Aku Mencintaimu Dengan Utuh
Seperti biasa saat itu aku menemani Jordan bertanding di kampus, hari yang biasa saja namun terasa luar biasa karena Jordan disampingku. Dari tempat aku dan Jordan duduk, mataku menangkap beberapa anggota tim bola yang sedang asik berbicara dengan pelatih bola yang juga adalah dosen di Fakultasku. Tentu saja aku penasaran apa yang mereka bicarakan sampai suara tawa mereka bisa sampai di telingaku yang jaraknya cukup jauh dari lapangan.
"Mereka lagi ngomongin apa?". tanyaku.
"Lagi dijodohin". jawab Jordan singkat, tidak peduli dan lebih fokus menggenggam tanganku.
"Hah? siapa?". tanyaku makin penasaran.
"Semua yang masih single dijodohin, dikasih syarat semua pemain harus punya pacar atau gak bisa main nanti". jawabnya.
Aku sedikit takut Jordan akan ikut dijodohkan dengan pilihan pelatihnya, namun ternyata itu hanya ketakutanku saja. Begitu kami berjalan ke gerbang depan, Jordan menyapa pelatihnya dan satu temannya yang sudah aku kenal sebelumnya karena memang dia dan Jordan adalah teman dekat.
"Siapa?". mata pelatihnya sudah tertuju kepadaku menatapku dengan serius, menunggu jawaban Jordan yang ditunggu inisiatifnya untuk memperkenalkanku. Sejujurnya aku juga menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Jordan tentang siapa aku baginya.
Tanpa ragu, Jordan merangkul pinggangku lalu tersenyum menjawab dengan tegas tanpa ada keraguan. "Istri". katanya, membuat pelatih dan temannya itu tertawa kecil mendengar jawaban Jordan yang terlalu terang-terangan mengakuiku. Istri katanya. Tentu saja aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak tersenyum lebar begitu mendengar jawaban pacarku barusan. Untuk menutupi itu aku terus menerus menunduk tersipu malu dibuatnya, hal itu aku lakukan cukup lama karena Jordan masih berbincang panjang lebar dengan pelatih dan temannya.
"Besok dibawa ke pertandingan". kata pelatihnya.
"Udah pasti". jawab Jordan menatapku tersenyum.
Lelaki ini selalu tau bagaimana cara membuat jantungku berdebar dan salah tingkah, sungguh sebuah memori indah yang tersimpan dalam ingatanku tentang aku dan Jordan.
Setelah selesai berbincang dengan mereka, kami berdua lanjut berjalan pulang untuk lebih dulu Jordan mengantarku ke kosanku yang memang tidak terlalu jauh dari kampus. Hanya saja pacarku memang selalu punya rencana tambahan, membelikanku roti bakar dengan modus katanya dia yang lapar. "Cokelat satu, mas". pesannya, "aku lapar". lanjutnya melirik ke arahku yang berdiri di sampingnya.
Jordan mengambil beberapa langkah menjauhiku, terlihat sibuk dengan handphonenya tidak tau sedang melakukan apa dengan benda tipis itu namun kelihatan sangat serius. Aku memperhatikan gerak geriknya yang sedikit mencurigakan tanpa ingin berburuk sangka padanya, sampai terdengar suara dari handphonenya yang sedang menelpon seseorang. "Halo mami papi". sapanya dengan suara keras melirik ke arahku tersenyum.
Dengan cepat Jordan kembali ke sampingku dan mengarahkan handphonenya kepadaku memperlihatkan orang tuanya yang sedang dia telpon dalam mode video call saat itu tanpa ragu. "Aku lagi sama pacarku tersayang". katanya tanpa malu, membuatku yang malu.
Sebelumnya perlu kalian ketahui bahwa aku bukan tipe yang asal memperkenalkan dan mau diperkenalkan apabila aku merasa hubunganku belum serius dengan seseorang, menurutku tahap memperkenalkan bukan suatu hal yang bisa dijadikan permainan atau pantas dianggap biasa saja. Jordan sudah beberapa kali ingin memperkenalkanku, namun selalu aku tolak dengan alasan hubungan kami masih terlalu awal untuk diperkenalkan. Hanya saja kali ini aku tidak bisa mundur atau lari lagi dari perkenalan yang dibuat Jordan untukku.
"Halo selamat malam om dan tante". sapaku malu-malu, tersenyum pada mereka. Jordan tersenyum bahagia melihat aku yang akhirnya memberanikan diri untuk berkenalan. Percakapan itu sederhana hanya menanyakan siapa namaku, asalku, dan kenapa aku mau dengan putra mereka. Siapa sangka, aku yang awalnya takut kini bisa berbicara lancar dengan mereka.
"Gimana?". tanya Jordan saat kami lanjut berjalan. Lelaki itu meraih tanganku, menggenggamnya dengan erat dan sesekali menciumnya. "Apa yang gimana?". tanyaku.
"Ngobrol sama mami papi menurutmu". katanya.
Aku tersenyum, "kamu ngejebak aku". jawabku.
Dia tertawa terlihat sangat bahagia, "itu yang aku mau, mereka itu suka banget sama kamu". Mendengar itu membuatku berhenti dan langsung menatapnya kaget bercampur bingung dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Bohong". ucapku ragu, berusaha menemukan jawaban jujur dari sepasang mata hitam di depanku. Lelaki itu menggelengkan kepalanya, sungguh dia menjadi manusia paling jujur malam itu. "Mereka suka sama kamu sayangku cintaku". jawabnya, meletakan kedua tangannya di pundakku.
Tepat di depan kosanku, Jordan mendekatkan dirinya kepadaku, memelukku dengan erat, membiarkan diriku tenggelam dalam pelukan hangat miliknya dengan wangi badannya yang khas tanpa perlu tambahan parfum itu.
"Aku tau ini bukan mainan buat kamu, sama buatku. Aku serius waktu aku kenalin kamu ke mereka, karena aku beneran mau sama kamu". ucapnya.
"Tetap jadi pacarku terus ya, rie. Aku sayang sama kamu lebih dari semua imajinasi cinta di tulisanmu".lanjutnya.
Dia melepasku pelan, mengelus kepalaku, mencubit pipiku pelan. "Masuk sana". katanya menungguku melangkah masuk. Aku menurutinya sambil membawa roti bakar cokelat yang dia beli tadi untukku, "sayangku". panggilnya membuatku menoleh karena suaranya cukup keras. Aku menaruh jari telunjuk dibibirku memberinya kode untuk diam takut ada yang mendengar. Salah, semakin aku melarang membuatnya semangat untuk melakukan tindakan yang sama lagi.
"I love you bunda".
"Pacarku yang cantik".
"Ayah pulang dulu ya bunda".
"Parah gak dibalas i love you".
"Kamu udah gak sayang sama aku?".
"Sayangku Cintaku".
Aku menahan malu melihat tingkahnya, satu hal yang aku mengerti adalah Jordan Matthew Lesmana selalu punya cara untuk membuatku jatuh cinta padanya setiap hari.
Ada hari dimana aku merindukan kamu yang begitu mencintaiku dengan sungguh tanpa ragu, aku rindu kamu yang berada dekat didepanku tanpa perlu takut merasa aku mengganggu. Aku rindu, bersamamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA MEREKA INI BERLEBIHAN
Любовные романыSetidaknya, Kita pernah ada Kita pernah nyata Walau akhirnya tak lagi bersuara. Cinta adalah perasaan tidak terduga, ia bisa muncul kapan saja tanpa kita duga, tanpa kita rencanakan, dan tanpa kita pilih pada siapa. Tiba-tiba saja ia ada, tiba-tiba...