22 | many secrets

2.4K 172 48
                                    

notes; hampir 2500 kata. so, baca pelan-pelan. selamat membaca, janlup tinggalkan vote dan komen biar aku semangat nulisnya.

✰✰✰

many secrets often bring loss closer.
—with love, ssavera.

—with love, ssavera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22. many secrets

Heksa tersenyum puas. "Masih pagi, jangan marah." rayunya, yang tambah membuat muka Zello muram.

"Gue nggak perlu latihan lagi, Bang. Gue masih lebih jago dari lo," kesalnya, kembali menaruh senjata api ke dalam kotak khusus, yang sebelumnya akan ia pakai untuk berlatih menembak.

"Lo beneran butuh tidur lagi kayaknya, sensi banget." dengan sisa-sisa tawanya Heksa bicara.

"What's so funny?" Zello melangkah menjauh dari tempat latihan yang pagi ini dipakai latihan anggota Raganta yang baru. Hanya orang gila yang latihan pagi-pagi buta karena berpikir itu waktu yang tepat agar tak banyak mendapat atensi dari rumah warga yang sebenarnya cukup jauh dari markas. Dan lagi, kalaupun ada warga yang mendengar, justru warga akan terganggu waktu tidurnya dan mencari tahu darimana asal suara tembakan itu berasal. Meskipun kemungkinannya kecil.

"Latihan sepagi ini buat apa? Agenda lo aneh, Bang." cibir Zello.

Seperti biasa Heksa membalas dengan santai, "Anggota baru itu harus diospek." dan mengembangkan senyum, seolah di dunia ini tidak ada yang ia anggap serius, selalu ia hadapi dengan tersenyum dan melupakannya dengan cepat.

"Lo pikir masuk kampus." Zello berdecak, kembali melanjutkan saat teringat sesuatu. "Oh, gue baru tahu, Bang, ternyata anggota disini anak SMA-nya hanya kurang dari sepuluh."

Mengingat stigma masyarakat yang dulu mengenal Raganta adalah geng anak sekolahan yang suka memberontak dan mengacau. Zello justru mengetahui belakangan ini bahwa anggota Raganta kebanyakan berusia dua puluh tahun ke atas, pria dewasa yang matang, ada yang sudah berkeluarga—cukup dengan satu wanita, tak jarang juga hanya mengandalkan wanita bayaran untuk memuaskannya. Intinya, Zello tak mengira bahwa sebuah komunitas gelap seperti ini mendapat banyak anggota dari berbagai kalangan secara rapi, bahkan selalu ada penerimaan anggota baru, seolah ini adalah pasukan khusus yang banyak diminati.

"Dunia berubah, manusia juga ikut berubah, and Raganta also. Gue nggak merekrut bocah ingusan. Anak sekolahan yang lo maksud kurang dari sepuluh tadi, punya nilai lebih yang bisa gue manfaatin disini. Entah itu bela dirinya, otaknya, sifatnya. Selain itu gue lebih suka punya tim dengan orang-orang dewasa yang lebih paham situasi dan nggak labil."

Sangat bisa dipahami. Heksa memang diakui berhasil sebagai pemimpin. Ia bahkan tak hanya berhasil mengumpulkan anggota yang solid, tetapi juga menjadi orang pertama yang berhasil mempertahankan nama Raganta agar tetap eksis. Hingga tugas Raganta yang sekarang bukan lagi tawuran atau merusak fasilitas jalan dengan konvoi sembari mabuk-mabukkan, tetapi lebih daripada itu. Lebih berbahaya dan menantang. Bermain dengan otak, tak hanya otot saja.

TACHYCARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang