[13] kehangatan

100 11 2
                                    

mahesa keluar dari ruangannya setelah akhirnya terapinya selesai, sorot matanya menemukan sosok sheila dan reyhan yang duduk bersebrangan dari depan pintu ruangan yang di masukinya tadi.

melihat kehadiran mahesa, kedua ibu dan anak tak sedarah itu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri mahesa, dan kala itu dokter juga keluar dari ruangannya.

"gimana dok?" tanya sheila pada dokter yang berdiri di belakang mahesa.

"terapinya berjalan dengan lancar. silahkan datang kembali lagi minggu depan, ya, saya harap setiap seminggu sekali dia dapat terapi kemari. mahesa masih membutuhkan waktu panjang untuk benar-benar pulih." jelas sang dokter.

sheila mengangguk, "baik, dokter." kemudian mengajak mahesa tuk kembali pulang kerumah.

mahesa menurut dan mengikuti langkah sheila di sampingnya. setelah beberapa saat ia hanya membisu, akhirnya mahesa mulai melontarkan pertanyaannya yang memenuhi kepalanya.

"ma, kenapa aku harus terapi setiap minggu? luka ku kemarin gak separah itu kan?" tanya nya polos.

mendengarnya membuat sheila dan reyhan saling kontak mata, sheila menatap teduh ke arah anak sulungnya, "i-iya gak parah kok... tapi kata dokter lebih baik kalau kamu terus terapi, biar kamu benar-benar sembuh dan gak sakit-sakitan lagi, mahesa sering ngerasa sakit kepala kan?"

mata mahesa spontan sedikit melotot, "kok mama tau?"

sheila tersenyum lembut, "karna mama selalu ngerti keadaan mu. udah pokoknya kamu harus selalu terapi tiap minggu ya?"

"... iya."

reyhan sejak tadi hanya diam sambil mendengarkan percakapan sheila dan mahesa, mendengarnya membuat reyhan merasa sangat kasihan pada keadaan mahesa yang cukup buruk. meski begitu mahesa sama sekali tidak mengetahui soal penyakit yang ia punya.

mereka sekeluarga sepakat untuk tidak mengatakannya pada mahesa, agar mahesa tidak semakin stres memikirkan penyakit nya yang ntah kapan bisa sembuh.

bang hesa gak tau kalau dia mengidap penyakit gegar otak...

ya, nyatanya penyakit yang di alami mahesa adalah gegar otak. karena benturan berkali-kali kejadian beberapa waktu lalu menyebabkan kerusakan di otaknya. beruntung kata dokter penyakitnya masih di tahap ringan.

sesampainya di parkiran, sheila dan kedua putranya mulai memasuki mobil kemudian bergegas kembali pulang kerumah.

~

"bang hesa sama bang rey kok lama sih?!" kesal ricky yang tau-tau sudah menunggu mereka berdua di ruang tamu. si bontot itu menyilang kedua tangan di depan dadanya lalu membuat ekspresi marah.

di ikuti oleh sean yang mulai berdiri di samping adik bontotnya, "iya! kalian habis darimana aja?!"

"pasti jalan-jalan bertiga sama mama terus gak ngajak-ngajak kita!" sambung juan yang masih duduk di atas sofa.

kedua abangnya hanya terkekeh gemas melihat tingkah adik-adik mereka, "gak kok.. tadi kita cuma mampir bentar kepasar nemenin mama belanja." sahut mahesa.

"sama aja ih itukan jalan-jalan!"

"emangnya kenapa? juan emangnya mau jalan-jalan di pasar? berhimpit sama banyak orang udah gitu berisik lagi, kamu kan gak suka suasana begitu." jawab reyhan.

"i-iya sih..."

"icky suka kok! soalnya bisa bantu mama–"

jean menyela ucapan ricky, "alah kamu mah suka nya pas bagian belanja mainan doang, kan?" ejeknya.

Seven [7] BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang