Part 3

376 32 9
                                    

3

Sore itu Fourth harus pergi bekerja sebelum Raiwin pulang, jadi ia menyempatkan diri menelepon ke rumah untuk memeriksa keadaan Raiwin. Fourth berpikir Raiwin akan terdengar kesal saat menjawab teleponnya, tapi Raiwin justru menyapanya dengan ceria, "Hai pa. ada apa?"

"Aku hanya ingin menanyakan kabarmu."

"Aku baik-baik saja."

Sepanjang minggu ini Raiwin selalu murung dan menyulitkan. "Oh Tuhan, apakah aku menekan nomor yang salah?"

"Pa, tidak usah terlalu mendramatisir, bisakan?"

"Maaf. Hanya saja aku senang sekali bisa mendengar senyuman dalam suaramu."

Pemain piano, Neung, menekan nada pertama lagu yang baru. Mereka harus berlatih sebelum tamu mulai berdatangan untuk makan malam.

Fourth sedikit berteriak, "aku akan kesana sebentar lagi, P'Neung." Ia mengalihkan perhatiannya kembali pada putranya. "Bagaimana harimu?"

"Kurasa baik-baik saja. Mr. Titichareonrak mengajariku macam-macam."

"Apa saja?"

"Yah, macam-macam. Bukan sesuatu yang kau tahu."

Fourth sudah terbiasa mendengar Lex bicara dengan nada merendahkan seperti itu. Tapi rasanya menyakitkan saat mendengar nada yang sama pada suara putranya. Untuk waktu yang sangat lama, Raiwin terpengaruh oleh contoh buruk dari sang ayah. "Aku hanya penasaran, sayang."

Raiwin melunak. "Aku menggunakan gergaji mesin, itu saja. Bukan masalah besar."

"Gergaji mesin?" ulang Fourth.

"Kenapa? Kau pikir aku belum cukup besar untuk menggunakan gergaji mesin?"

Fourth tertegun, bisakah ia melakukan atau mengatakan sesuatu dengan benar? "Kau sudah cukup besar. Hanya saja peralatan semacam itu bisa sangat berbahaya. Aku harap kau berhati-hati."

"Memangnya aku akan dengan sengaja memotong semua jariku?"

Fourth memejamkan matanya sejenak. "Apakah Mr. Titichareonrak baik padamu?"

"Yang benar saja. Untuk alasan apa dia bersikap baik padaku?"

"Jika dia bersikap buruk padamu, Raiwin. Aku akan mencari cara untuk membayar hutangmu padanya."

"Hah, apa yang akan kau lakukan, mengambil yang dari kotak kas klub?"

Ternyata ia memang tidak menekan nomor yang salah. Itu memang putranya. Fourth ingin sekali membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik diantara mereka, tapi entah kenapa, tidak peduli sekeras apapun ia mencoba, ia hanya membuat semuanya menjadi lebih buruk.

"Apa kau sudah menelepon daddy dan bilang kalau akua da masalah?" tanya Raiwin.

Fourth sudah meninggalkan pesan di kantor, rumah dan ponsel Lex, tapi sampai sekarang, Lex belum membalas teleponnya. Mungkin Lex terlalu sibuk bersenang-senang dengan kekasih barunya, hingga tidak mau memperumit hidupnya dengan tugas sebagai orangtua.

"Aku belum menelponnya." Jawab Fourth berbohong. "Aku minta maaf, Raiwin. Aku tidak punya waktu."

"Kau tidak pernah punya waktu untuk hal-hal yang penting bagiku."

Fourth ingin sekali membela diri. Ia benci harus selalu disalahkan atas perbuatan Lex. Tapi jika ia mengatakan yang sebenarnya pada Raiwin, anak itu akan tahu bahwa ayah kandungnya sendiri tidak pernah peduli padanya.

"Aku minta maaf." Ulang Fourth, emrasa sakit hati dan marah pada Lex hingga ia ingin sekali mencekik pria itu. "Semalam aku sibuk bekerja dan tidak punya sedikit pun waktu senggang sampai klub tutup."

[Completed] This I Promise You | Gemini FourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang