[5] akhirnya

130 8 0
                                    

—"iya, satya mau jadi anak angkat tante."

mendengar jawaban satya sontak menuai senyuman bahagia di bibir sheila. matanya mulai berair terharu karena kebahagiaan yang luar biasa akhirnya ia capai. setelah selama ini merasa stres sendiri karena tidak ikhlas kehilangan putranya, akhirnya sheila mendapat anak yang bisa membuat sheila merasa sosok mendiang putra nya masih hidup di dalam diri satya.

saya nganggapnya kamu rizal, bukan satya.

"kamu beneran mau jadi anak angkat tante, kan?" tanya sheila sekali lagi memastikan.

satya mengangguk, dengan cepat sheila memeluk satya dengan erat, "m-makasih, satya. mama senang banget kamu jadi anak mama." ungkapnya mulai menangis terharu.

satya lagi-lagi hanya mengangguk tanpa ekspresi. sesuatu seperti mengganjal hatinya, namun dia sendiri tidak tau apa itu. bukankah seharusnya satya merasa senang karena mempunyai mama angkat yang memiliki sosok persis seperti mendiang mama kandung nya?

tetapi rasanya membingung bagi satya. antara senang dan juga sedih. seperti ada sesuatu yang ingin masuk ke pikirannya namun tidak berhasil, membuat satya hanya bisa memasang ekspresi wajah kosong.

sheila melepaskan pelukannya, dia memandangi wajah satya dengan tatapan teduh nya, "satya, mulai sekarang kamu mau kan ganti nama mu? mama mau nama kamu jadi rizal."

.

.

.

.

kini daniel dan anak-anak lainnya akhirnya sampai di lahan belakang rumah sakit, mereka langsung mencari-cari keberadaan mahesa dan satya disana. namun setelah beberapa menit mereka tidak dapat menemui siapapun disana.

"bang hesa sama bang satya kemana...?" tanya sean khawatir.

"apa mungkin sudah kembali masuk kedalam, bang? tapi kita gak liat mereka." ucap jean pada reyhan.

reyhan menggeleng tegas, "gak mungkin. kalaupun mereka sudah kembali masuk pasti kita ketemu dijalan sama mereka." sahutnya.

"terus kalau mereka gak ada disini, mereka kemana?" tanya daniel.

reyhan mulai berpikir keras, dia menompang dagunya dengan tangan kanannya. semenit setelah ia merenung, akhirnya reyhan memikirkan sesuatu.

"kalau kita aja gak ketemu mereka di dalam, terus disini juga gak ada, bisa jadi mereka ada di luar kawasan rumah sakit." ungkapnya cerdas.

"benar juga, apalagi daritadi bang hesa gak kembali-kembali cari satya." lanjut jean.

"jadi bang satya hilang gitu?"tanya ricky.

"abang gak tau juga, dek."

"yasudah, kalau gitu kita masuk ke mobil aja sekalian cari mereka." usul daniel di angguki anak-anak itu.

mereka langsung pergi ke tempat mobil daniel di parkirkan. mereka menumpangi mobil tersebut kemudian pergi mencari mahesa dan satya, berharap dapat menemukan mereka berdua dalam waktu singkat.

~

"rizal...? kenapa aku harus ganti nama ku? satya gak mau!"

"loh, kenapa sayang? nama rizal itu lebih bagus daripada satya. mau ya, ganti nama jadi rizal?"

satya menggeleng cepat kemudian beranjak dari tempat ia duduk, "satya gak bakal mau ganti nama yang sudah di kasih sama mama kandung satya."

spontan tatapan lembut sheila sontak berubah menjadi marah. dia menahan tangan satya dengan sangat erat, "kamu gak boleh ngebantah mama kayak gitu!" marahnya.

"lepasin! mama kandung ku gak kasar kayak tante! aku gak mau jadi anak angkat tante! sampai kapan pun mama satya cuma satu, cuma mama ileana!" satya membrontak, dia berusaha sekuat mungkin untuk lepas dari genggaman sheila.

karena ini sudah tengah malam, maka tak ada satupun orang di taman itu yang bisa membantu di satya. namun dengan akal cerdiknya satya menggigit tangan sheila yang menggenggam nya.

"ahk!" sesuai dengan harapan, tangan sheila akhirnya melepas dari tangan satya. dengan cepat satya langsung lari terbirit-birit menjauh dari wanita gila itu.

"RIZAL!! JANGAN PERGI LAGI DARI MAMA SAYANG!" teriak sheila sembari berusaha mengejar langkah satya.

"rizal, rizal, pala lo peang." batin satya yang akhirnya berhasil keluar dari taman itu. sekarang dia kebingungan dimana ia berada, dia sama sekali tidak tau jalan kembali ke rumah sakit.

akhirnya satya hanya asal pilih jalan sesuai ingatannya tadi karena hal yang terpenting adalah dia kabur dari sheila. dia berharap semoga jalan yang ia pilih benar.

~

mahesa tak menyerah mencari satya sampai dia menemukan anak itu. mahesa berlari kesana-kemari tanpa tau jelas kemana arah dia melangkah. hingga matanya tersorot pada punggung seorang wanita yang tampak sangat kelelahan, karena penasaran mahesa pun menghampirinya.

"tante? tante kenapa?" tanya mahesa kala berdiri di depan wanita itu.

wanita itu mendongakkan kepalanya menatap mahesa, "gak papa. oh ya, kamu ada liat anak laki-laki tingginya segini, punya tahi lalat di hidungnya, terus pakai baju kaos warna hitam celana panjang warna biru?" dia menjelaskan ciri-ciri seseorang.

spontan mata mahesa melotot mendengar hal itu, ciri-ciri yang di sebutkan wanita di hadapannya persis seperti ciri-ciri satya.

mahesa menggeleng, "s-saya gak liat. memangnya dia pergi kemana?"

"kayaknya sih kesana." wanita itu menunjuk ke arah depannya.

"oh gitu ya? yaudah saya pergi dulu, ya, tante." mahesa buru-buru pamit dari wanita itu, dari berlari ke arah yang wanita itu tunjuk. mahesa yakin sekali jika ciri-ciri anak laki-laki yang di sebutkan wanita itu adalah satya.

wanita itu memperhatikan punggung mahesa yang semakin lama semakin jauh darinya, dia menaikkan sebelah alisnya bingung, "dia kenapa buru-buru gitu?" gumamnya heran.

sementara mahesa tak memberhentikan laju larinya, matanya berkeliaran memandangi sekitarnya, bisa jadi saja satya sudah tidak jauh dari nya sekarang.

"satya!!" panggil mahesa berharap di sahuti oleh sang adik.

mahesa melambatkan larinya. tidak mungkin dia tidak menemukan adiknya, firasatnya telah mengatakan bahwa ia sudah dekat dengan posisi satya, namun sampai saat ini dia tidak menemukan bahkan ujung rambut anak itu saja.

mahesa menghela nafas berat, dan beberapa detik setelahnya dia dikejutkan kala terasa seseorang menarik tangannya ke samping. mahesa menoleh dan melihat siapa yang telah berani menarik tangannya tiba-tiba.

"bang hesa!" mahesa semakin di kagetkan ketika mengetahui siapa pelakunya.

tanpa basa-basi mahesa langsung memeluk orang itu dengan sangat erat dan menenggelamkan wajahnya di pundak orang itu, "satya! akhirnya kamu ketemu juga, dek... abang setengah mati cariin kamu tau gak?!" ungkapnya.

"m-maaf bang." maaf satya seraya membalas pelukan mahesa.

"kamu ngapain sembunyi disini?" tanya mahesa ketika sadar mereka berada di sela-sela kedua bangunan, tempat yang gelap dan sempit.

"itu... satya di kejar orang gila."

"orang gila?" mahesa mengulang ucapan satya, apa mungkin tante-tante tadi yang dimaksud? batinnya menebak.

mahesa menggelengkan kepala nya cepat sambil melepaskan pelukannya, "udah yang penting kamu sudah ketemu, ayo kembali ke rumah sakit, yang lain sudah nungguin kamu." ajaknya.

satya mengangguk tapi menahan tangan mahesa yang hendak berjalan, "tapi memangnya abang tau jalan kembali ke rumah sakit?"

mahesa sontak terdiam, lalu menggeleng, "gak tau sih, tapi kita tanya orang-orang sekitar aja."

"terus kalau aku ketemu sama orang gila itu lagi gimana, bang?"

"... gak papa, ada abang."

to be continued...

Seven [7] BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang