12. Papa

26 2 0
                                    

Ini gila, sangat gila pikir Aster.

Di tengah cuaca yang panas, tepat di ruang tengah, Aster duduk dengan tegak dan menunduk. Suhu ruangan yang dingin, seperti mendukung Aster berdiam kaku.

Sudah sepuluh menit, sejak mereka duduk di sopa itu. Tidak ada pembicaraan apapun.

Aster segan, takut, dan terkejut juga pada orang dihadapan nya.

Semua orang yang tahu, pasti akan berkata bahwa ini hari yang sangat menguntungkan untuk Aster. Karena di datangi orang yang di hormati.

Aster tidak terlalu mengikuti berita-berita yang ada tentang pengusaha. Aster akan berterima kasih pada sahabatnya Ari yang selalu membicarakan satu pengusaha paling sukses di dunia, sampai Aster dan Anggun hapal betul mengenai foto dan berita-berita nya saat tahun pertama kuliah mereka.

Disinilah pengusaha sukses itu, tepat di hadapan Aster. Menatapnya dengan intens.

"Sudah berapa bulan?" Tanya seseorang dihadapannya sendiri.

Aster gelagapan, tidak tahu harus menjawab apa. Dirinya mendadak lupa tentang umur si janin. Eh, tapi beliau ini menanyakan usia janinnya bukan? Atau usia pernikahan Aster dan David? Aster bingung.

Terlalu tenggelam dengan pikirannya, Aster disadarkan oleh suara deheman dari tamu tersebut.

"E..e...e... Itu, aduh berapa? Lupa!" Bisiknya sendiri saat perkataan terakhir.

Tidak sengaja Aster menatap manik hitam legam yang tajam itu. Alisnya terangkat satu, seperti mengatakan bahwa Aster ini sangat bodoh dan aneh.

"Tuan ini minumannya. Maaf hanya ini saja, jika tuan mengabari mungkin akan saya buatkan makanan kesukaan tuan." Ucap Bu Hani di tengah ketegangan Aster. Menyimpan beberapa cemilan dan minuman di hadapan keduanya.

Bu Hani sangat akrab sekali, terdengar dari kalimat-kalimat yang dilontarkan.

Aster mengetuk kepalanya pelan. Bodoh sekali, Bu Hani ini orang kepercayaan David yang dimana pasti akan mengenal pria paruh baya dihadapan nya juga. Tapi mereka terlihat akrab... Sepertinya Bu Hani memang sudah sangat lama bekerja dengan keluarga David. Diam-diam Aster merenung, memikirkan ketidaktahuan nya tentang David.

Aster sedih.

Aster yang termenung menunduk itu, membendung air matanya sendirian, takut pecah dan menghasilkan isakan yang dapat mengganggu siapapun. Sepertinya Aster bukanlah wanita yang baik, bukanlah wanita yang diinginkan David juga... ia tidak tahu menahu tentang kehidupan suaminya itu... sampai dimana sebuah pertanyaan terlontar dari mulut pengusaha itu pada Bu Hani.

"... Is she stupid?" Dengan suara bariton nya.

Satu pertanyaan yang membuat Aster mendadak terisak sedikit keras. Membuat kedua orang yang sedang mengobrol itu teralihkan oleh isakan sedih Aster.

Apakah pengusaha itu tidak tahu bahwa Aster juga dapat mengerti bahasanya?

"Aster tenang... Ada apa?" Ujar Bu Hani yang cepat memeluk Aster dan menenangkan nya. Aster menggeleng, dan isakan itu berubah menjadi tangisan dalam pelukan Bu Hani.

Si pengusaha hanya bisa diam, terkejut dengan tangisan itu.

"Aku bukan wanita yang baik, David gak sayang aku, aku gak pantes sama David, aku, aku..." Ujaran aneh keluar dari mulut Aster yang masih meraung dan berbicara dalam dekapan Bu Hani, itu menjadikan orang dihadapan Aster tidak mengerti apa yang Aster ucapkan.

Ia hanya berfikir, kata-kata yang keluar dari mulut Aster sepertinya menyakitkan. Terlihat dari isakan nya.

Ocehan dari mulut Aster semakin menjadi, dan tidak jelas. Membuat si pengusaha tersebut sedikit kesal karena tidak dapat mengerti apa yang diucapkan Aster.

ROMANSA | YoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang