Esha yang masih tertidur di atas kasur, lambat laut mengerjapkan kedua matanya. Dia berbalik dan membentang tangannya ke samping, tapi dia tidak merasakan seseorang yang ia peluk semalaman. Esha pun membuka matanya, serasa sudah bangun, dia bingung karena Eiden sudah menghilang dari sana.
"Eiden...?" Panggilnya, namun orang yang dipanggil tak menjawab.
"Dimana dia?"
Setelah bersiap-siap, Esha langsung keluar dari kamar. Dia turun lewat anak tangga, dan disitulah ia menemukan Eiden tengah berbicara bersama Garren.
"Eiden, tuh, omega mu sudah bangun" Garren melirik-lirik ke belakang, mengisyaratkan Eiden. Begitu saja pria itu menoleh ke belakang, melihat Esha yang turun, dengan pakaian kasual sederhananya.
"Selamat pagi, Eiden, Garren" ucapnya menghampiri dua orang itu.
"Selamat pagi, Esha. Ya sudah, aku pergi dulu kalau begitu. Jika ada sesuatu, kirimkan aku pesan" Garren membungkuk sekali dan berpaling. Dia pergi ke arah pintu dan menghilang di balik dinding.
"Kemana Tuan Garren? Sepertinya dia buru-buru sekali" Tanya Esha.
"Kerjaan" jawabnya.
"Kenapa kau tak membangunkan ku, Eiden? Lihat sudah jam berapa, aku telat!"
Eiden menatapi Esha sejenak, lalu memberikan usapan lembut di atas kepala laki-laki itu, "Kau tidur nyenyak. Lagipula ibu belum datang, jam 9 nanti."
"Oh... Begitu..."
"Ayo sarapan" Eiden melenggang ke arah meja makan di sisi lain ruangan, sementara Esha bingung sambil mengikutinya.
"Eh, kau belum sarapan?"
"Belum."
Mereka berdua pun tiba di meja makan, yang di atasnya sudah tersusun beberapa makanan. Tanpa menunda-nunda lagi, mereka langsung sarapan di sana. Usai sarapan, Eiden pun mengajak Esha untuk keliling rumah, agar Esha semakin mengenali tempat barunya itu. Hal yang paling membuat Esha bersemangat, adalah ruang kerja Eiden.
Di dalam sana, terdapat dua lemari besar yang tinggi menjulang, berada di sudut ruangan sebelah kiri ketika masuk. Dia terus saja sibuk memandangi satu per satu buku yang tersusun di sana, sambil membaca judul-judulnya. Eiden pun tak mempermasalahkan, dia bahkan duduk memperhatikan Esha, menunggunya selesai.
Sehabis berkeliling, mereka kembali ke ruang tengah, dimana Catherine sudah tiba. Dia tak datang sendirian, melainkan bersama seluruh anggota keluarga Lorath.
"Akhirnya aku memiliki kakak ipar!" Ucap salah satu anggota keluarga Lorath yang langsung menghampiri Esha, bahkan seluruh anak-anak mengelilinginya. Karena mereka tampak terkesima, sekaligus kagum dengan rupa Esha. Mereka pun terlihat sangat senang, seperti akhirnya memiliki seorang kakak ipar.
"Ibu membawa mereka?" Eiden terdengar kecewa, dia melirik ke arah Esha cukup lama.
"Adik-adik dan keponakanmu ingin melihat omegamu. Tidak ada salahnya ibu membawa mereka 'kan?" Catherine mendudukkan dirinya sendiri di sofa tanpa menunggu Eiden mempersilahkan.
"Jadi, ada hal apa?" Eiden masih berdiri, sesekali ia melirik Esha, sesekali ia berusaha untuk fokus pada ibunya.
"Kau masih dingin seperti itu pada ibumu sendiri? Ibu hanya ingin memberitahu, kalau nanti malam seluruh keluarga Lorath akan datang, jamuan kecil-kecilan, untuk merayakan pernikahanmu" ucap Catherine.
"Untuk apa?"
"Ini 'kan tradisi keluarga. Setiap ada yang menikah, harus dibuat jamuan keluarga. Lagipula ini juga demi kebaikan Esha, biar seluruh keluarga Lorath mengenalinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Hearted Husband! (BXB)
RomanceKarena perjodohan, membuat Esha harus menyetujui pernikahannya dengan Eiden, pria berhati beku yang selalu mencoba lebih dekat dan mengenal Esha. Akankah Esha berhasil membuat Eiden luluh? Bagaimana kisah rumah tangga tanpa didasari cinta mereka? WA...