PROLOG

1.4K 85 1
                                    

Assalamualaikum readers. Alhamdulillah saya dapat membuat cerita ke dua saya.

____________________________

Suara brrankar yang sedang menyusuri lorong rumah sakit itu si penuhi dengan kesedihan.

Sebab, seorang wanita paruh baya tengah terbaring lemah di atas brrankar dengan kepala yang berlumuran darah karena kecelakaan.

"Bunda harus kuat dan bertahan ya, demi Ara sama Abang," ujar seorang gadis berambut panjang dan berponi di sela tangisnya.

Gadis tersebut bernama NADARA VALLENCHIA OCHANA. Gadis yang kerap dipanggil Ara atau Adara.

Kemudian dokter membawa brrankar tersebut ke dalam ruang UGD.

Sekian lama menunggu, akhirnya dokter pun keluar dari ruangan tersebut.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?" Tanya seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah Ayah Adara.

"Iya, bagaimana keadaan bunda saya, dok?" Tanya kakak Adara yang bernama ARRAHSYA PUTRA PERMANA.

"Bunda saya baik-baik aja, kan, dok?" Adara bertanya.

Dokter pun menghembuskan nafas.
"Maaf pak, kamu dari pihak rumah sakit sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong Istri anda, namun tuhan berkehendak lain. Istri anda telah meninggal dunia, karena kecelakaan. Lalu terjadi benturan yang cukup keras dan mengakibatkan pendarahan yang hebat di kepalanya," ujar dokter tersebut.

DEG!!!

Bak di sambar petir. Adara, Rahsya, dan Ayahnya langsung meneteskan air matanya dan bergegas masuk ke dalam ruangan tersebut.

Terlihat seorang wanita tengah terbaring di atas brrankar dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya.

Kemudian Adara pun membuka kain putih tersebut dan terlihat wajah bundanya yang pucat.

"Ini bukan bunda, kan?" Tanya Adara sambil meneteskan air matanya.

"Ini bunda, sayang. Kamu harus terima, kalo bunda udah gak ada," ujar Fatir, ayahnya yang juga meneteskan air matanya.

"Iya dek, kamu harus terima kalo bunda udah gak ada," ucap Rahsya sambil mengelus-elus pundak adiknya untuk menenangkannya.

"Gak, bunda masih hidup, bunda belum meninggal." Ucap Adara.

Kemudian Adara pun langsung memeluk tubuh ibundanya. Begitu pun dengan Rahsya dan Fatir, ayahnya.

*******

Proses pemakaman pun telah selesai. Orang-orang yang melayat pun sudah pulang.

Di pemakaman, kini hanya tersisa Adara, Rahsya, dan Ayahnya.

Terlihat Adara yang berjongkok di samping makam ibunya. Begitu pun dengan Rahsya dan Ayahnya. Ia tak henti-hentinya meneteskan air matanya sembari melihat ke nisan ibunya.

"Dek..., Kita pulang, yuk. Udah sore," ucap Rahsya.

"Nggak mau. Ara mau disini, Ara mau temenin bunda." Jawabnya, yang masih setia memandangi nisan ibunya sembari meneteskan air matanya.

"Ara, pulang yuk, udah sore. Kasihan bunda, biar istirahat." Ujar Fatir.

Akhirnya Adara pun luluh dengan ucapan Fatir, ayahnya.

"Bunda. Ara, Abang, sama Ayah pulang dulu, ya. Bunda disini tidur yang nyenyak sama istirahat yang tenang. Ara akan selalu jenguk kin bunda." Ucap Adara sambil mengelus-elus nisan ibunya. Lalu ia mencium nisan ibunya, kemudian ia berjalan meninggalkan makam ibunya bersama dengan Rahsya dan Ayahnya.

**********

Sesampainya di rumah, Adara pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan ia langsung menidurkan tubuhnya dia tas kasur lalu ia terlelap.

Di satu sisi, kini Rahsya dan Ayahnya tengah berada di meja makan.

"Sya, sana panggilin Ara. Suruh ke bawah, buat makan." Ujar Fatir.

"Iya, yah." Jawabnya.

Kemudian Rahsya berjalan menuju ke kamar Adara.

Sesampainya di depan pintu kamar Adara, Rahsya langsung mengetuk pintunya.

Tok tok tok

"Dek, turun yuk, makan. Ayah udah nungguin di bawah," ujar Rahsya. Namun tak ada jawaban dari Adara.

Rahsya yang merasa tak ada jawaban dari Adara pun langsung masuk ke dalam kamar Adara.

"Dek..." Panggil Rahsya sambil berjalan mendekati ranjang Adara.

"Tidur ternyata. Ya udah, deh, gak usah bangunin aja." Ucap Rahsya.

Lalu Rahsya berjalan keluar dari kamar Adara dan menuju ke ruang makan.

Sesampainya Rahsya di ruang makan, Fatir pun bertanya kepada Rahsya.

"Loh, sya. Ara mana?" Tanyanya.

"Ara tadi tidur, kayaknya kecapekan deh." Jawab Rahsya.

"Ya udah, gak usah di bangunin. Biarin aja, biar istirahat." Ucap Fatir yang di angguki Rahsya.

Gimana prolognya, seru gak nih????

Maaf kalo banyak typo soalnya masih penulis pemula. Jangan lupa follow, vote, and komen.
 

JATUKRAMA (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang