Chapter 9

119 70 7
                                    

DISCLAIMER

The characters, places, and events appearing in this work are fictitious. Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.

 Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Play the BGM for better experience!]
BGM by Neamisaofi

Alyssa Magan © FIRSTYRN

.
.
.
.

CHAPTER 9

Tidak ada tanda-tanda sang kakak akan pulang malam ini. Alyssa Magan menutup kembali ruangan Kaia yang mulai ditempati tikus pengerat. Ia merutuk dalam hati. Sebenarnya, apa yang sedang dilakukan pria itu? Ah, tentu pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Tidak karena Alyssa sudah bisa mengarang, sedang apa dan bagaimana pria itu saat ini.

Alyssa menggigit bibir bawahnya dan berbalik. Ia berniat menyeduh teh panas sebelum tidur ketika Reube Magan tiba-tiba muncul. Alyssa melirik tangan kanannya sendiri yang masih memegangi gagang pintu kamar Kaia.

"Aku tidak mengambil apa pun dari kamar Kaia," tegasnya.

Reube hanya melewatinya tanpa berkomentar, melirik pun tidak. Lelaki itu berjalan menuju dapur, mengambil sebuah gelas dan botol kaca berisi susu.

Melihat adiknya berkutat di dapur, Alyssa mengurungkan niatnya untuk menyeduh teh. Ia segera masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Tirai kamar berkibar lembut karena terpaan angin malam yang masuk melalui jendela yang dibiarkannya terbuka sejak matahari terbenam. Alyssa berjalan mendekat dan duduk di atas kayu yang membingkai jendelanya dengan kaki terangkat sebelah.

Perempuan itu memandang ke arah laut di bawah sana yang tampak berkilauan karena cahaya bulan. Purnama datang, artinya tidak ada bintang yang bisa dilihat dengan jelas malam ini. Namun, lampu-lampu di sepanjang daratan yang mengelilingi Laut Liev menggantikan tugasnya untuk berkelap-kelip.

Alyssa menghela napas. Mungkin di antara lampu-lampu itu, ada satu lampu di mana Lare Jeth Ammar tinggal. Mungkin juga tidak.

Tepat saat pikirannya berkelana, suara ketukan pintu terdengar.

"Ada apa?" sahut Alyssa. Jengkel. Oh, ayolah. Siapa orang di dunia ini yang suka mendapat gangguan menyebalkan saat sedang melakukan sesuatuentah apa pun bentuknya. Ia bahkan tidak perlu merasa penasaran untuk tahu siapa sosok manusia yang mengganggunya. Seribu persen, pasti adiknya.

Ha! Tentu saja. Siapa pun, bahkan semua orang pun bisa menjadi sangat menyebalkan. Termasuk saudaranya sendiri. Alyssa tidak bohong jika suasana hatinya mendadak terasa kacau dan sewaktu-waktu bisa meledak kapan saja meski dengan sedikit sentuhan.

Pintu kembali diketuk.

Alyssa berdiri dan menutup jendelanya sambil menggerutu pelan. "Aku mendengarnya. Ada apa?" sahutnya lebih keras.

ALYSSA MAGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang