Malam harinya, Tasya memutuskan untuk keluar dari kamar rawatnya, berjalan-jalan sebentar. Selama hampir dua hari ini Tasya terus berada di dalam ruangan tersebut. Apalagi kakek dan neneknya diminta untuk tidak datang demi menjaga kesehatan mereka, tentu membuat Tasya kesepian dan bosan sendirian di sana di saat menunggu kedatangan dokter Farhan atau perawat Dina.
Tasya sengaja memilih malam hari karena pada saat itu tidak ada jam besuk pengunjung dan tentunya orang-orang yang lalu lalang di sekitar koridor rumah sakit sudah tidak ada.
Di tengah jalan-jalannya, samar-samar Tasya mendengar ada suara beberapa orang dari arah kiri setelah belokan. Tasya lantas mengintip dari sudut dinding tersebut dan melihat ada 3 orang perawat perempuan di sana. Tasya hanya mengenal satu diantara mereka, yang ternyata adalah perawat yang masuk tanpa izin siang itu.
Terlihat mereka bertiga tengah asik mengobrol.
Sebenarnya Tasya memutuskan untuk pergi dari sana, karena apa gunanya menguping pembicaraan orang lain. Tapi ternyata topik pembicaraan mereka mulai membahas tentang dirinya, Tasya pun akhirnya memilih tetap berdiri di sana mendengarkan obrolan mereka.
"Hei.. Hei... Lu tahu gak pasien anak kecil berambut pirang itu, yang katanya sembuh dari penyakit jantungnya itu. Menurut kalian aneh gak sih ?" Ucap perawat pertama.
"Aneh sih menurut gua. Selama gue belajar, baru tahu kalau penyakit itu bisa sembuh total. Apa jangan-jangan anak kecil itu bukan manusia ?" Ucap perawat kedua, diiringi suara tawa.
"Gila kamu, mana ada yang gituan. Tapi aneh sih warna rambutnya tiba-tiba ikut berubah. Mana warna pirang lagi kayak bule. Apa jangan-jangan kena santet ? Bener gak ?" Ucap perawat pertama.
"Makin ngaco deh, sini gue periksa. Mungkin aja otak loe lagi miring." Ucap perawat kedua.
"Hei... Hei... Sudahlah. Orang aneh kayak gitu kenapa kalian pikirin sih. Aneh yaa tetap aneh... Itu aja kok repot." Ucap perawat ketiga.
"Waah bener banget tuh. Cocok banget kalau disebut orang aneh. Soalnya yaa memang aneh. Kayak gak wajar gitu. Mana ada hal gituan di zaman sekarang." Ucap perawat pertama.
Tasya yang mendengar semua obrolan tersebut lantas membeku di tempat.
"Jadi, aku orang aneh yaa.. A-ku o-rang a-neh." Ucap Tasya pelan. Air matanya langsung mengalir keluar saat itu juga.
Tasya terus menyekanya, namun air matanya seolah tidak ada habisnya. Hingga Tasya memilih pasrah dan membiarkannya terus mengalir. Meski saat ini Tasya sedang menangis, namun Tasya berusaha untuk tidak menimbulkan suara agar dirinya tidak ketahuan tengah menguping pembicaraan mereka.
Tak lama, datang dua orang pria dan satu orang wanita berjalan mendekati Tasya. Matanya yang masih berair, ditambah minimnya cahaya di sana membuat Tasya tidak bisa melihat dengan jelas siapa mereka.
Wanita itu lantas menurunkan tubuhnya di depan Tasya dan membantunya membersihkan air matanya. Awalnya Tasya sempat takut karena dirinya saat ini tidak memakai penutup apapun untuk menyembunyikan warna rambutnya. Karena topi rajut pemberian dokter Farhan saat itu sudah rusak akibat ulah dokter Erika.
Wanita itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang dia bawa dan tiba-tiba langsung memasangkannya di kepala Tasya.
Tasya yang merasakannya bisa menebak kalau wanita itu memberinya semacam topi rajut yang cukup tebal karena terasa begitu lembut dan ukurannya juga sangat pas di kepalanya.
Pikirannya yang bingung hanya bisa terdiam menyaksikan tindakan wanita itu. Tasya tidak tahu apakah wanita di depannya adalah orang jahat atau bukan. Namun, kondisinya lantas berhasil membaik karena kehadiran wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
S U N S H I N E ☀️
Fantasy"......padahal... Felly sudah mendapatkan kesempatan kedua.... tapi kenapa... kenapa mereka malah tidak ada untuk Felly ?..." Ucap Felicya diiringi dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya. Felicya menangisi dirinya yang merasa tidak b...