Chapter 10

167 69 27
                                    

DISCLAIMER

The characters, places, and events appearing in this work are fictitious. Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.

 Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Play the BGM for better experience!]
BGM by w i n t e r

Alyssa Magan © FIRSTYRN

.
.
.
.

CHAPTER 10

Rugovas, Oh Rugovas. Setelah mati, kini ia hidup kembali. Pemilik toko, pembuat kertas, dan penjahit pakaian mengawali musim semi dengan senyum lebar. Mereka telah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengeruk lembar demi lembar uang kertas dari peti harta para bangsawan dan orang-orang kaya yang memasukkan anaknya ke akademi.

Hari-hari di mana anak-anak muda akan merasakan cinta pertama yang manis hingga cinta tak terbalas akhirnya dimulai. Dari halaman terluar hingga aula besar Akademi Rugovas penuh sesak dengan kebisingan para murid. Sebagian menyender pada dinding sambil menceritakan pada teman-temannya tentang liburan musim dingin mereka. Sebagian lain memijat pelipis pening karena selembar pemberitahuan bahwa kelasnya mendatang akan diajar oleh pengajar paling tidak menyenangkan.

Di sanalah Alyssa Magan berjalan cepat melintasi lorong akademi sambil meremas pegangan tasnya. Raut wajahnya bukan termasuk ke dalam golongan murid yang bahagia karena rutinitas belajarnya telah kembali. Namun, sungguh bukan itu yang ia risaukan. Tentu saja, belajar tidak pernah menyenangkan buatnya, tetapi permasalahan lain memenuhi dadanya hingga sesesak lapangan Rugovas, ia tak lagi menaruh perhatiannya pada siapa dan bagaimana pengajar yang diperolehnya.

"Berapa usiamu tahun ini?"

Pertanyaan ayahnya malam itu cukup membuat Alyssa mengangkat alis kirinya keheranan. Seingatnya Gesse Magan bukanlah jenis ayah yang meromantisasi kehidupan rumah tangganya--oh, jelas--apalagi untuk sekadar penasaran dengan usia anak-anaknya. Cukup singkat, Alyssa menjawab pertanyaan Gesse kala itu. Awalnya ia berpikir akan segera meninggalkan pria itu yang barangkali dalam pengaruh anggur sehingga meracau tidak jelas. Namun, siapa yang menyangka bahwa tanggapan Gesse berikutnya membangkitkan sebuah momok seram dalam hidup Alyssa.

"Sembilan belas tahun. Usiamu sudah cukup untuk menikah. Kau masih mengingat Tuan Vogat Jiese, 'kan? Beliau menginginkanmu untuk menikah dengan putra bungsunya."

Oh, yang benar saja! Siapa yang tidak ingat dengan kakek tua yang menatapnya dengan penuh penilaian dari ujung kaki sampai kepala secara tidak menyenangkan. Alyssa bersumpah, sejak malam itu hingga detik ini--dan ia yakin akan terus berlanjut--seperti ada api yang membakar ubun-ubunnya.

Menikah katanya? Berikan saja tawaran itu pada orang lain. Memangnya wajahnya terlihat seperti sangat membutuhkan sebuah perjodohan? Dan dari sekian banyaknya manusia yang mungkin dilihat oleh pria tua itu, kenapa harus Alyssa? Ia yakin Vogat Jiese telah bertemu ratusan hingga ribuan orang berjenis kelamin perempuan--yang siap kapan saja menikahi putra bungsunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALYSSA MAGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang