24. Legenda Benang Merah

89 18 13
                                    

Short scene

Benang Merah

***

Xander berjalan di antara pematang perkebunan yang ditumbuhi oleh rerumputan tinggi sampai menghalangi langkahnya menuju pintu masuk kota yang selalu dipuja akan keindahan dan keajaibannya di dunia.

Eleusina, tempat yang dijadikan target berbagai pemerintahan dari Kerajaan untuk dapat bekerja sama karena sumber alam dan ke misteriusannya.

"Kenapa kau terlihat tertawa sepanjang perjalanan, Xander? Menggelikan," kata salah seorang pria yang terlihat seumuran dengan Xander. Pria itu mengenakan pakaian seorang panglima terlihat dari atribut yang ia kenakan.

"Hanya menemukan sesuatu yang menarik di kota ini," jawab Xander pelan.

Rubby Joanna hanya mengendikan bahu tidak mengerti apa saja yang bisa membuat pria batu itu mengulum senyum.

"Bukankah kota ini aneh, Xander? Setiap kali datang ke tempat ini, kita tidak pernah melihat pintu gerbangnya secara nyata."

"Bukankah itu yang membuat Eleusina menarik? Banyak yang menginginkan kota ini."

"Kau termasuk di dalamnya?" tanya Rubby merasa penasaran. Sebagai salah seorang pewaris kerajaan terkuat, Xander harus memperbanyak pengalaman dalam menundukkan sebuah wilayah.

"Tidak. Aku tidak tertarik untuk melawan negeri ini."

"Hah? Seperti bukan dirimu saja," kata Rubby merasa heran. "Kenapa tidak mau?"

"Kita tak cukup memiliki kekuatan untuk melawan Eleusina. Baru menyalakan genderang perang, kerajaan akan menjadi abu."

"Apakah kota ini semenyeramkan itu?"

"Legenda yang mereka miliki bukan merupakan hal yang tidak diketahui. Justru, mereka menyebarkan hal tersebut agar negeri ini semakin ditakuti. Cobalah untuk membuat masalah, Rubby. Tamat nyawamu."

"Tapi kalau begitu, bukankah negeri ini sangat potensial untuk kita jadikan target kekuasaan? Hal yang akan menjadi bekalmu saat menduduki tahta."

Xander tertawa pelan. "Apa yang kau harapkan dari posisiku, Rubby?"

"Tentu saja kau harus mempertahankan tahtamu. Meski banyak yang tak menginginkannya, kau harus tetap maju. Kau adalah pangeran mahkota yang sah. Menurutku, jika kita mendapatkan Eleusina, mereka pasti akan tunduk padamu."

"Mm?" Xander terlihat berpikir sejenak membuat teman sekaligus petugas yang mengawalnya ke Eleusina itu menunggu dengan tidak sabar.

"Mungkin tidak dengan peperangan."

"Maksudmu?"

"Aku tidak bilang tak tertarik untuk memiliki negeri ini."

"Lalu?"

Xander kembali terkekeh pelan. Ia menutup sebuah surat yang baru saja dikirimkan oleh sang ayah untuk pertemuan besok. "Jalur pernikahan ... mungkin?"

Rubby meringis pelan mendengar jawaban Xander yang tidak biasa. Orang yang selalu anti membahas masalah ikatan malah mengedepankan pernikahan untuk menundukkan suatu wilayah.

"Jangan bercanda, Xander. Kau bahkan selalu menghindar jika mendengar perjodohanmu beberapa minggu terakhir."

"Itu tidak beralasan. Kali ini tujuanku sangat kuat, Rubby."

"Kau akan menikah dengan siapa? Seingatku tuan Evander tidak memiliki anak perempuan. Ah, ada!"

Rubby terlihat berpikir keras ketika mengingat namanya.

EVANDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang