Bab 7 - Sakit dan Pengakuan Gibran

1.1K 96 5
                                    


Haii gays! I'm back.

Maaf banget update nya lama soalnya dari kemarin-kemarin aku mau update nggak bisa. Sekali lagi aku minta maaf karena udah buat kalian nunggu lama.



Pagi hari pun tiba. Gibran bangun lebih dulu daripada Adara.

"Emm..." Lenguhnya.

"Kok gue disini? Bukannya tadi malem gue... Ah udah lah, lupain aja," ujar Gibran.

Saat Gibran ingin ke kamar mandi, ia tak sengaja menangkap sosok Adara yang tertidur di sofa. Adara terlihat kedinginan. Pasalnya Adara semalam tidur tidak memakai selimut.

Gibran menghampiri Adara yang tidur di sofa. Lalu ia memegang dahi Adara.

"Kok panas?" Tanyanya sendiri.

"Dar, badan Lo panas banget," ucap Gibran.

Adara pun membuka matanya. Ia merasakan pusing di kepalanya.

"G-gib..."

Tak menunggu lama, Gibran pun menggendong Adara ke kasur.

"Bentar gue ambilin kompressan dulu," ucap Gibran lalu pergi mengambil air hangat dan handuk untuk mengompres Adara.

Setelah Gibran mengompres Adara ia ingin ke kamar mandi. Namun, Adara menarik tangan Gibran. Gibran pun refleks menoleh.

"Disini aja, jangan kemana-mana." Ucap Adara dengan mata tertutup.

"Iya."

Gibran yang merasa Adara sudah tertidur pulas pun turun ke bawah menuju ke dapur untuk membuatkan bubur Adara.

Setelah kurang lebih 35 menit Gibran di dapur, akhirnya bubur buatannya pun jadi, kemudian ia membawanya ke kamar.

"Dar..." Panggil Gibran dengan lembut.
Adara pun membuka matanya.

"Makan, yuk," ucap Gibran.
Lalu Adara merubah posisinya menjadi duduk.

Kemudian Gibran menyuapi Adara sedikit demi sedikit.

Namun, saat pertengahan makan, Adara merasa mual, ia pun segera berlari ke kamar mandi.
Gibran pun juga ikut ke kamar mandi.

"Uwek... Uwekk..." Gibran memijit tengkuk Adara.

"Uwek..."

"Uwekk... Uwek..."

"Gimana, udah mendingan?" Tanya Gibran. Adara mengangguk.

"Udah, istirahat lagi," ucap Gibran.

"Tapi temenin," pinta Adara, Gibran hanya mengangguk.

Tak butuh waktu lama, Adara tertidur. Gibran yang melihat Adara sudah tertidur pun ikut tertidur di samping Adara.

Pada pukul 13.06 WIB Gibran terbangun dari tidurnya.
Ia melihat ke samping terlihat Adara yang masih tertidur dengan wajah pucat.

Kemudian Gibran pergi ke kamar mandi.

$$$$$$$$

Malam hari pun tiba. Keadaan Adara kini semakin membaik, walaupun kepalanya masih agak pusing.

Ia sedang menunggu Gibran yang sedang membeli martabak manis yang ia mau. Adara sedang duduk di depan televisi. Ia sedang menonton Drakor.

Ceklek...

Gibran pulang membawa martabak manis yang ia bawa di tangannya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Adara tersenyum melihat Gibran datang membawa martabak manis." Makasih, suamiku,"

Gibran yang mendengar Adara berkata seperti itu pun tersenyum, "Jadi gue udah di anggep suami, Lo, nih?"

"Ng-nggak. Siapa juga yang nganggep Lo suami gue," ucap Adara kemudian melahap martabak nya.

Deg!

Entah mengapa dada Gibran terasa sesak setelah mendengar ucapan Adara.

"Gue ke kamar dulu," ucap Gibran kemudian pergi ke kamar.

"Apa omongan gue nyakitin hati Gibran, ya." Monolognya.

Kemudian Adara pergi ke kamar.

Sesampainya di kamaria langsung duduk di sebelah Gibran.

"Gib..."

Gibran menoleh, "Kenapa?"

"Maaf, ya. Omongan gue yang tadi nyakitin hati, Lo." Ujar Adara.

"Iya, gapapa. Ini juga kan perjodohan, jadi kalo Lo nggak suka sama gue juga gapapa," jawab Gibran.

"Tapi.... Jujur gue suka sama Lo sejak di UKS kemarin." Lanjut Gibran.

Kemudian Adara menatap Gibran, Gibran juga menatap Adara, dan sekarang Maya merek berdua bertemu.

Detik selanjutnya Adara memeluk Gibran, air matanya tak terbendung.

"Gue, hiks hiks, juga suka hiks hiks sama Lo hiks hiks."

Gibran melepas pelukannya, "Hey, kok nangis sih?"

" Jangan nangis dong. Nanti cantiknya ilang, loh," lanjut Gibran.

"Berarti gue udah nggak cantik, dong!"

bersambung...

Jangan lupa bintangnya 🌟 biar aku tambah semangat buat ceritanya.

JATUKRAMA (GIDARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang