30 menit Canva mengendarai mobilnya menuju hotel, dan akhirnya sampai. dimana terdapat William bodyguard pribadi Canva, yang sudah menunggu tepat di depan gedung hotel, untuk menyambut kedatangan tuan mudanya.
***
"Hem bersabarlah sayang, aku akan segera menghangatkan mu" lirih Canva menatap sayu, serta mengusap lembut kepala Zahra, yang berada di kursi belakang.
Lalu Dengan cepat berbalik badan, membuka sabuk pengamannya, dan pintu mobil.
***
"Tuan muda!" sorak William kebetulan, sambil berjalan memakai payung, menghampiri Canva yang akan turun dari mobil.
"Malam Tuan" hormatnya dengan ekspresi wajah datar. Dan tubuh yang tegap, disertai suara yang lantang. Layaknya tentara angkatan militer.
"Hm malam" balas Canva sedikit cool dan cuek.
"Tuan ini payung untuk anda".
Dalam posisi wajah datar. William menyodorkan payung ke arah Canva yang menatap heran.
"Apa maksud mu Wil?" Bingung Canva, dengan mengkerutkan kedua alisnya.
"Kenapa kau berikan payung ini kepada ku!".
"Begini tuan, maksud saya, tuan pergi saja masuk ke dalam hotel menggunakan payung ini dahulu, agar tuan tidak basah nantinya".
"Terus bagaimana dengan Zahra?".
"Biar nona Zahra saya yang bawa. Saya akan menggen".
Belum selesai perkataan William, tiba-tiba dengan cepat Canva langsung menarik kera kemeja William. Dengan tatapan mata tajam, sambil menggigit bibir bawahnya. Seolah sudah tau apa yang William katakan.
"Jaga ucapanmu! Ingat... tidak ada yang boleh menyentuh Zahra selain aku, Zahra hanya milikku dan akan tetap terus menjadi milikku!
GLEKKK...
Telan William savilahnya kasar mendengar suara keras Canva yang membentaknya. Ditambah ekspresi wajahnya yang begitu menyeramkan saat sedang emosi.
CKLEKKK...
Buka William pintu kamar hotel, sambil menunduk hormat kepada Canva. Mempersilahkan tuan mudanya masuk.
"Silahkan tuan" Tunduknya.
"Hm...terimakasih Wil, kau boleh pergi sekarang" ujar Canva sedikit pelan.
"baik tuan! saya izin untuk pamit" hormatnya lalu dengan cepat bergegas pergi dari ruangan kamar hotel, tidak lupa menutup pintu kembali.
"Hah"
Di dalam kamar. Canva yang mengarahkan sorot matanya ke arah bawah. Memandangi terus wajah Zahra yang masih dalam gendongannya. Yang ia gendong ala bridal style.
"Tubuh yang basah. Wajah cantik, mungil yang dipenuhi rintikan air hujan. Kulit putih, dan begitu mulus. Disertai bibir kecil ranum, yang memiliki warna merah alami seperti buah ceri yang sudah masak berwarna merah cantik..."
Ujar Canva dengan bibirnya, yang menatap sayu Zahra. Sambil tersenyum.
"Tubuh mu dingin, aku akan segera menghangatkan mu".
Elusnya lembut pipi Zahra. Sebelum akhirnya melangkah berjalan menuju kamar mandi...
***
CKLEKKK"Mm" bibir yang tersenyum tipis dengan tatapan yang intens penuh hangat.
Lalu Dengan begitu hati-hati Canva meletakkan tubuh mungil zahra ke dalam bathtub. Seraya berkata "maaf" lirihnya. Menatap lekat Zahra yang masih memejamkan mata.
"Maaf sudah membuat mu kedinginan seperti ini"
dengan penuh rasa bersalah. Canva menundukkan kepalanya. Sambil menggenggam erat tangan peri kecil Zahra.
"Aku janji tidak akan membuat mu seperti ini lagi".
"Cup".
Cium Canva tangan mungil Zahra. Yang dengan cepat beranjak, dan memutuskan untuk menyalakan kran.
"Tunggu, sepertinya ada yang lupa".
Belum sempat ingin menghidupkan kran. Canva yang merasa ada yang kelupaan pun memutuskan untuk berbalik badan, menoleh ke arah Zahra.
***
"Hah, bisa-bisanya aku lupa untuk melepas bajunya".Sambil memijit pelan keningnya Canva pun dengan langsung kembali berjongkok. Dan dengan pelan-pelan, menempelkan kedua tangannya di salah satu kancing baju Zahra.
"Huff, apakah harus aku yang membuka bajunya" cicit Canva sedikit ragu.
"Ck, sepertinya memang harus!"
"Oke, aku hanya akan membuka bajunya saja, tidak ada maksud yang lain-lain".
"Plisss jangan salah paham oke" ujar Canva kepada Zahra yang masih belum terbangun.
Dengan hembusan nafas, Canva pun mulai membuka satu persatu kancing baju seragam sekolah Zahra begitu perlahan. Bahkan baru dua kancing yang terbuka, sudah melihatkan dada putih Zahra. Yang seketika membuat Canva keringat dingin dan menelan savilahnya.
GLEKKK...
"Tahan kan dirimu Canva... Kau sudah berjanji untuk tidak melakukan hal itu".
Lirihnya dalam hati. Lalu dengan begitu perlahan-lahan. Kembali Membuka satu persatu kancing baju Zahra. Yang akhirnya sampai di titik kancing terakhir.
GLEKKK
Telan Canva kembali savilahnya. Dimana memperlihatkan bra warna putih Zahra, dan perut ramping, yang putih mulus tanpa lecet sedikit pun.
"An*j! Rasanya gua udah ga bisa tahan lagi".
"CUP"
Hasrat yang rasanya tidak bisa ditahan pun. Tanpa sengaja Canva menempelkan bibir merahnya, tepat di bibir kecil Zahra "maaf" Dan mengecupnya begitu lembut.
"Emphh"
***
"Hooh" nguap Zahra sambil Mengucek matanya."Mmm... nyenyak banget aku tidur rasanya ing".
"AHHHH...!" Teriak Zahra melihat Canva yang berada di sampingnya. Sedang tertidur pulas sambil memeluk erat pinggangnya. Tanpa mengenakan baju, sehingga terlihat lah dada bidangnya, dan tubuh sixpack. Yang membuat Zahra melongo melihatnya.
"Tidak mungkin apakah aku tidur bersama dia semalam"
KAMU SEDANG MEMBACA
CANVA PLAYBOY [On Going]
Teen FictionCanva Assegaf pemimpin geng motor di kota Newcastle yang dikenal cowok playboy seorang keturunan Tionghoa dan inggris memiliki saham paling besar di keluarganya termasuk seorang paling kaya di kota Newcastle dan bisa dibilang anak mantan mavia. Tanp...