17. Regret

179 74 24
                                    

Jika maaf mampu menyelesaikan segalanya, untuk apa ada aturan dan hukuman?

***


Beberapa tahun yang lalu, Eleusina.

Dania Schemidt, Seorang gadis kecil nan lugu, yang tumbuh dalam lingkungan keluarga bangsawan. Ayah dan Ibunya adalah salah satu petinggi kota Eleusina yang dihormati oleh penduduk Eleusina beserta staf lain yang bekerja untuk pemerintahan.

Peraturan ketat yang mengikat setiap gerak-gerik dalam hidupnya telah menjadi gaya hidup yang harus Dania jalani. Ya, ia terikat dengan sejuta peraturan yang berada dalam lingkup keluarganya sendiri.

Semua hal dibatasi, termasuk lingkup pertemanan. Tuntutan dan perintah selalu membayanginya setiap detik. Membuat Dania menjadi pribadi yang tertutup.

Jadwal monoton selalu ia jalani tiap harinya. Belajar, belajar dan belajar. Ia dilatih untuk menjadi seorang putri bangsawan berkualitas sejak dini. Orang tuanya sangat ingin Dania menjadi salah satu kandidat untuk menjadi calon pendamping pewaris Evander.

Calon pendamping katanya?

Bahkan Dania tidak tahu menau, siapa dia dan bagaimana rupa sang pewaris itu. Hingga suatu waktu, sang ayah mengajak Dania pergi ke Mansion utama Evander.

Tuan Schemidt dengan gagah memasuki mansion tanpa keraguan menggandeng sang putri yang disambut oleh beberapa staf di bawah kepemimpina Evander yang juga mengenal dirinya.

Mansion Evander terlihat begitu megah dan besar. Dan hal yang paling mengejutkan Dania adalah Mansion ini tidak bisa dilihat jika sang tuan rumah tidak mengizinkan.

Ia masuk dengan santun layaknya seorang bangsawan yang profesional. Sang ayah mulai disibukkan dengan perbincangannya dengan beberapa petinggi lain disana, melupakan Dania yang sedang berdiri di dekat sebuah figura besar.

Dania menatap figura besar itu, disana tertulis Albert Noire Evander. Tentu saja nama itu tidak asing di kepala Dania. Beliau adalah Evander pertama, sang penguasa yang mampu menaklukkan penguasa lain dengan kekuatan dan kecerdasannya.

Dania tahu jika keluarga Evander sangat terkenal dengan kecerdasan dan parasnya. Ia membaca beberapa review di perpustakaan pribadinya. Ia ingin tahu bagaimana sosok calon suami masa depan Dania.

DUGG!

BRAK!

Ia tersentak dan membalikkan badan. Dania melihat dua anak sebaya dengannya tengah bermain cukup gaduh di balkon sebelah utara. Ia melangkah mendekat merasa tertarik. Saat ia mendekat, ternyata bukan hanya ada dua orang saja di sana. Masih ada tiga anak lain yang terduduk dengan tenang melihat pertikaian kedua anak yang membuat suara gaduh yang tadi Dania lihat.

Satu di antaranya adalah seorang perempuan, dua yang lainnya adalah laki-laki. Entah mengapa ia tertarik memandang seorang anak laki-laki yang duduk bersandar di sofa. Pria itu mengawasi pertikaian dalam diam meski terlihat cuek dan tidak memperhatikan. Tanpa sadar senyum terukir begitu saja di bibir mungilnya. Untuk pertama kalinya, ia memiliki keinginan untuk berteman.

Setelah waktu berlalu, hampir setiap hari Dania merengek selalu ikut dengan ayahnya jika akan mendatangi mansion Evander. Ketika ia sampai di sana, ia hanya akan memandang kebersamaan dari kelima sahabat itu. Dania tidak berani mendekat. Ia rasa aura mereka begitu sulit untuk didekati. Jadi, ia hanya bisa berdiri di sudut yang tak seorangpun akan menyadari keberadaannya, hanya untuk memandang laki-laki itu, Evander muda Ritz.

Namun ternyata Dania salah besar. Ia mengira sudah menyembunyikan diri dengan baik agar bisa memantau mereka dari kejauhan. Ritz itu tidak bodoh. Ia menyadari kehadiran Dania sejak hari pertama anak perempuan itu menginjakkan kakinya di mansion Evander.

EVANDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang