37. Safir

64 14 13
                                    

"Kau mengingatnya?"

Anak yang baru siuman dari sakitnya itu mengerutkan kening, wajahnya masih nampak pucat. "Ingat apa?"

"Orang yang menyerangmu."

Ia tidak segera menjawab membuat Ritz sedikit membungkuk lalu menempelkan tangannya pada salah satu sisi pipi lawan bicaranya.

"Aku tahu, kau tidak sepenuhnya lupa."

Terdengar helaan napas cukup berat yang keluar dari mulut anak kecil tersebut.

"Aku tidak ingin paman dan kau menghukumnya. Kau tahu? Dia hanya tinggal sendirian. Setidaknya, aku ingin mencari tahu, mengapa dia melakukannya?"

"Saat aku berpikir ingin marah, tetapi dia tetap melindungiku."

"Apakah diamku adalah benar, Ritz?"

Mata Ritz terbuka saat ketukan pintu terakhir hinggap sampai ke pendengaran dan alam bawah sadarnya.

"Siapa?"

"Aku."

Ritz tertawa pelan, Cate dengan percaya diri hanya menjawab pertanyaan Ritz dengan kata aku. Pintu itu terbuka tanpa menunggu konfirmasi dari sang pemilik ruangan.

"Apakah Dave berhasil menanamkan sopan santun kepadamu, Cate?

"Diamlah! Dave bukan segalanya untukku. Aku mengetuk pintu karena beberapa warga melihatku berjalan ke ruangan tuan muda mereka. Lagipula, kau tidak butuh sikap hormat dariku, 'kan?

Perempuan itu menyilangkan kakinya di hadapan Ritz begitu ia menduduki salah satu kursi yang tersedia. Ritz menanggapinya dengan kekehan kecil. Ia memahami maksud Cate, mereka itu dekat sejak kecil. Meski para guardian memasang tembok pembatas, Cate sama sekali tidak berhubungan dengan hal tersebut. Mereka murni dekat karena pertemanan yang telah terjalin sejak kecil.

"Kau terlihat kusut, memikirkan apa?"

"Hanya beberapa puzzle yang mulai terpecahka."

"Oh, kalau begitu aku tidak perlu membantu, kau lebih profesional."

"Ada apa, Cate?"

"Hm?"

"Kenapa kau mendatangiku?"

"Memangnya kau melarangku untuk datang?"

Ritz menggeleng, "Kau tahu, bukan itu maksudku. Ada apa?"

Perubahan raut wajah Cate yang semula tampak tidak peduli dengan Ritz berubah menjadi raut sendu yang sering Ritz lihat saat gadis itu memiliki kekhawatiran.

"Dania?"

Cate mengangguk, "Penyihir itu berhasil menangani racun paling mematikan. Dia ... menyeramkan."

Yang Cate maksud adalah penanganan metafuruwa yang berhasil dipadamkan oleh Dania dalam waktu setengah hari. Dania berhasil membuat decak kagum itu terdengar dari suku Niraya. Cate tidak iri terhadapnya, melainkan takut?

"Dania memang telah menyiapkannya, dan dia hebat tentang medis."

"Dan kau—" Ritz melirik Cate yang terlihat gusar di kursinya. "Kau juga memiliki kekuatan yang tidak kalah menarik dari Dania. Kalian sama-sama memiliki keahlian khusus."

"Aku tidak merasa seperti itu, Ritz. Kalian bahkan sering menghadapi berbagai monster yang menyebabkan kehancuran. Selain medis, Dania sangat lihai berduel di lapangan dengan tangan kosong. Sedangkan aku? Aku harus ikut mendapatkan penjagaan dari kalian, bukan membantu."

"Aku membutuhkan kekuatanmu, Dania. Aku selalu membutuhkannya. Kau tahu? Keahlianmu tidak dimiliki oleh sembarang orang. Jika orang lain berhasil mendapatkan orang sepertimu di sisinya, mereka akan mencoba meruntuhkan Eleusina."

EVANDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang