GIDARA - 20

542 48 11
                                    

Karna kejadian beberapa waktu lalu membuat Adara mau tak mau tidur sekamar dengan Gibran, bedanya hanya dibatasi dengan 2 guling untuk menjaga jarak diantara keduanya.

Menoleh menatap Gibran yang tertidur pulas, ia melihat kantong mata cowok itu terlihat sangat kentara, namun lucunya bibirnya bergerak seolah ia sedang meminum susu. Adara menggeleng tak habis pikir. Tapi, jika diingat-ingat laki-laki itu tidak minum asi selama 3 hari ini, bukankah dia sangat haus? Tapi biarkanlah sedikit dikasih pelajaran. Siapa suruh tidak menurut dan merusak pintu kamarnya.

Meraih wajah cowok itu dan mengelusnya pelan meraba seluruh wajahnya yang sangat tampan walau terlihat kantong mata yang kentara. Dalam hati nya terbesit rasa penasaran, ada apa dengan kejadian 3 hari yang lalu? Kenapa mereka bisa bertemu dan berpelukan di Rooftop.

Tidak mungkin kan Gibran mengkhianati nya? Jika iya maka dengan tanpa merasa bersalah ia akan membuat masa depannya tidak berfungsi, jika memang benar itu yang ada di pikiran nya saat ini.

Semakin lama Adara semakin mengantuk, melepas tangan nya dari wajah Gibran lalu menyimpan tangannya di dada. Memejamkan mata dan mulai menelisik alam mimpinya, tanpa menyadari jika sepasang mata telah mengamatinya dari jarak dekat dan mencium kening Adara serta bibir gadis itu pelan.

"Gue gak selingkuh, Ara. Cewek rendahan itu yang tiba-tiba datang meluk gue, dan gue gak sadar kalo ada lo disana." gumam Gibran pelan dengan tatapan sendu.

"Im so sorry bby, i promise this is the first and last mistake for me, i can't possibly disappoint your father, if you believe in me." bisiknya lirih kemudian memejamkan matanya namun sebelum itu ia membuang pembatas satu yang menghalangi jalannya untuk memeluk Adara, hingga tersisa satu bantal ia biarkan namun ia dekat kan lebih dekat hingga bisa memeluk Adara dengan eratnya. Setelah itu, ia pun mulai mengikuti Adara untuk menjelajahi mimpi.

***

Keesokan paginya ternyata Gibran sudah pergi dari rumah Adara, namun ia memanggil tukang untuk membenahi pintu kamar Adara sebagai tanggung jawab karna telah merusak pintu kamarnya.

Adara celingak-celinguk menatap segala arah ternyata Gibran sudah pergi, ia pun menatap ke arah pintu ternyata sudah terpasang dengan pintu yang lebih baik dari sebelumnya. Tersenyum tipis melihat sikap Gibran yang mampu membuat ia kagum.

Ia pun segera bersiap mandi untuk pergi ke sekolah, pagi ini ia tidak sempat membuat sarapan lantaran tidurnya sangat nyenyak hingga ia telat bangun, bahkan Ayah Zain saja mau berangkat ke kantor.

Setelah siap dengan pakaian seragam nya Adara bergegas turun, ia melihat Ayahnya yang akan siapa pergi ke kantor. Menatap Ayahnya dengan tatapan bersalah, Zain hanya tersenyum melihat itu.

"Gapapa, Ayah udah makan kok." ucap Zain yang membuat Adara mengernyit.

"Adara kan belum masak Ayah." tanya Adara bingung.

Zain senyum tipis. "Pacar kamu yang belikan makanan sekaligus nyuruhin orang benahin pintu kamar kamu di jam 4 subuh." ucapnya menggeleng kepala karna tak habis pikir.

Adara mangut-mangut, ia pun segera turun dari tangga dan menghampiri Ayahnya. "Maafin Iban semalem Ayah." ucapnya meminta maaf.

Zain terkekeh. "Dia itu sangar, manja, tapi dia bertanggung jawab. Dia mau memecahkan masalah dengan kepala dingin, Ayah sudah banyak berbincang sama dia, dia laki-laki yang baik dan tepat buat kamu." lugasnya membuat Adara mengernyit dahi nya penasaran. Namun Zain hanya diam seolah tidak ingin menjelaskan nya lebih jauh.

VERSI GIDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang