☕☕
Jika kematian memilihku sebelum aku berlutut melamar cintamu yang tulus,
Selamatlah, engkau manusia pilihan dalam penantian,
Dalam hatiku, engkau satu satunya cinta sejati
Karena selama ini tak pernah ku jatuhkan hati ini kepada siapapun, kecuali dirimu.Dalam senyum mu, kucari ketenangan yang hakiki,
Dalam matamu, kutemukan pulau kesucian dan ke indahan.
Meski takdir memisahkan kita, tetap kan kusulam cinta ini agar tetap utuh, dan
engkau, satu-satunya dalam doaku yang terucap.Uwais_kholis
Lantunan puisi yang di lantunkan seorang gadis yang duduk di bawah pohon berwarna orange di depan rumah keluarga dengan sebuah buku di tangan nya, daun daun di pepohonan yang berwarna sama dan berjatuhan setiap saat menandakan negara tempat nya berada saat ini sedang dalam musim gugur.
Semilir angin menerpa wajah nya membuat beberapa helai rambut menutupi wajah pucat nya yang pekat.
Fiony menghela nafas kasar, ia menghentikan bacaan puisi pada buku yang sedang ia pegang karena rambut terus menutupi mata nya membuat ia hilang fokus, ia jadi menyesal tak membawa ikat rambut saat keluar rumah.
"Aiss ganggu ni rambut" Kesal Fiony sambil menutup buku ditangan nya. Kepala nya menoleh ke kiri dan ke kanan saat merasakan tak ada satupun pejalan kaki yang lewat siang ini padahal ia tahu di depan rumah kakek nya ini sering dijadikan jalan pintas.
"Ce pio" Fiony menoleh saat suara sepupu nya berteriak memanggil nama nya dari belakang punggung.
"Kenapa?"
"Handphone cece kenapa ga dibawa? Kak Ara telpon beberapa kali tadi" Kekasih Mira sekaligus sepupu Fiony itu memberi handphone kepada Fiony.
Fiony mengecek handphone nya yang ternyata benar ada panggilan tak terjawab dari sahabat kecil nya itu sedari tadi.
"Malah ga di angkat" Gumam Fiony saat menelpon balik namun tidak di angkat oleh pemilik nomor.
"Sibuk kali, kan hari ini kata kak Mira mereka bakal pulang ke LA" Fiony mengangguk membenarkan. Mungkin juga Ara sedang menghabiskan waktu berdua dengan Shani sebelum berpisah jauh. Ah ia jadi sesak membayangkan nya.
Hening
Fiony menoleh menatap wajah sepupu nya dengan lekat
"Kenapa ce?"
"Kamu kok mau sama Mira?" Pertanyaan itu sontak membuat gadis yang lebih muda dari Fiony itu terkekeh kecil.
"Tanya aja terus pertanyaan yang sama ce setiap tahun nya, jawaban nya tetap sama ga ada alasan. Sama kaya cece apa alasan ce pio jatuh cinta terus menerus sama kak Ara dari umur tujuh tahun sampai cece sebesar sekarang?"
☕☕
Setelah semua keluarga sarapan bersama di meja makan di kediaman keluarga Shani. Saat ini keluarga Ara sibuk di dalam kamar masing masing untuk packing karena siang nanti mereka akan kembali lagi ke Amerika. Namun tidak dengan Ara yang hanya berjemur dengan santai di halaman belakang rumah dengan Shani yang menemani nya, ia sendiri sudah packing dibantu oleh Shani kemarin malam sebelum mereka berdua terlelap sebab sudah menjadwalkan jika hari ini mereka ingin menghabiskan waktu sebelum Ara kembali pulang jadi tidak disibukan dengan urusan lain sedari pagi.
Semilir angin pagi menuju siang menerpa wajah Ara membuat Ara tersenyum tipis merasakan kesejukan di pagi hari
"Yok masuk yok, udah mulai panas ni" Ara melirik Shani yang duduk di dekat nya mendengar keluhan gadis itu. Ia tadi melarang Shani untuk ikut berjemur karena idol cadel itu ingin membawa payung dengan alasan tak mau hitam sebab dia idol namun juga tak ingin membiarkan Ara sendiri di halaman belakang.