Part 18

278 28 4
                                    

Note: Aku minta maaf karena sudah menganggurkan FF ini sampai 1 bulan lebih. Belakangan ini aku cukup stress dengan masalah pribadi, dan memiliki 2 pekerjaan yang membuatku semakin sibuk. Mungkin ini adalah karya FF terakhirku. Tetapi who knows, maybe in the future I will be comeback again with my new FF about Gemini Fourth. Kemungkinan besar chapter 19 adalah chapter ending untuk kisah FF ini. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca dan vote memberi bintang. Aku sangat mengapresiasikan ini. Thank you so much and happy reading. 


Chapter 18

Keesokan paginya, Fourth menerima telepon dari mantan ibu mertuanya yang memberitahunya bahwa pihak koroner sudah memulangkan jasad Lex agar bisa dikuburkan. Acara pemakamannya akan diadakan pada hari Kamis pukul sebelas siang di pemakaman di Bangkok. Persemayaman dijadwalkan hari Rabu malam antara pukul enam dan sembilan.

Fourth langsung naik ke kamar Raiwin untuk menyampaikan berita itu. Raiwin sedang bersandar di tumpukan bantal, tersedot dalam keseruan membaca buku Harry Potter and the Order of Phoenix. Fourth duduk di tepi tempat tidur, merasa berterima kasih lagi pada Maengmum karena membelikan buku itu. Buku itu bisa menjadi pelarian yang sangat dibutuhkan Raiwin, bukan hanya dari rasa sakit di tulang rusuknya, tapi juga dari kesedihan atas kematian ayahnya.

"Hai", sapa Fourth sambil mengulurkan tangan untuk mengacak rambut Raiwin. "Aku senang melihatmu memakan sarapanmu dengan lahap.

Raiwin menandai halaman yang sedang dibacanya dengan satu jari saat ia menutup bukunya. Raiwin melirik piringnya yang kosong, yang masih ada di atas nakas. "Nenek membuat pancak bluberi."

Fourth mengangguk. "Aku tahu, itu makanan favoritmu. Dia memanjakanmu. Apa yang akan kulakukan denganmu saat dia pulang nanti?"

Raiwin tersenyum dan mengangkat bahu. "Jangan coba- coba membuat pancake bluberi. Oke, Pa?"

Fourth tertawa dan mengalihkan matanya ke jendela terbuka. Di luar, sepasang burung sedang bertengger di dahan pohon ek, bersiul dengan riang di tengah cahaya matahari pagi. Fourth mendapati dirinya berharap ia sebebas burung- burung itu, bahwa Lex masih hidup, dan bahwa segalanya baik-baik saja di dunia Raiwin.

"Nenekmu Prink baru saja telepon," kata Fourth. "Acara pemakaman ayahmu akan diadakan pada hari Kamis pukul sebelas siang. Besok malam akan ada persemayaman di kuil."

Raiwin mendorong buku Harry Potter dari atas pangkuannya, lupa untuk menandai halaman yang sedang dibacanya. Ia berbaring di atas bantal dan memejamkan mata. "Apa itu persemayaman?"

Fourth menelan dengan susah payah. "Momen di mana teman-teman dan anggota keluarga bisa mengucapkan selamat tinggal secara pribadi pada orang yang meninggal." Fourth menelan lagi, mencoba untuk menyingkirkan gumpalan yang tersangkut di dasar tenggorokannya. "Peti matinya akan dibuka, dan akan ada bunga-bunga indah di sekelilingnya. Biasanya peti mati akan diletakkan di sebuah ruangan kecil yang sangat sunyi, dan satu atau dua orang masuk bersama. Dengan pintu tertutup, kau bisa mengungkapkan kesedihanmu tanpa ada seorang pun yang melihatnya."

"Pa?"

Fourth menggenggam tangan Raiwin. "Apa, Sweetie?"

"Aku agak takut. Aku tidak pernah melihat orang mati. Apakah akan sangat mengerikan?"

"Bukan mengerikan. Ayahmu akan terlihat seperti biasanya, tapi dia tidak akan bisa bergerak lagi karena rohnya sudah meninggalkan jasadnya."

"Apa menurutmu rohnya berada di surga?" Fourth berdoa semoga saja begitu. Sejak kematian Lex, ia mulai bisa memahami Lex dengan cara yang tidak pernah bisa dilakukannya saat Lex masih hidup.

"Aku yakin begitu," jawabnya.

"Tapi Daddy melakukan hal-hal buruk," bisik Raiwin. "Bagaimana jika Tuhan tidak membiarkannya masuk surga?"

[Completed] This I Promise You | Gemini FourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang