Drtt.. Drtt.. Drtt..
Semesta.
Yah, begitulah hubungan Ranum dan Semesta setelah berganti status selama kurang lebih seminggu, orang rumah belum ada yang tahu karena Ranum sendiri masih ragu tentang kejelasan hubungannya dengan Semesta yang sampai detik ini belum mengungkap perasaan yang sebenarnyaㅡHanya sekedar mengatakan ayo, pacaran tanpa landasan alasan yang jelas tentu membuat Ranum bimbang namun tetap mengikuti alur.
Semesta dengan tingkah random mengatakan hal konyol dan Ranum dengan tingkah bodoh amat mematikan topik konyol yang dibuat Semesta.
Tidak jarang juga Semesta asal berbicara di sekolah mengatakan bahwa ia dan Ranum menjalin hubungan tapi Ranum dengan kukuh tidak mengakui apa yang diucapkan Semesta, terkadang malah memaki pemuda itu saat ditanyai teman-temannya.
Sekarang, Malam ini ralat setiap malam Ranum terganggu dengan nada dering dari benda pipihnya, "Haㅡ"
"Lama banget lo ngangkatnya, lagi ngapain sih?"
Ranum menghela nafas berat, "Ya lo kalau telpon gak penting."
"Mau penting nih? Oh, gue udah jadi salah satu kepentingan lo ya?"
Kan ngeselin, "Cepet bilang apa dah, ngantuk nih, gue matiin ya?"
"Gue kangen lo, udah."
Anak brengsek itu benar-benar mengesalkan, bukan hanya sekali dua kali mengatakan itu setiap menelpon Ranum melainkan hampir setiap hari lewat telpon, padahal setengah hari di sekolah mereka sering bertemu. Agak mengesalkan, tapi, jika panggilan itu tidak dijawab maka Semesta akan nekat menelpon telpon rumahnya, sudah terbukti karena pernah kejadian sekali dan yang mengangkat itu BubunyaㅡAlhasil Ranum diolok-olok.
"Ya ya ya, udah kan?"
"Buka pintu dong."
Ranum yang tadinya berbaring otomatis duduk karena ucapan Semesta yang terdengar konyol, tidak mungkin kan Semesta ada di depan rumahnya di saat malam mulai larut?
"Ranum, buka."
"Lo bercanda?"
"Lo turun teruㅡEh, Bubu.."
Pip
Ranum menggeleng ribut supaya pikiran konyolnya hilang, "Halo? Semesta?"
Namun, belum selesai mengecek panggilan yang sudah terputus itu, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan menampakan raut kesalㅡSemesta memasuki kamar dengan seplastik berisi box.
"Lo ngapain ke sini?!" Panik Ranum, ya panik lah tiba-tiba Semesta masuk ke kamar tanpa ada omong sekali pun.
"Lo dibilang bukain pintu malah gak nyaut, jadinya Bubu lo yang bukain pintu." Kesal Semesta berjalan masuk dan memberikan plastik berisi box kepada Ranum, "Makan ya, gue gak tahu masih anget apa gak. Tapi, kayaknya masih agak anget."
Ranum mengrejap speechlesss dengan tingkah random Semesta kali ini.
"Lo bilang ngantuk tapi baca buku novel, pembohong." Cibir Semesta melihat dua tumpuk buku novel di atas ranjang Ranum.
"Ya terserah gue dong." Saut Ranum santai membuka box roti bakar yang diberikan Semesta, bodoh amat dengan gengsinya karena roti bakar rasa keju coklat lebih menggoda.
"Pinjam buku bahasa Indonesia wajib, Ra."
"?!" Ranum menoleh cepat dan nyaris tersedak karena perkataan Semesta.
"Buku paket bahasa Indonesia wajib gue hilang, pinjam ya?" Semesta berjalan ke meja dan rak buku punya Ranum, dengan teliti ia membaca deretan daftar buku yang tersusun rapi di rak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestaraya
Short Story"Gak apa-apa gue cringe, yang penting lo bisa inget gue."