"Ayo sayang aku udah siap"Ara yang tengah duduk di sofa mendongak, menatap penampilan Shani yang malam ini mengenakan dress warna hitam dengan punggung dan bahu yang terekspos.
Pipi Shani tersipu malu melihat Ara yang tak berkedip menatap dirinya. "Jangan gitu Ra aku malu" Shani menunduk dengan kedua pipi yang sudah memerah.
"Habisnya kamu cantik" puji Ara Masi betah menatap Wajah Shani dengan lekat membuat kedua pipi Shani semakin memerah mendengar kalimat pujian Ara yang jarang sekali memujinya.
Ara tersenyum melihat hal itu, ia berangsur berdiri dari tempat duduk lalu membawa Shani keluar dari dalam rumah dengan tangan yang saling bertaut.
Mereka berdua masuk kedalam mobil yang sudah ada Al duduk di samping kemudi mobil dan mulai meninggalkan kawasan rumah menuju tempat acara dinner alver tv diadakan.
Shani menatap langit Jakarta dari kaca jendela mobil yang sepertinya akan turun hujan terlihat dari hawa dingin yang menusuk kulit dan angin yang tak seperti biasanya.
Saat ini mereka berada didalam perjalanan menuju Mall di FX Sudirman tempat diamana tertater grub Shani berada, idol itu tak bisa berangkat bersama barista barbar ke acara gala dinner selain karena disana banyak camera media juga karena sudah dijadwalkan oleh manajer mereka bahwa bahwa member yang ikut perform disana harus pergi bersama.
"Ra menurut kamu siapa yang paling sakit diantara hujan, langit dan bumi?" Shani beralih menatap wajah Ara lekat yang tengah memainkan tab di pangkuan nya.
"Sama sama sakit"
"Kok sama sama sakit?" Shani sedikit bingung dengan respon Ara. "Tapi langit seharusnya yang paling sakit kan Ra, soal nya hujan memperlakukan dia layak nya rumah, mengatakan jika dia cinta terakhir nya, tapi waktu langit mulai jatuh kepadanya hujan malah berkhianat, hujan malah jatuh ke pelukan bumi iyakan?".
Ara langsung menoleh menatap Shani mendengar penjelasan tunangan nya. Ara menatap kedua mata Shani lekat sebelum membalas lalu mengangguk pelan. "Ya langit kehilangan rumah nya, tapi kamu harus tahu apa yang di ucapkan oleh langit sebelum dia jatuh Shan"
"Apa?"
"Bagaimana pun kamu tetap rumah ku, bumi aku akan pasti tetap kembali padamu cepat atau lambat, selalu tunggu aku ya aku akan ada saat nya kita bertemu kembali"
"Jadi bumi ternyata yang lebih sakit sayang?" Tanya Shani lagi membalas tatapan mata Ara
"Bumi memang sakit Shan, ketika bumi mulai membuka hatinya untuk orang baru, menyambutnya dengan penuh kehangatan, ternyata hujan hanya menjadikan nya rumah singggah. Menjadikan dia pelabuhan sementara, sebelum kembali pada langit, tapi di sisi lain hujan juga sakit Shan" Ara tersenyum tipis, ia menyatukan jemari mereka dan mempererat genggaman pada jemari Shani
"Kenapa sakit?"
"Karena saat hujan kembali menepati janji nya pada langit, tanpa dia sadari ternyata bukan hujan yang langit inginkan sebenarnya melainkan pelangi, langit menjadikan hujan sebagai pelantara supaya langit bisa bertemu dengan cinta nya. Pelangi."
Perkataan Ara barusan sepertinya hanya ia sendiri yang benar benar mengerti sedangkan Shani benar benar menganggap tentang bumi, langit dan hujan.
"Aku pernah baca tulisan itu dari penulis Kara"
"Tapi enak benget jadi pelangi, tinggal ambil bahagia nya aja" Ara terkekeh mendengar balasan Shani.
"Enggak juga, dia sama langit cuma sebentar sama kayak hujan. dan setiap hujan pergi pelangi belum tentu ada"
"Definisi ga ada yang benar bahagia dalam kehidupan ini. kita hanya menerima dan ikhlas dalam menjalani alur kehidupan. keihklasan itu yg akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan"