3•

801 86 10
                                    

tandai typo!!
●●●

Keesokan harinya

"Lo, beneran engga jadi nge-kos bareng gua, Mu?" tanya Adel dengan wajah masam.

"Sorry, ya, Dul. Gimana lagi, gua kagak dibolehin sama Tunangan gua," jawab Muthe seraya tersenyum kaku. "Tapi, lo tenang aja. Gua pasti sering main ke kos-an lo. Apalagi, tempatnya, deket sama kampus." tambahnya dengan senyum tipis.

Adel mengangguk lesu, "Janji, ya? harus sering main ke kos-an gua?" ujarnya sembari mengarahkan jari kelingkingnya kedepan Muthe.

Muthe menggeleng 'kan pelan kepalanya melihat kelakuan Adel. Tetapo, tak urung ia tetap menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Adel sembari tersenyum tipis. "Iyaaa, janji."

"Yauda. Gua berangkat sekarang, ya," pamit Adel.

Muthe mengangguk. "Sekali lagi. Sorry, ya, Del. Gua engga bisa nge-kos bareng sama lo, terus engga bisa nganterin lo kesana lagi."

Adel tersenyum tipis seraya mengusap bahu Muthe dengan lembut, "Engga papa, gua juga ngerti kok. Apalagi, lo 'kan ada jadwal matkul hari ini," katanya.

Adel dan Muthe berpelukan sebentar. Lalu, setelahnya Adel berjalan menuju lift,

"Hati-hati ya, Del!" ujar Muthe sedikit berteriak saat Adel sudah memasuki lift.

Adel tersenyum tipis, "Okay," sahutnya tanpa suara seraya mengangkat jari jempolnya, lalu tak lama kemudian pintu lift ditutup.

●●●

Kos Mentari

"Ya, lumayan lah buat harga 1jt perbulan," gumam Adel setelah melihat ukuran serta dekorasi kamar yang akan ditempatinya.

Membutuhkan waktu lumayan 1jam, untuk Adel menata baju dan kebutuhan lainnya, di ruangan yang kurang luas ini.

"Huh, cape juga." setelah mengatakan itu, Adel membuka minuman bermerk Cappucino, yang tadi ia beli sebelum memasuki area Kos Mentari. Adel, menempati kamar nomer 27, di lantai dua.

%yi. Satu tingkatnya itu, 30 kamar. Tapi, karena di lantai satu itu terdapat 10 kamar mandi dan 3 dapur. Jadi, dilantai bawah hanya terdapat 20 kamar. Dan Kos Mentari ini terdapat 4 lantai.

"Gua udah bayar Kos, sampe bulan depan. Duit gua 3jt lagi, mana akhir - akhir ini banyak kerkom lagi. Ah elah, gua harus nyari kerja gitu?" keluhnya pada diri sendiri.

TOK TOK TOK

"Gila. Kurang atittude banget," umpat Adel saat mendengar ketukan di pintu kamarnya begitu kencang.

Ceklek.
"Lo, di ajarin sopan santun kagak sama nyokap bokap, lo?" sarkas Adel saat sudah membuka pintu dengan tatapan tajamnya.

Namum, saat Adel membuka pintu, orang dengan swetear hitam itu malah membelakanginya. Dan hal itu sontak membuat Adel semakin dongkol.

"Gajelas!" saat Adel akan menutup pintunya, orang itu tiba - tiba masuk ke kamarnya tanpa dipersilahkan terlebih dahulu.

"Lo siapa-"

"Diam dulu, Elie. Gua, cape," ujar orang itu seraya memejamkan matanya dengan tubuh yang duduk di kasur serta menyender di tembok dengan bantal sebagai penghalangnya.

"MARSHEL!!" pekik Adel saat melihat siapa orang itu, lalu tanpa aba - aba Adel ikut duduk dikasur dan memeluknya dari samping dengan erat.

Marshel Nugraha. Kakak Sepupu Adel yang sedang berkuliah kedokteran di Aussie, "Elie." geramnya.

Tanpa perasaan, Adel menarik hidung Marshel lumayan kencang. "Bangun, ih. Gua, mau nanya. Kenapa selama 2th kemarin, lo engga pulang samsek ke Indo?!"

Marshel mendengus pelan, lalu membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya menjadi lebih nyaman. "Gua, sibuk skripsi-an. bulan depan juga lulus," jawabnya.

Adelie Raina [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang