Aku Meraih Tanganmu Tanpa Ragu Saat Itu, Sama Seperti Saat Kamu Akhirnya Melepasku Juga Tanpa Ragu.
Hari Minggu, aku baru saja selesai ibadah di Gereja. Kakiku melangkah keluar lalu berdiri di trotoar berusaha memutuskan mau langsung balik ke kosan atau mau makan dulu karena siang nanti akan ada acara pertemuan angkatan yang dilaksanakan oleh angkatanku sebagai bentuk penyambutan bagi teman-teman yang baru tiba di Salatiga.
Jordan
Lagi dimana?
Valerie
Ini baru selesai Gereja
Jordan
Sama siapa?
Valerie
Sendiri, ini dari tadi ngehubungin Tara katanya mau jemput tapi gak angkat telfon dari tadi
Di saat yang bersamaan, Liam juga menghubungiku pagi itu menanyakan aku sedang berada dimana. Lalu aku balas sama saja dengan jawabanku pada Jordan.
Liam
Oke bentar
Bentar? ini maksudnya bentar apa? hal itu membuatku bingung sendiri, sampai terjawab saat dari jauh aku bisa melihat Liam yang mengendarai motor mendekat ke arahku lalu berhenti tepat di depanku.
"Kok kamu bisa tiba-tiba disini?". aku kaget melihat Liam yang berpakaian rapih di atas motor.
"Aku juga baru selesai ibadah di Gereja tadi". jawab Liam.
"Terus ngapain tiba-tiba disini?". tanyaku bingung.
"Jemput kamu, udah ayo naik". jawab Liam menepuk bagian belakang yang kosong.
Aku terdiam bingung harus apa, sedangkan motor yang Liam pakai cukup tinggi dudukannya. Padahal aku menggunakan dress dan highheels, membuatku makin bingung bagaimana harus naik kesana.
"Ayo, rie. Parah masa aku udah datang gak dihargain?". ucap Liam gampang.
Permasalahan people pleaser adalah susah menolak, ujungnya kesusahan sendiri. Aku belum sempat menemukan kata yang tepat untuk menolak tawaran Liam, jadi mau tidak mau, suka tidak suka, aku akhirnya mengiyakan tawaran itu.
"Bentar". responku sambil berusaha naik.
Aku berhasil naik motor itu dengan cukup usaha, usaha selanjutnya berlanjut saat aku harus memasang kuda-kuda dalam hal berusaha mempertahankan posisiku agar tidak merosot ke depan. Akhirnya aku menaruh tanganku di pundak Liam, kalau dilihat orang ini kesannya lebih ke arah mau mendorong Liam ke depan saking kuatnya aku menopang badanku.
"Makan yuk". ajak Liam spontan saat menunggu di lampu merah.
"Aku udah janjian sama Tara, balik kosan aja". jawabku.
Liam mengantarku ke kosan, aku buru-buru masuk ke kamar Tara.
"Udah nyampe? naik apa?. tanya Tara.
"Liam". jawabku singkat.
Tara langsung menepuk pundakku, "Kan! apa aku bilang? dia itu suka sama kamu".
"Apaan sih, Tara. Udah ah! lapar aku, ayo makan". aku menariknya keluar.
Ternyata Liam masih menunggu di luar, "Loh masih disini?". tanyaku spontan.
Liam langsung kembali naik ke motornya, menunggu Tara yang sedang mengeluarkan motor dari parkiran kosan.
"Aku ikut makan sama kalian". kata Liam.
Tara hanya melirik ke arahku tersenyum, seolah mengisyaratkan KAN BENER APA KATAKU.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA MEREKA INI BERLEBIHAN
RomanceSetidaknya, Kita pernah ada Kita pernah nyata Walau akhirnya tak lagi bersuara. Cinta adalah perasaan tidak terduga, ia bisa muncul kapan saja tanpa kita duga, tanpa kita rencanakan, dan tanpa kita pilih pada siapa. Tiba-tiba saja ia ada, tiba-tiba...