Vote&Koment
Becky berjalan masuk kedalam ruangan dosen dengan sopan. Ia menemui dosen Ling lewat pemberitahuan ketua kelas. Seorang mahasiswa lagi datang dan menyapa dosen Ling lalu tersenyum pada Becky.
"Becky ini Lyn, mahasiswa senior yang mendapat beasiswa penuh dikampus ini. Jika ada yang belum dipahami kau bisa sharing pada Lyn" kata dosen Ling sambil memberikan sebuah map biru pada Becky.
"Itu beberapa syarat yang harus kau lengkapi agar bisa segera mendapat beasiswa dikampus ini Becky" jelas dosen Ling dan Becky menerima map itu dengan penuh semangat.
"Kalau begitu kami permisi professor" pamit Lyn sembari mengajak Becky untuk mengikutinya keluar dari ruangan. Di luar ruangan Becky berdeham pelan, mencairkan suasana yang terasa canggung diantara mereka.
"Oh, jadi kau benar mahasiswa pindahan dari korea selatan" ucap Lyn memulai pembicaraan pada Becky
"Iya benar, senior" respon Becky namun Lyn merespon dengan sedikit tertawa membuat Becky menatapnya aneh
"Panggilan senior terdengar aneh ditelingaku Becky" Lyn menjelaskan
"Karna sebelumnya aku tidak pernah berkumpul dengan mahasiswa junior"
"Ah begitu, jadi aku orang pertama yang memanggilmu, senior Lyn" respon Becky tersenyum senang lalu mengeluarkan ponselnya, "Boleh aku meminta nomormu senior Lyn, barangkali jika ada sesuatu yang mendadak, aku bisa menghubungimu"
"Tentu, boleh sekali" ucap Lyn dan memberikan nomornya pada Becky.
"Terimakasih senior Lyn, kalau begitu aku permisi" lalu Becky meninggalkan Lyn. Freen dan Racha menghampiri Lyn. Mereka tidak sengaja menemukan Lyn bersama Becky sebelumnya.
"Bukannya professor Ling menghubungimu tadi, lalu kenapa kau bersama mahasiswa baru itu Lyn" tanya Racha sambil mengalungkan tangannya pada pundak Lyn seperti sudah kebiasaannya.
"Betul, tadi maksud professor Ling memintaku untuk mengajak sharing pada Becky tentang beasiswa" jawab Lyn dan Freen yang mendengarnya pun hanya tersenyum sinis
"Oh.. jadi, selain dia mahasiswa pindahan dia ternyata mahasiswa pintar juga" Racha menganggukkan kepalanya
"Jangan sering dekat dekat dengan pencuri itu Lyn" sahut Freen
"Freen.. dia bukan pencuri. Ingat. dia mahasiswa baru" bela Lyn
"Mungkin Freen masih marah pada gadis itu, karna dia mengatainya gila tadi pagi" oceh Racha terkekeh keras dan Freen hanya memutar bola matanya malas.Prim menatap cermin sambil memperhatikan wajahnya yang sedang di make over oleh perias. Phi Beer sebagai manager muncul dari pantulan cermin dibelakang Prim. Wanita itu sedikit memperhatikan make up Prim.
"Apa Freen sudah membalas pesanku Phi" tanya Prim menatap Phi beer lewat cermin riasnya
"Sudah, dia akan datang menjemputmu" jawab Phi Beer. Sekilas raut senang diwajah Prim terlihat jelas. Kini perias itu pergi setelah selesei dengan tugasnya.
"Kau semangat sekali jika itu berhubungan dengan Freen" pikir phi Beer lalu memberikan ponsel milik Prim
"Benarkah? Itu.. mungkin karna dia satu satunya saudaraku. Kau tau aku tidak punya saudara kandung dan hanya Freen lah saudara sepupu yang kupunya" jelas Prim senang
"Aku mengerti dan sudah mendengar banyak darimu sebelumnya. Ah ya, jika kau ingin pergi keluar tetap waspada, karna kau model naik daun sekarang" pesan Phi Beer dan Prim segera mengangkat jempol kedua tangannya kearah wanita itu.Freen menunggu Prim bersama Racha dan Lyn dibasemant parkir. Tidak lama kemudian Freen menekan klakson saat melihat Prim keluar dari tempat studio. Prim yang mendengar pun bergegas masuk kedalam kursi samping pengemudi.
"Maaf, kalian menunggu lama" kata Prim menatap Freen dan kedua temannya
"Ah, kami hanya menunggu sebentar Phi Prim" sahut Lyn semangat
"Lihat! Phi Prim jauh lebih cantik aslinya bukan" puji Racha yang memperhatikan Prim sedari tadi sedangkan Prim hanya tersenyum sedikit malu. Freen menghiraukan mereka dan mulai mengemudikan mobil segera pergi.
Cekreekk!
Becky menekan tombol foto dilayar ponselnya setelah mendapatkan pemandangan bulan purnama malam ini. Becky menopangkan kedua tangannya dikusen jendela bawah sambil menatap kearah langit. Selama tinggal diThailand ia melakukan aktivitasnya sendiri.
Sementara ditempat lain, malam ini salju pertama turun. Seseorang sedikit berlari memasuki apartement dengan separuh wajah tenggelam didalam topi hitam. Wanita itu mengambil ponselnya diatas laci lalu mengetikkan beberapa kalimat dan mengirimnya pada nomor yang ada dalam kontak ponsel. Wanita itu kini melepas dan meletakkan syal merahnya beserta topi digantungan sudut ruangan.TING!
Sebuah balasan pesan masuk, wanita itu segera mengambil ponsel sambil mengambil ramyeon instan yang dibiarkan beberapa detik yang lalu didapur. Apartemen itu satu lantai dengan langsung menghadap dapur."Malam ini terang sekali" wanita itu membaca pesan tersebut sambil menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Yak! Tambahan kimchi" pekik wanita itu teringat dan pergi membuka kulkas untuk mengambil kotak box berisi kimchi.To putriku
"Apa kau tidak merindukan Ramyeon panas dan kimchi" Terkirim. Setelah mengirim pesan dengan foto menu makan malamnya, wanita itu segera menyeruput Ramyeon bersama kimchi penuh nikmat.Becky membuka ponselnya setelah melihat balasan pesan masuk. Ia tersenyum namun sembari mengerucutkan bibirnya kesal. Pasalnya, foto yang baru saja ia lihat didalam pesan itu sangat menggoda lidahnya.
Becky melihat jam diponsel dan menunjukkan pukul 10 malam. Ia menarik kedua tangannya kedepan untuk meregangkan otot tangannya yang cukup terasa lelah lalu segera menghampiri meja belajarnya. Beberapa menit setelah meneliti sesuatu didalam laptop ia menutup laptop beserta buku buku besar dimeja. Tidak lupa juga menutup pintu jendela dan menarik gorden putih dikamarnya.
"Semangat Becky!" Ucapnya menyemangati diri sendiri. Lalu melompat kedalam kasur untuk istirahat malam.Freen membalikkan sendok dan garpunya menandakan dirinya telah selesei makan malam. Ia sedikit melirik kearah Prim yang duduk didepannya terlihat sedang menyelesaikan makan malam. Freen mengambil ponselnya saat ponsel itu berdering memanggil.
"Apa kau tidak akan pulang lagi malam ini Freen" oceh seorang pria disebrang telpon. Freen menarik dalam napasnya
"Aku akan pulang dan sekarang aku sedang makan malam bersama phi Prim, ayah" ucap Freen menjelaskan
"Segera pulang dan ajaklah Prim menginap dirumah" pesan sang ayah dan mematikan sambungan telpon.
"Apa om mencarimu Freen" tanya Prim yang melihat raut diwajah Freen berubah kesal dan Freen mengangguk singkat
"Ayah ingin kau menginap juga dirumah phi Prim" ucap Freen pada Prim
"Okay, tidak masalah. Lagipula aku ada sesi pemotretan siang besok" respon Prim tersenyum dan Freen balas tersenyum singkat.Racha dan Lyn duduk bersebelahan dimeja makan dengan didampingi sepasang pria dan wanita dewasa yang duduk disatu meja bersama. Mereka melakukan sarapan bersama pagi ini.
"Racha, apa kau sudah memikirkan lagi bagaimana nasibmu setelah wisuda nanti" tanya sang ibu menatap putrinya
"Sudah, dan mungkin butuh biaya ibu" jawab Racha dan sang ibu meletakkan sendok makannya terdengar kesal
"Apa kau masih bersikeras ingin menjadi pengusaha Racha?"
"Benar, bahkan aku sudah mensurvey ke beberapa lokasi yang akan aku buat untuk membuka usaha nanti" kini terlihat sang ayah hanya berdeham cukup keras sembari merapikan jaz hitamnya
"Lihatlah Lyn! dia mau menjadi jaksa dan ayahmu sudah merekomendasikannya. Tidak bisakah kau mengikuti jejak ibu dengan menjadi pengacara saja?" Saran wanita itu pada putrinya namun sepertinya mustahil. Karna mereka sebagai orangtua lebih tau seberapa keras kepalanya seorang Racha. Putri mereka. Sementara Lyn yang duduk bersama mereka hanya bisa diam sambil melanjutkan sarapannya.
.
.
.BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Boom Boom Love
Roman d'amourBertabur rasa kasih sayang, cinta, rindu dan gengsi menjadi pengalaman yang tersirat didalam kehidupan.