Chapter 6

115 78 1
                                    

DISCLAIMER

The characters, places, and events appearing in this work are fictitious. Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.

 Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Play the BGM for better experience!]
BGM by Sleepy Deer

Alyssa Magan © FIRSTYRN

.
.
.
.

CHAPTER 6

Matahari masih terasa sangat menyengat seakan bayang-bayang pohon di seluruh hutan tidak ada gunanya. Lare Jeth Ammar menyeka keringat di dahinya dengan hati penuh kekesalan. Oh, jelas saja. Kakak perempuannya--Peery Jeth Ammar tidak pernah melakukan tugasnya. Sama seperti hari-hari biasa, perempuan itu selalu melimpahkan tugasnya mencari kayu bakar kepadanya yang bertubuh ringkih.

Harus diakui, sesekali Lare ingin membuat perempuan itu menggigil kedinginan karena tidak ada kayu yang dapat digunakan untuk merebus air mandi. Namun, sayang sekali bahwa ibu mereka juga tidak bisa mandi menggunakan air dingin. Apa pilihan Lare selain mengikat ranting-ranting kering yang telah ia kumpulkan?

Lare berjalan menuju tepian danau. Lelaki itu mencelupkan kedua tangannya ke dalam air dan mulai membasuh wajahnya. Tetesan air yang jatuh dari dagunya membentuk lingkaran konsentris. Ia memutar kepala, menatap seikat ranting yang tergeletak di bawah pohon dengan alis berkerut ketika seseorang tiba-tiba mengumpat dengan keras.

"Bajingan mereka semua!"

Lare segera berdiri dan menggendong ranting-rantingnya kemudian bergegas menuju sumber suara. Ia masih dapat mendengar gerutuan seorang pria meski tidak dapat mencerna dengan jelas kata-kata yang dilontarkannya.

"Mereka pikir mereka jagoan?"

Dari balik semak belukar, Lare melihat seorang pria dewasa menendangi akar pohon mati. Dilihat dari bahan pakaiannya, dia terlihat seperti pria kaya. Maksudnya, bandingkan saja dengan kain katun putih yang kini menguning di tubuh Lare karena kotoran.

Pria itu terus menggerutu diselingi dengan umpatan-umpatan tidak bermoral tanpa menyadari bahwa dirinya tengah diamati oleh sepasang mata kuning tembaga milik Lare Jeth Ammar. Astaga. Hanya orang aneh dan tidak memiliki pekerjaan yang rela meluangkan waktu untuk diam berdiri sambil melihat orang tak dikenal menendangi akar pohon dengan pantofel mewah. Nyaris membuat insting kriminal Lare muncul. Yah, untuk mencuri sepatu itu. Namun, sayangnya tidak. Lare tidak sedang berdiri seperti pengangguran untuk menunggu kesempatan mencuri pantofel milik pria tak dikenal itu. Semiskin apa pun keluarganya, ia tidak pernah diajari untuk--

ALYSSA MAGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang