[1] flashback

288 14 0
                                    

⚠️ WARNING!! ⚠️
—blood, physical abuse!—

.

.

.

malam yang malang bagi seorang pemuda di gang sempit nan sepi itu. untuk kesekian kalinya ia di rendahkan habis oleh ketuanya sendiri.

"lo becus kerja gak sih?!" mahesa terbanting kebelakang hingga punggungnya menghantam keras dinding di belakangnya, punggungnya teramat sakit seperti akan remuk detik itu juga, dia terduduk tak berdaya menyandarkan punggungnya sambil menundukkan kepala.

rekan kerjanya yang lain hanya bisa menonton ketua mereka mulai membacoki mahesa. tak ada yang berani berbicara apalagi berkutik sedikit pun, padahal dari lubuk hati mereka ingin sekali mentertawakan mahesa sekarang.

ketua dari geng mereka berjalan dengan gagah mendekati posisi mahesa. kala sampai di hadapan pemuda itu, kaki kanannya dengan enteng menendang kepala mahesa dengan keras.

kepala mahesa mulai terasa berkunang, hidung nya mengeluarkan sebuah cairan kental berwarna merah pekat hingga menetes ke aspal dan jaket hitam mahesa.

ketua mereka, bryan, menjambak rambut lebat mahesa untuk menatap wajah malang pemuda itu, dia menatapnya dengan tatapan murka. sedangkan mahesa menatap balik mata bryan dengan kesal, namun ia juga tidak berani untuk melawan ketuanya.

"lo bikin malu gue tau gak?! hampir aja lo bunuh anak tu orang! gue yang kena, anjing!!" bentaknya seraya menghantamkan kepala mahesa ke dinding berkali-kali.

lambat laun mahesa dapat merasakan sensasi perih di kepalanya, dari pandangan nya yang mulai kabur ia dapat melihat bercak darah pada dinding yang menampung hantaman kepalanya.

mahesa tidak ingin terlihat lemah dengan meringis di hadapan ketua dan rekan kerja lainnya. dia berusaha terlihat kuat meski tubuhnya tak berdaya.

emosi nya berkecampur aduk, ia ingin sekali meledakkan emosinya detik ini, namun apa daya nya yang bisa langsung di pecat dari pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran jika ia berani melawan ketuanya.

jika ia di usir ntah mahesa harus bekerja dimana lagi. sejauh ia mendaftarkan diri di pekerjaan yang baik, justru hanya pekerjaan ini yang menawarkan diri duluan kepada mahesa. mau tak mau pemuda itu mengiyakan demi bisa menafkahi adik-adik nya dirumah. meski ia tau, mahesa telah memberikan makan adik-adik nya hasil uang haram.

"jawab gue tolol!! bisu lo?! sini gue sobek mulut lo biar lo mau bicara!" tak segan-segan bryan mengeluarkan cutter dari saku celananya dan langsung merobek sudut bibir mahesa. seketika darah mahesa muncrat dan sedikit mengenai wajah bryan.

spontan mahesa berteriak kesakitan, "ARGH!!!" bryan yang akhirnya mendengar mahesa merintih kesakitan mulai tersenyum gembira.

"keluar juga suara lo!" ujar bryan sambil mengelap darah di wajahnya.

mahesa telungkup sambil meringkuk di tanah kotor dan dingin itu seraya memegangi sudut mulutnya yang mulai tersobek cukup lebar. darahnya mengalir dengan deras mengotori tangannya dan tanah itu.

bryan berdiri dari posisi berlututnya, manik coklat gelapnya tak luput memandangi mahesa yang telah merintih kesakitan. tubuh mahesa bergetar kecil, suara ringisannya membuat bryan merasa sangat senang.

sekali lagi bryan menendang kepala mahesa, "angkat kepala lo! masa gitu doang mau nangis? haha!!" cibirnya disambung dengan tawa meremehkan.

mahesa benar-benar mendongakkan kepalanya. mata nya menatap tajam ke arah atasannya yang begitu bajingan menurutnya, ia mengepalkan erat kedua tangannya untuk menahan diri agar tidak kelepasan menonjok wajah ngeselin pemuda di hadapannya.

Seven [7] BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang