"Janji sama gue, lo gak brutalan di jalan." tegas Gibran penuh penekanan.

Seketika mata Adara berbinar cerah ia mengangguk semangat karna berhasil membujuk King Lions. Dengan langkah semangat Adara berjalan lebih dulu menuju motornya saat itulah sudut bibirnya terangkat tanpa Gibran ketahui, Adara tetaplah Adara. Cewek badas, keras kepala dan tidak takut dengan apapun itu tetap lah menjadi jati dirinya.

VERSI GIDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang