CHAPTER 1 :

34 1 2
                                    


Bila Waktu Dapat Aku Putar Kembali, Apakah Mengenalmu Akan Tetap Ku Jalani?

Siang ini aku duduk di sudut cafe tempat yang paling sering ku datangi di kota Salatiga, energiku masih ada karena kelas hari ini yang seharusnya dua jam hanya berlangsung satu jam. Awalnya aku bingung harus mulai dari mana menceritakan kisah ini, sampai mataku tertuju pada handphone ku yang berdering karena ada notifikasi whatsapp. Mengingatkanku pada awal mula aku bisa berkenalan dengannya, dua tahun yang lalu.

Salatiga, 2022.

Malam itu aku berbaring gelisah di dalam kamar kostku, itu baru beberapa hari setelah aku tiba di Salatiga. Gelisahku bukan tanpa sebab, saat itu adalah h-3 sebelum latihan kepemimpinan mahasiswa fakultas. Setiap kelompok yang ada diperintahkan untuk membuat video yel-yel kelompok yang harus dikumpulkan satu hari sebelum kegiatan dilaksanakan. Karena saat itu masih masa transisi pasca pandemi maka kegiatan yang disingkat LDKM itu dilaksanakan secara online.

Kalian tau apa yang membuatku kesal setengah mati sampai membuat asam lambung ku naik? alasannya adalah karena ketua kelompokku pada saat itu sangat santai dalam mengatur kelompok kami. Tidak tegas, menye-menye, dan tidak punya pendirian adalah hal yang paling menggambarkan dia saat itu di kepalaku. Dialah Jordan Matthew Lesmana.

Vallerie

Gila ya!

Orang ini kosannya dimana sih? pengen banget ku samperin terus ku lemparin sendal

Apa banget? masa gini aja lama

Gak tegas! ketua apa kayak gini?

Dira

Wkwkwk

Chat sana

Entah memang mencari validasi malam itu dari Dira yang juga teman kelompokku atau justru karena membaca respon Dira itulah aku jadi berani menghubungi Jordan saat itu juga.

Vallerie

Malam Jordan permisi

Maaf banget ganggu malam gini, biar sama-sama kepikiran aja sih ini

Soal yel-yel jadinya gimana ya kelanjutannya?

Jordan

Malam Valerie

Aman gapapa kok

Videonya lagi aku cicil ngeditnya

Obrolan di room whatsapp itu berlangsung lancar dan cukup lama sampai lupa waktu, setelah sekian lama aku akhirnya kembali chattingan sampai lupa waktu. Percakapan yang tujuan awalnya hanya menanyakan tentang tugas kelompok, justru berlanjut pada perkenalan antara dua orang yang suka menceritakan hal-hal random. Dia menceritakan kesehariannya selama di Salatiga, bagaimana hari-hari pertamanya setelah sampai di kota kecil namun istimewa ini karena memang dia datang lebih dulu dari aku. Jordan juga menceritakan tentang teman-temannya. Lucunya sebelum aku bahkan bertemu dengan mereka yang dia ceritakan secara langsung, aku sudah tau seperti apa tingkah konyol dan gambaran karakter mereka. Tapi bagiku dari semua itu, satu hal yang lebih lucu adalah bahwa aku merasa Jordan mulai lucu dan membuatku tertawa padahal kami bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.

Jordan

Tidur Val, jangan begadang takutnya aku yang disalahin nanti kalau kamu sakit

Membaca chat itu membuatku tertawa geli, "Cih, dasar cowok. Ketikannya semua sama". Tapi sekali lagi aku tertawa.

Valerie

Iya, kamu juga tidur sana

Jordan

Okelah kalau gitu, selamat malam Vallerie

Hal paling bahaya adalah saat aku sadar bahwa malam itu aku tidur dengan tersenyum sambil mengingat percakapan kami, memang benar kata orang kalau cowok lucu jauh lebih berbahaya.

Walau sebenarnya aku juga tidak mengharapkan apa-apa, bahkan tidak mengharapkan bila obrolan kami akan terus berlanjut setelah malam itu. Karena sudah lama aku memang tidak tertarik pada dunia percintaan semenjak cinta pertamaku gagal, alasan gagalnya sederhana saja sebenarnya karena dia jatuh cinta pada wanita lain yang adalah rekannya di satu organisasi yang sama saat sekolah dulu. Sejak saat itu, aku takut membuka hati lagi. Karena aku pikir akan gagal lagi kalau aku yang lebih dulu suka. Makanya aku sudah terbiasa mengontrol perasaanku agar hanya sekedar lucu lucu saja, tidak sampai pada tahap menyukai, menyayangi, apalagi sampai mencintai.

"Lucu, tapi ya lucu aja buat jadi temen". jawabku pada Leora. Teman-teman terdekatku sampai sudah bosan mendengar jawabanku itu, padahal mereka bisa melihat sendiri interaksi kami lewat layar laptop selama LDKM berlangsung. Informasi : obrolan aku dan Jordan di whatsapp ternyata terus berlanjut bahkan sampai hari LDKM tiba. "Nah kan senyam senyum terus kalian berdua ini kayaknya nge-pin satu sama lain deh di zoom". Leora melirik ke arahku.

Aku, Leora, Cindy, Aira, dan Audia adalah teman dekat sejak hari pertama kuliah walau saat itu kami masih daring dan belum semuanya berkumpul di Salatiga. Kami berlima memberi nama grup ini sebagai THE TANTES. Jangan tanya kenapa nama grupnya itu. Adanya itu.

"Kayaknya dia suka sama kamu dek". Cindy paling heboh melihat aku dan Jordan berusaha tertawa menatap layar masing-masing. "Fix ini kalian pacaran aja". lanjutnya.

Lagi-lagi aku mengelak dengan jawaban yang sama, aku tidak merasa bahwa aku menyukainya. Ya walau faktanya memang komunikasi kami jadi lebih intens bila hanya dilabeli "teman". Tapi aku juga takut kalau sampai aku memang suka pada Jordan, sungguh takut saja bila harus buka hati pada orang yang salah lagi. Lagian patah hati bukanlah suatu agenda menarik untuk diulang.

"Tapi feelingku kalian pasti jadian dek". Itu kali pertama aku bertemu dengan Leora secara langsung, tapi Leora adalah orang yang paling yakin saat mengatakan itu kepadaku sebelum kami pulang dari rumah Cindy. Saat itu di teras rumah Cindy aku juga tidak mau kalah yakin, jadi langsung kujawab, "gak ada ya, aku sama dia cuma sebatas temenan aja. aku juga gak suka sama dia". jawabku lantang.

Satu hal yang aku lupa, bahwa kita mulai jatuh cinta saat kita mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan bila kita bersamanya. Bagaimana kita bila di sampingnya, mungkin lucu? mungkin akan seru bila bisa terus bercerita dengannya, dan yang harus membuat kita lebih hati-hati dalam jatuh cinta itu adalah saat kita mulai berpikir untuk pulang padanya saja.

Apa mungkin semuanya akan berbeda bila saat itu aku tidak pernah menghubunginya?. Pertanyaan tentang "Kalau kamu bisa balik ke masa itu, apa kamu akan tetap pilih untuk hubungin dia?". Setelah semua yang sudah aku lalui bersamanya maupun hari-hari saat tidak lagi dengannya, jawabanku tetap sama. IYA.

KATA MEREKA INI BERLEBIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang