"bangsat, kemana lagi anak-anak itu. arghh!! sial! kenapa bisa lolos sih?!" racau aldebar seraya mengacak-acak rambutnya kasar.
ia berkacak pinggang seraya sorot matanya berkeliling menatap sekitar berharap dapat menemukan kelima bocah yang di liatnya tadi.
"padahal tadi udah ketemu, malah lolos lagi!" lanjut gerutunya menendang batu di depan kakinya ke arah selatan dengan geram.
batu dengan benang warna hitam yang melilitnya.
akhirnya aldebar memilih jalan ke arah dimana dia menendang batu tadi, dia berlari ke arah selatan yang dimana tempat itu sedikit rimbun dengan rerumputan namun tetap ada jalan setapak, dengan harapan dia dapat menemukan bocah-bocah sd itu.
~
"semoga bang reyhan sama bang hesa bisa nemuin kita dengan batu yang di lilit benang ini." ucap jean seraya menarik benang bajunya tuk kesekian kali, lalu melilitkan nya di sebuah batu dengan ukuran tak terlalu besar dan tak pula terlalu kecil.
"ya, moga aja batunya gak melenceng ke arah lain." sahut satya sambil menggendong juan yang akhirnya tertidur dengan tenang di punggung nya.
"kalau melenceng ke arah lain berarti bang hesa sama bang rey juga bakal ngikutin batu itu ngarah dong? terus, terus... nanti kita malah gak ketemu sama mereka!" resah sean.
jean segera menegurnya, "jangan ngomong gitu. berdoa aja moga batunya tetep diam di tempatnya."
"aamiin... tolong kabulin doa ricky ya Allah." pinta ricky seraya mendongakkan kepalanya dan mengangkat kedua tangannya di langit-langit yang gelap.
usai melilitkan benang ke batu itu, jean menaruhnya di tempat mereka berkumpul sekarang, "udah yuk, kita lanjut jalan." ajaknya dengan senyum tipis terlontar di bibirnya.
semuanya mengangguk semangat dan melanjutkan perjalanan mereka menuju ke kota.
ya Allah... tolong bantu arahkan jalan bang rey sama bang hesa ke tempat kami.
langkah kaki yang santai berpijak pada bumi seraya merasakan hembusan angin dingin yang menyentuh kulit secara halus. awan semakin menghitam menandakan hujan akan turun sebentar lagi.
ntah akan berteduh dimana mereka jika hujan benar-benar turun sebelum mereka memasuki kota, sedaritadi kanan dan kiri mereka hanya di penuhi dengan lebatnya hutan, tak ada tempat untuk berteduh.
berjalan dengan waktu yang lama memang melelahkan, begitu menguras banyak tenaga. beberapa menit setelahnya jean tersadar akan sesuatu, dia melirik ke arah satya yang berjalan di belakangnya, dia memperhatikan sang adik yang terus berjalan sembari membondong juan di punggungnya. meski satya tak menunjukkan wajah lelahnya, jean tau kalau satya pasti kelelahan.
jean menghentikan langkahnya menoleh ke arah satya, "satya, sini gantian aku gendongin juan." dia memberikan punggung nya di depan satya.
satya menggeleng, "gak usah, nanti kalau pindah tangan juannya malah bangun." ucapnya.
"tapi daritadi kamu udah gendongin juan. capek kan? gapapa sini, paling kebangun bentar kok, nanti bisa di tidurin lagi."
setelah berpikir akhirnya satya mengangguk setuju. dengan hati-hati dia melepaskan juan dari gendongan nya lalu memindahkannya di punggung jean.
sesuai dugaan, juan terbangun dengan keadaan setengah sadar, ia menggulat pelan dan terlihat gelisah sendiri.
"j-jangan apa-apain juan..." celetuk anak itu dengan mata setengah terpejam.
ricky pun langsung berlari mendekati juan lalu mengusap puncak kepalanya, "sstt... abang juan gak bakal di apa-apain kok! tenang aja, ada kita disini." ia berusaha menenangkan sang kakak sembari tersenyum manis.
setelahnya, juan menyandarkan kepalanya di bahu jean lalu kembali tertidur. jean segera bangkit dari posisi berlutitnya lalu melanjutkan perjalanan mereka.
"encok bang?" cicit sean setelah mengejar langkah saudaranya dan berjalan di sebelah satya.
"dikit." sahut satya tanpa menoleh.
.
.
.
jenjang kaki kurus pemuda smp kelas satu itu tak berhenti melangkah dengan cepat, kedua tangannya di gunakan tuk menahan paha seseorang yang digendongnya, dan punggung sedikit membungkuk sebab menompang mahesa yang tak kunjung sadar.
reyhan mulai kewalahan. bagaimana tidak? sudah dua puluh menit dia berjalan sembari menggendong mahesa yang jelas lebih berat dari nya, namun ia tak mau mengeluh, reyhan semakin mempercepat langkahnya sambil mencari batu dengan lilitan benang yang tergeletak di pinggir jalan, guna mengarahkan arah langkahnya.
reyhan telah berjalan mungkin lima ratus meter dari batu yang ia temukan sebelumnya, dan saat ini dia belum menemukan batu yang di maksud di jalannya. reyhan menoleh ke kanan kirinya berharap menemukan batu yang di maksud.
hingga ketika sorot mata elangnya berhasil menemukan batu itu. segera reyhan mendekati batunya, dan ketika berdiri di depan batu tersebut, dia memandang lurus di depannya.
reyhan mengangkat alisnya sebelah, "kenapa mereka malah ngarah ke hutan?" gumamnya terheran-heran.
"seharusnya tujuan mereka ke kota, bukan semakin nyesat ke dalam hutan." lanjutnya.
reyhan terdiam sejenak sebelum memilih jalannya.
"apa mungkin mereka sempat di kejar sama orang itu jadi nya mereka pilih jalan ke arah hutan? ... kemungkinan iya."
akhirnya ia memutuskan pilihannya. perlahan reyhan berjalan memasuki hutan yang ada di depan matanya, tapi dalam waktu singkat reyhan mengurungkan niatnya, dia memutar arah langkahnya, dengan tergesa-gesa berusaha berlari secepat yang di bisa menjauh dari tempat itu ke arah utara.
mata reyhan tanpa sengaja melihat sosok pria —aldebar— di dalam hutan tersebut yang berjalan hendak keluar hutan, beruntung aldebar tidak melihat reyhan dan mahesa yang berdiri cukup jauh di depannya, maka dari itu tanpa berpikir panjang pun reyhan mengalihkan arah langkahnya.
reyhan berlari ke arah kota seraya membondong mahesa di punggung nya.
"duh aku jadi lari ke arah sini kan? ini mau balik takutnya malah ketemu orang itu." gumam reyhan melambat kan langkahnya dan menoleh-toleh ke belakangnya.
dan sial, mata mereka bertemu.
tanpa berpikir panjang reyhan langsung berlari ke depan sekencang yang dia bisa.
"WOY ANJING BALIK GAK KALIAN?!!!" teriak aldebar langsung berlari mengikuti langkah reyhan.
yang tidak diinginkan justru terjadi. bersusah payah reyhan berlari dari setan di belakangnya, dengan nafas yang tersengal-sengal, semakin lama laju larinya berkurang akibat kekurangan energi.
karena terlalu terburu-buru dan kelelahan reyhan sampai tidak memperhatikan jalannya, dia tersandung sebuah batu membuatnya tersungkur, membuat mahesa yang berada di gendongannya jadi terlempar sedikit kedepan.
"ahk! bang hesa! duh... kenapa ada batu sih?!" gerutu reyhan melihat ke arah batu yang membuatnya tersandung.
matanya mengerjap, "ada benangnya? itu berarti mereka lewat jalan sini, bukan yang di hutan." lanjut gumamnya.
terlalu sibuk dengan pikirannya membuatnya tidak tersadar jika aldebar semakin dekat dengannya. dengan kaki panjangnya, aldebar berhasil berdiri di belakang reyhan yang masih telungkup.
mata pria itu menyala seakan penuh amarah, "gak capek lari terus? mending ikut gue, nanti gak bakal gue biarin capek lagi kok." nadanya merendah namun mencekam.
sontak reyhan langsung menendang titik sensitif pria itu, membuatnya menjerit kesakitan dan meringkuk di atas aspal sembari memegangi alat vitalnya.
"ARGH! BRENGSEK LO!"
"mampus!" ejek reyhan yang langsung buru-buru berdiri dari posisinya dan menghampiri mahesa yang tergeletak tak berdaya tidak jauh di depannya.
reyhan kembali menggendong mahesa di punggung nya dan lanjut berlari meninggalkan pria malang itu.
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven [7] Brothers
Fantasykisah pilu tujuh anak laki-laki yang mati-matian berjuang hidup dikerasnya dunia dengan saling merangkul dan mengobati masing-masing luka mereka bersama-sama. ---------------------------------------------------------------- ⚠️ Perhatian!! cerita men...