Part 17

385 33 5
                                    

17

Sore itu saat Gemini dan Fourth pergi menemui Prink, ibu Lex. Prink sedang menikmati teh sorenya. Prink membuat Gemini terkesima. Seumur hidupnya, Gemini mengenal beberapa orang yang kaya raya, yang paling baru dan yang paling kaya tentu saja keluarga Kunavuvit. Tapi ia tidak pernah bertemu orang sesombong Prink.

Saat menyapa mereka di pintu, Prink mengenakan tunik dan celana hitam yang terbuat dari sutra lembut, yang mengembang sekelilingnya saat ia bergerak. Dengan kulit pucat dan rambut coklat tua, efeknya sangat memukau, dan sepertinya memang itu tujuan Prink. Wanita dengan status seperti Prink selalu berpakaian untuk membuat pernyataan, bahkan dalam keadaan berduka. Untuk melengkapi penampilannya, Prink memakai sandal berhak tinggi dengan bulu di bagian atasnya. Sandal rumah, pikir Gemini, karena tidak akan ada orang waras yang memakai sandal seperti itu di luar rumah.

Prink membawa mereka ke ruangan indah sebelah kanan aula depan, di mana terdapat koleksi barang- barang antik yang bernilai tinggi. Di dekat kaca akuarium, makanan kecil menunggu mereka di meja teh yang dikelilingi oleh empat kursi bersandaran tinggi. Gemini tidak terkejut melihat Prink duduk lebih dulu. Seseorang dengan status sosial tinggi tidak berdiri sementara orang yang statusnya lebih rendah duduk.

"Silakan duduk," kata Prink dengan kehangatan yang terdengar tulus, tapi ada kesan dingin yang membuat kedatangan mereka terasa mengganggu.

Fourth, yang masih tidak nyaman akibat kecelakaan dialaminya, duduk di kursi berbantalan empuk. Gemini hampir takut untuk duduk di samping Fourth, khawatir ia akan merusak kursi antik itu. Saat menurunkan tubuhnya ke kursi dengan sangat hati-hati, Gemini memperhatikan sejumlah makanan kecil yang diatur di piring bermotif bunga dan bertepi sepuhan emas. Mereka datang untuk bicara, bukan untuk makan.

Sambil menuang teh dengan ketepatan yang terlatih, Prink berkata, "Aku senang sekali kau datang ke sini, Fourth, tapi harus kuakui aku sedikit bingung. Di telepon, kau bilang kau ingin menanyakan beberapa hal padaku?"

Fourth menerima cangkir dan tatakannya dari Prink. Sambil memegang tatakan cangkir dengan tangan kiri, Fourth duduk lagi di kursinya, menggunakan tangan kanannya untuk mengangkat cangkirnya. Sepertinya Fourth terlihat lebih santai dengan lingkungan ini dibandingkan Gemini.

"Kemarin aku dan anak-anak mengalami kecelakaan mobil yang serius, bu."

Prink nyaris menyemburkan tehnya. "Oh, Tuhan," serunya. "Raiwin. Apa dia baik-baik saja?"

Amarah menyala di mata Fourth. "Tulang rusuknya memar parah, tapi selain itu dia baik-baik saja, Kau punya dua cucu. Apa kau tidak khawatir pada Baifern?"

Pipi Prink merona pink sebelum berubah pucat lagi. "Tentu saja. Bagaimana keadaannya?"

"Baifern mengalami benturan keras di kepalanya," jawab Fourth. "Untung saja itu tidak menyebabkan gegar otak."

"Syukurlah." Prink mengembalikan cangkir ke atas tatakannya tanpa menimbulkan suara sedikit pun. "Aku senang mendengar mereka berdua baik-baik saja."

Gemini bahkan tidak bisa memasukkan jarinya ke gagang cangkir. Ia harus memegangi tepi gelasnya dengan ibu jari dan telunjuknya. "Bu Prink, sebenarnya Fourth salah bicara. Kejadian itu bukan kecelakaan."

Mata hitam Prink membelalak. "Apa maksudmu?"

"Maksudku seseorang mencoba membunuh Fourth kemarin. Secara kebetulan, anak-anak ada di mobil saat itu terjadi."

"Ya Tuhan," bisik Prink.

Fourth terlihat sangat lelah hingga Gemini harus mengambil alih, mengatakan seluruh kejadiannya dari awal sampai selesai pada Prink. "Kami yakin nama pembunuh putramu ada di dalam kontrak itu, Bu Prink, dan bahwa dia berpikir Fourth melihatnya. Karena tidak ingin ketahuan, si pembunuh mencoba membungkam Fourth sebelum Fourth mengingat apa yang dilihatnya dan melaporkannya pada polisi."

[Completed] This I Promise You | Gemini FourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang