CHAPTER 5 :

21 1 0
                                    

Apa Sebenarnya Saat Itu Sebaiknya Ku Biarkan Kamu Hilang Saja?

Dari sekian banyak hal yang bermain di pikiranku saat itu, ada satu hal paling gaduh dan riuh yang terus berada disana. Pertanyaan tentang kenapa Jordan tiba-tiba menghilang begitu saja dan tidak lagi mengabariku sejak tiga hari lalu, bahkan dia tidak membaca chatku sama sekali. Aku juga tidak melihat story instagram atau whatsapp yang biasa ia upload setelah bermain bola, padahal kemarin beberapa teman-temannya yang juga satu tim bola dengannya mengupload foto-foto setelah main bola dan ada dia disana. Tiga hari, sudah tiga hari dia membiarkan chat ku terpaku centang dua abu-abu. Aku sengaja tidak mengirim chat lain setelah itu, gengsi. Bahkan aku terus memikirkan hal itu selama ibadah di Gereja tadi pagi, masih sama saja aku pikirkan saat sedang makan siang bersama Tara.

"Mikirin apa sih, rie? baru aja pulang Gereja, udah melamun terus. Mana galak banget lagi mukanya kalau lagi diem serius gitu". tanya Tara sambil memilih gorengan di depannya lalu mencelupkannya ke kuah soto.

Seperti biasa, hari minggu adalah hari makan soto. Wajib hukumnya setelah pulang Gereja, Tara akan menjemputku baru kami pergi makan. Karena agama kami berbeda, tentu saja Tara tidak ikut aku ke Gereja.

"Jordan ngilang, chat ku udah dianggurin tiga hari gak dibalas, baca aja gak". jawabku mengaduk-aduk kuah soto di mangkuk ku pelan.

Tara langsung menelan gorengannya cepat, "Hah? kok bisa?". tanya Tara bingung, membuatku bingung karena itu juga adalah pertanyaan yang sama berada di otak ku sejak tiga hari lalu. "Itu yang bikin bingung, padahal terakhir masih baik-baik aja". jawabku.

"Udah, rie. Kalau memang dia gak ngerespon lagi, ya berarti dari awal dia main-main doang. Biarin aja ngilang, nanti juga muncul sendiri". kata Tara santai berusaha menenangkan.

"Kalau gak muncul-muncul?". tanyaku menatapnya serius, butuh jawaban.

"Ya kalau gak muncul, tetap santai. Masih banyak cowok lain yang mau sama kamu". jawab Tara kembali melanjutkan makan.

Sayangnya saat kembali ke kosan dan aku sendirian di kamar, justru makin membuatku kepikiran akan apa yang sebenarnya salah antara aku dan Jordan. Apa mungkin karena Liam? tapi aku rasa, aku tidak pernah meresponnya lagi semenjak menyadari bahwa dia juga berniat mendekatiku. Makin pusing karena Liam yang saat itu sedang liburan ke Surabaya malah jadi yang paling sering menghubungiku dalam tiga hari terakhir. Seharusnya kekosongan ini bisa jadi babak paling mulus bagi Liam untuk lolos, karena Jordan sedang menghilang. Tapi tidak bisa dengan mudahnya jadi begitu, karena aku yang tidak mau merespon Liam. Saat itu memang aku dan Jordan belum ada hubungan apa-apa, tapi sungguh untuk merespon chat Liam saja aku malas dan terus merasa sedang berselingkuh dari Jordan. Padahal sudah jelas aku masih single, super single.

Tiap kali ku menatap wajahnya

Mataku mengharap senyummu ho wo ho

Lagu : Terluka Menginginkanmu - Mark Natama.


Aku terus mengulang lagu itu sambil menyanyikan, seolah sedang konser besar-besaran. Sungguh saat itu bukan notifikasi dari Liam yang aku harapkan, tapi Jordan. Dimana dia? sedang apa sekarang? adalah hal yang ingin aku tau, tapi dari semua itu aku ingin tau kenapa dia menghilang beberapa hari ini.

"Aku juga terluka menginginkanmu". suaraku kencang menyanyikan bagian itu.

Tara mengetuk pintu kamarku kencang, Tok Tok Tok. "Udah dong galaunya, rie. Astaghfirullah lama-lama ku seret juga Jordan kesini. Ini tembok kosan gak kedap suara, suaramu kenceng banget berasa lagi world tour blackpink". teriak Tara dari luar, justru membuatku makin mengencangkan suaraku bernyanyi.

KATA MEREKA INI BERLEBIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang