Chapter 3

197 111 16
                                    

DISCLAIMER

The characters, places, and events appearing in this work are fictitious. Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.

 Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Play the BGM for better experience!]
BGM by OPHELIA

Alyssa Magan © FIRSTYRN

.
.
.
.

CHAPTER 3

Harimu bisa saja buruk jika: kau membuat ibumu marah, seseorang mengambil remahan pastel kacang terakhirmu--yang bahkan semut pun sudah tidak bernafsu, atau suasana hati majikanmu seperti puting beliung raksasa yang menerbangkan ternak-ternak yang dilaluinya. Hari ini nyawa Lare Jeth Ammar seperti terombang-ambing di antara pintu-pintu kematian karena Goran Barit menolak memberi makan buruh-buruhnya.

Benar. Tidak cukup dengan sepotong kentang saja, kini Goran Barit tidak sudi menyiprati lidah-lidah mereka dengan makanan, sekalipun itu muntahan babi. Lare memiliki tinggi seratus delapan puluh dan masih dalam masa pertumbuhan, tapi karena ulah rekan kerjanya, tidak ada bakteri yang bisa diberi makan siang ini.

Pria tambun itu secara tidak sengaja melihat Ian Liosa membuang sesendok bubur sisa makan malam. Goran mulai menghardik dengan sumpah serapah yang tidak berhenti keluar dari mulutnya sampai nyaris satu jam.

"Bayangkan!" teriaknya malam itu. Bukan hanya jam istirahat terpotong, Lare juga ikut disuruh membayangkan. "Berapa banyak kerugian yang akan kualami sampai seratus tahun ke depan jika aku punya sepuluh buruh yang setiap hari membuang sepuluh sendok bubur gandum?!" lalu mereka dipaksa menghitung.

Logika majikannya tidak masuk akal menurut Lare. Pertama, lihat saja usia rata-rata orang Mussun yang menemui ajalnya sebelum membakar lilin ulang tahun yang ke-sembilan puluh. Selain itu, siapa yang sampai kakek-kakek ingin menjadi budaknya? Oke, anggaplah Ian mungkin bersedia karena rasa bersalahnya telah membuang sesuap kebaikan majikan mereka. Akan tetapi, yang lebih penting adalah kenyataan jika Nyonya Barit, istrinya, hanya memberi mereka makanan berbahan gandum seminggu sekali! Sisanya mereka hanya diberikan olahan ikan setengah basi atau umbi-umbian.

Akhir kata, Goran membanting pintu kamar buruh dengan dramatis. Dia bilang, "Seumur hidup kalian akan tetap melarat!"

Dan tidak ada lagi sepotong kentang cacat setiap jam istirahat.

"Ibukota memang kejam!" keluh Esser Ston.

Tidak ada yang berniat menghitung, tapi Lare sudah mendengar pemuda itu mengulang kalimat yang sama lebih dari tiga kali dalam lima belas menit terakhir. Sepertinya rasa lapar membuat otaknya sedikit kehilangan kumpulan kosa-kata yang bisa diucapkannya selain rangkaian tiga kata itu.

ALYSSA MAGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang