24 | four years ago

1.7K 125 29
                                    

loss can never be accepted by humans.
—with love, ssavera.

—with love, ssavera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. four years ago

Bang Heksa:
Good job, adik.

Zello menutup aplikasi chat diponselnya itu tanpa berniat membalas pesan yang baru saja sudah dibacanya.

Zello merasa resah.

Hari ini Zello tidak masuk satu mata kuliah, bukan untuk membolos, tetapi karena tak bisa meninggalkan Floryn yang badannya masih saja panas dari kemarin. Floryn hanya terlelap seharian dengan suhu tubuh yang tinggi, kadang juga tengah malam menggigil, wajah pucat dan suara yang sempat hilang karena terlalu lama berteriak sembari menangis.

Zello tak menghubungi siapa-siapa untuk memberi kabar Floryn sakit, karena Zello tahu Floryn hidup sendiri, tak ada satupun keluarga yang bisa dijumpai. Dulu ada Papa Floryn yang selalu menemani, kini Zello tak tahu lagi keberadaannya.

Sejak kuliah, Floryn memutuskan untuk tak bergantung pada siapapun, kuliah dengan mengandalkan beasiswa sementara yang tidak bisa dipertahankan karena bukan berasal dari kategori prestasi, yang akhirnya Floryn hanya mengandalkan bekerja dengan Elvara dan uang pemberian dari Zello setiap kali Floryn mengerjakan tugasnya untuk membayar semester dan kebutuhan sehari-harinya.

Dan pagi tadi Zello akhirnya memutuskan mengabari Salvio agar memberikan kabar tak enak ini pada Chiara, karena jika Zello langsung yang mengabari, sudah pasti Chiara akan mengomel dan menyebut dirinya tak becus lagi menjaga Floryn.

Atau mungkin memang benar, tak becus.

Tak layak.

Zello sudah bertahun-tahun dekat dengan Floryn, tetapi ternyata Zello tidak benar-benar mengenal Floryn. Ada banyak rahasia, luka, kejutan yang tak pernah Floryn singgung didepan Zello, membuat Zello merasa bodoh sebab telat menyadari kondisi Floryn yang sering seperti ini, kesakitan.

"Sayang, how do you feel?" Zello mengusap rambut kepala Floryn lembut.

Namun lagi-lagi tak ada respon yang Zello dapati. Floryn terus memejamkan matanya, berbaring membelakangi posisi Zello yang duduk ditepi ranjang dan diam-diam mengeluarkan setetes air mata dari mata kiri.

"Sayang," lirih Zello, sentuhan Zello ditepis Floryn.

"Do you feel better now?" Zello tak berhenti, ia meraih bahu Floryn agar sedikit saja mendapat atensi.

"Aku harus apa biar kamu mau bicara sama aku? Kamu nggak mau minum obat, makan juga dimuntahin, kamu bikin aku khawatir. Aku nggak suka lihat kamu sakit, rasanya aku pengen gantiin kamu aja biar sakitnya pindah ke aku."

Lelehan air mata Floryn kembali turun, Floryn menahan setengah mati isakannya, dada yang seperti terhimpit, sesak.

Floryn biasa pulih dengan cepat. Apapun pemicu panic attack-nya kambuh, ia akan dengan mudah restart kembali hari-harinya seperti semula, seperti tidak ada kejadian buruk yang terjadi sebelumnya. Namun kali ini, tak ada dorongan untuknya bangkit, ia merasa lelah dan kehadiran Zello sama sekali tak membantunya, justru menambah rasa sakit didada Floryn.

TACHYCARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang