CHAPTER 1

1.6K 92 1
                                    

Namaku Esha, aku pendiri toko bunga yang letaknya tepat di pinggir jalan. Setiap hari tokoku menjajakan sebuket atau setangkai bunga yang disusun secara rapih dan indah dengan paduan kertas bermanik-manik dan pita warna-warni. Bunga-bunga yang ku jual tak ku beli dari distributor, melainkan dari taman bunga di halaman rumahku yang sengaja ku jadikan sebagai lahan bahan. Setelah dikemas, bunga-bunga itu dipajang di etalase kaca, ada sebagian yang sengaja pula ku letakkan di luar toko. Yah, begitulah toko bungaku.

Dan juga, aku tak hanya menjual bunga, di toko ini pula aku membuat kafe kecil-kecilan, yang hanya jadi pemanis toko saja. Tapi, kadang itu menguntungkan, setiap orang yang datang untuk membeli bunga, mereka akan tersihir dengan bau kopi atau coklat hangat dan dingin. Atau sebaliknya, setiap orang yang datang untuk menghabiskan waktu dengan minuman, mereka akan selalu tersihir dengan cantiknya bunga-bunga dan pulang membawanya.

Aku tak kerja sendirian, melainkan bersama 3 karyawanku yang juga teman sekolahku dulu.

"Hari ini banyak sekali bunga mawar, ku rasa lagi musimnya, ya?" Ucapku sambil membawa masuk sekeranjang bunga mawar segar yang baru saja di kirim dari rumah menggunakan mobil.

Temanku, Fawn, langsung mengambil alih keranjang yang ku bawa, "Itu karena kau sudah sembuh! Tapi, tidakkah seharusnya kau beristirahat saja hari ini?"

Aku menggeleng, "Aku sudah tak sakit, lagipula kemarin cuman demam dan flu biasa."

"Tapi sekali kau sakit walaupun cuman demam dan flu kemarin, tak ada bunga yang mekar, dan penjualan jadi menurun beberapa persen" sahut temanku yang lain, Jerrick, yang baru saja menyelesaikan bungkusan-bungkusan bunga.

"Hahah! Darimana teori gila itu berasal?" Tanyaku sambil duduk kursi bar.

"Oliver bilang!" Teriak Fawn dan Jerrick bersamaan sembari menunjuk Oliver temanku yang terakhir, yang sedang membantu menurunkan keranjang lainnya. Dia melihatku dengan tersenyum lebar dan menunjukkan dua jarinya.

Aku menghela nafas panjang, "Ada-ada saja..."

Selang beberapa jam sampai pukul 10 dini hari, aku habiskan waktu dengan ikut membantu Jerrick membungkus dan menghias bunga sampai selesai. Toko pula mulai ramai yang datang, tak hanya karena kafe, tapi juga ada yang mampir membeli bunga. Bahkan beberapa artis dan influenser yang datang, sempat berbicara padaku, lalu begitu saja pagi hari ini berlalu.

Saat aku sedang beristirahat sambil meminum cokelat panas, tiba-tiba handphoneku berdering. Ternyata ibuku menelpon, tapi mengapa? Biasanya ia tak pernah menelpon saat aku sedang bekerja.  Aku pun segera mengangkat panggilan itu.

"Halo, bu? Ada apa? Tumben ibu telpon?"

"Esha, tolong segera kamu pulang, ya? Ibu lupa memberitahumu, kalau hari ini keluarga Lorath akan ke rumah."

Aku bingung, sebab tak pernah aku mendengar nama itu sebelumnya, "Siapa mereka bu, untuk apa mereka ke rumah, dan untuk apa juga aku harus pulang?"

"Ah... Sebelumnya ibu minta maaf, karena tak mendiskusikan hal ini lebih dulu padamu."

"Oke....?"

"Yang jelas, kau akan menikah dengan anak tertua keluarga Lorath, dan sebentar lagi pertemuan keluarga akan berlangsung. Tolong, kau pulang ya? Selebihnya ibu akan jelaskan semua."

Tanpa sengaja aku menjatuhkan cangkir cokelat panasku dan pecah begitu saja. Pandanganku hilang, aku melamun membayangkan apa yang telah terjadi di balik sepengetahuanku. Aku akan menikah? Bukankah itu hal yang gila?

The Cold Hearted Husband! (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang