Sudah satu minggu ini Aster memilki mood yang benar-benar naik turun, Aster pun menjadi agak kesal dengan dirinya sendiri, ia jadi sering menangis-apalagi saat David hendak pergi bekerja ke Toronto kemarin malam dan Aster tahu David akan kembali lagi minggu depan.
Di taman depan Aster tadinya sedang menanam bunga, kini ia biarkan begitu saja. Aster lebih memilih melamun dan memainkan rumput di sekitarnya.
Cuaca siang ini benar-benar sangat panas.
Saat ini bulan Juni—yang dimana kini memasuki musim panas di Canada, dan Aster melupakan hal ini. Meskipun pelipis nya mengeluarkan keringat, Aster masih asik melamun seorang diri.
Panggilan untuk Aster dari bu Hani tidak terlalu, Aster dengar.
Bu Hani melangkah sambil membawa satu payung untuk mengajak Aster masuk ke rumah—suhu panas yang membuat bu Hani khawatir pada Aster yang masih betah dengan aktivitas berdiam dirinya itu.
"Aster, ayo masuk disini terlalu panas." Ajak bu Hani.
Aster yang melamun sedikit tersentak saat mendengar suara bu Hani yang lembut di telinganya. Kemudian Aster mengangguk kecil sebagai jawaban dari ajakan Bu Hani.
Saat melangkah masuk ke dalam rumah, Aster di sambut dengan dinginnya ruangan yang membuat dirinya merasa lebih baik daripada diluar tadi.
Bu Hani sudah menyiapkan makan siang untuk mereka.
Namun Aster lebih memilih merebahkan diri di atas sopa panjang di depan televisi, Aster sangat mengantuk.
Satu gelas air putih dingin bu Hani berikan pada Aster.
"Aster, minum dulu ya." Ujar Bu Hani pada Aster yang hampir terlelap.
Aster merubah posisinya menjadi duduk, ia meminum dengan pelan air putihnya.
"Ibu, aku mau tidur saja. Aku gak mau makan. Kalo ibu mau makan, makan duluan aja ya." Ucap Aster kembali merebahkan tubuhnya. Kini Aster mencari posisi nyaman untuk tidur.
Bu Hani, hanya mengusap pelan surai lembut Aster yang panas akibat lamanya berdiam di bawah sinar matahari. Bu Hani juga khawatir Aster akan sakit, karena sejak kemari Aster tidak mau makan-Aster hanya memakan buah dan minum air putih.
. .
Di kota yang berbeda, yaitu Toronto memiliki keadaan yang cukup sibuk di dalam kantornya, para pegawai yang berada dalam gedung tinggi semuanya tampak serius.
Kunjungan yang mendadak dari pemilik perusahaan membuat mereka harus bekerja lebih ekstra dari sebelumnya.
Ketukan sepatu yang bergesekan dengan lantai yang mengkilap, membuat semua pegawai berdiri dan menunduk sopan sebagai sambutan untuk Davidson Arcello.
Suasana pada lantai sepuluh saat ini sangat tegang—entah mengapa namun semuanya seakan-akan berdiam dengan tegang saat Davidson Arcello berhenti di balik kaca pembatas antara mereka. Davidson hanya berdiam dan memperhatikan beberapa orang di sana—kemudian kembali melangkah menuju lantai lima belas.
Mereka yang menemani Davidson Arcello di belakangnya kembali memasuki lift yang tentu saja berbeda.
Davidson saat ini menaiki lift hanya dengan sekertaris nya saja.
"Beri peringatan pada wanita yang berada di lantai sepuluh tadi, untuk tidak menelepon saat jam kerja." Perintahnya. Sang sekretaris pun hanya mengangguk, ia tahu pegawai mana yang melakukan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA | Yoona
FanfictionA classic story of two humans who love each other, the universe approves but not the family. Rt.20+ Prekuel of Laut Kasih