kini rumah mereka di penuhi dengan mobil polisi dan mobil ambulans. beruntung ada seorang tetangga mereka yang mendengar keributan yang tak beres dari dalam rumah mereka, dia berinisiatif menghubungi polisi dan dokter.
dengan sigap para polisi memborgol tangan ardian kemudian menuntun jalannya menuju ke dalam mobil polisi. satya yang melihat sang ayah akan segera di bawa, secara berani dia melontarkan kekesalannya.
"SATYA BENCI SAMA AYAH!! SATYA KECEWA SAMA AYAH!!! AYAH JAHAT SUDAH MEMBUNUH MAMA YANG GAK BERSALAH!!!!" murka satya bukan main, tak henti-henti air matanya terus terjun bebas di pipinya.
"satya, sudah dek..." mahesa bangkit dari tempat ia duduk langsung sigap memeluk satya berusaha menenangkannya.
tangisan satya pecah, dia menenggelamkan wajahnya di bahu mahesa sambil memeluk sang kakak dengan erat. ia menangis sesenggukan disana dengan mahesa terus mengelus punggung sang adik. yang lain pun ikut bergabung, mereka melingkar menjadi satu saling memeluk satu sama lain dan saling menguatkan.
namun hanya juan yang tetap duduk di tempatnya. tatapannya begitu kosong memandang ke bawah. sean yang sadar bahwa juan masih mematung di tempatnya, mulai memanggil anak itu bertanya-tanya.
"juan..?" lirihnya.
terlihat tubuh juan perlahan mulai bergemetar hebat. ketakutan membayangi kedua matanya, keringat bercucuran dari dahinya dan nafas yang terengah-engah membuat saudara-saudara nya yang melihat juan merasa bingung.
"juan, kamu kenapa?" tanya reyhan.
tak ada jawaban namun tiba-tiba saja tubuh juan ambruk ke tanah memancing kericuhan.
.
.
.
.
reyhan, dan jean yang akhirnya melihat sang dokter keluar dari ruangannya sontak bangkit dari tempat duduk mereka, dan menghampiri sang dokter untuk menanyakan kondisi juan.
"dok, gimana kondisi adik kita?" tanya reyhan penasaran yang sudah berdiri di hadapan dokter tersebut.
"kakak nya, ya?" di sahuti anggukan cepat reyhan dan jean.
"tenang saja adik kalian tidak apa-apa. hanya saja dia memiliki trauma terhadap pembunuhan dan darah, usahakan untuk tidak membiarkan adik kalian melihat kejadian-kejadian seperti itu lagi." jelas dokter.
reyhan mengangguk, "baik, dok."
"untuk sementara biarkan adik kalian sendiri dulu di dalam, ya. saya permisi dulu." dokter itu dengan cepat melenggang pergi meninggalkan dua anak bersaudara itu disana.
"baik, dok, terimakasih."
jean menghela nafas berat, dia melangkahkan kakinya menuju ke kursi tempat ia duduki tadi. ia menaruh bokongnya di kursi panjang itu lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. ia mengusap-usap wajahnya yang kembali basah karena air matanya.
reyhan menyusuli jean disana lalu duduk di sebelahnya.
"rasanya hancur banget, bang... semua ini gara-gara ayah! a-ayah jahat banget ngebunuh mama... jean benci ayah!" tutur jean di iringi dengan tangisannya.
reyhan mengelus punggung jean, "semua sama hancurnya, tapi kita gak bisa apa-apa lagi, jean... ayah memang setega itu." sahut reyhan menundukkan pandangannya dengan sorot mata kesal.
"aku gak mau ayah di penjara," reyhan terkejut, spontan dia menoleh ke arah jean dengan tatapan bingung.
"aku mau nya ayah di hukum mati dengan cara yang sama kayak ayah bunuh mama." lanjut jean melepaskan tangannya dari wajah tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven [7] Brothers
Fantasykisah pilu tujuh anak laki-laki yang mati-matian berjuang hidup dikerasnya dunia dengan saling merangkul dan mengobati masing-masing luka mereka bersama-sama. ---------------------------------------------------------------- ⚠️ Perhatian!! cerita men...