[8] bang hesa

202 19 0
                                    

tanpa basa-basi pria itu langsung menerkam mahesa yang berdiri di depan memimpin jalan, lagi-lagi leher remaja itu di cekik, bahkan pria itu dengan enteng mengangkat tubuh mahesa kemudian membantingnya lantai.


"BANG HESA!!"

kepalanya terasa akan pecah detik itu juga, rasa pusing memukul kepalanya dengan keras, pandangan nya buram, telinganya terasa mendengung. perlahan sebuah cairan berwarna merah pekat mengalir dari kepala mahesa membuat genangan kecil di sekitar kepalanya.

jadi ini yang di rasain mama waktu ayah banting ya...?

untuk berbicara rasanya mahesa tidak memiliki tenaga. dengan tenaga yang ia punya perlahan mahesa mencoba mengeluarkan pecahan kaca di saku celananya yang ia kantongi tadi, dia melempar kaca itu ke lantai hingga mendarat tepat di kaki depan reyhan, reyhan seakan paham dengan maksud sang kakak.

"kurang ajar kalian! berani banget mau kabur dari sini, hah?!! bos!!! mereka mau kabur!!" teriak pria itu memanggil ketuanya.

kala pria itu hendak lanjut menerkam ricky, dengan gerak cepat reyhan mendekat ke arahnya, ia melompat lalu mengayunkan tangannya dan berhasil menggores leher pria itu.

spontan pria itu selangkah mundur sembari memegangi lehernya yang mulai mengeluarkan darah dengan deras, dia merintih lebay sampai berlutut.

"bang rey keren!" puji ricky spontan.

dan kemudian mereka mengalihkan perhatian pada mahesa yang terbaring lemah. ke-enam bocah itu mengelilingi mahesa dan menatapnya dengan tatapan penuh kecemasan.

tapi yang menjadi sorot pandang mahesa pertama adalah juan.

"k-keluar... cepat..! mereka– bakal kesini.." perintah mahesa bersusah payah tuk bersuara.

"tapi abang ikut kita ya?" jean dan ricky tampak bersusah payah ingin membantu mahesa bangun dari tidurnya.

mahesa menepis tangan mereka dari tubuhnya dengan pelan. "tinggalin abang..."

mahesa melirik ke arah juan yang terlihat kembali ketakutan, tubuh anak itu bergetar hebat, nafasnya pun jadi terengah-engah, "j-juan... jangan liat abang... t-tutup mata mu.."

teringat dengan trauma dan ketakutan juan, sean yang berada di sampingnya spontan langsung menutupi mata juan dengan telapak tangannya.

tiba-tiba terdengar pula teriakan aldebar, semua sontak menoleh ke sumber suara, yang dimana terlihat pria itu berlari ke arah mereka dengan wajah murka.

"la-lari! cepat!" desak mahesa.

keadaan mendesak, juan tidak mampu berlari karena di landa oleh traumanya, reyhan sontak langsung menggendong juan di punggung nya lalu berlari, "cepat lari! ikutin abang!!" ucap reyhan.

semua anak-anak mulai berlari mengikuti langkah reyhan, namun ricky tetap diam di tempatnya memikirkan perihal mahesa yang tak mampu tuk ikut berlari, "t-tapi bang hesa..?"

"ayo pergi dulu!" satya langsung menarik tangan ricky mengajaknya lari bersama mereka.

sungguh? kita bakal kehilangan bang hesa juga?

ricky tak berhenti melirik-lirik ke posisi mahesa disaat kaki kecil ricky yang melemah dipaksa terus berlari. bagaimana mungkin abang-abang nya tega meninggalkan mahesa begitu saja disana?

kini aldebar berhasil berdiri di samping mahesa, dia menatap geram ke arah remaja yang tergeletak lemah di lantai semen itu. aldebar menarik belakang kerah baju mahesa kemudian mengangkat tubuh remaja itu hingga berhadapan dengannya.

Seven [7] BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang