xi › Semestaraya.

96 19 2
                                    

"Setelah acara kemarin, Nakula chat lo gak?"

"Hah?" Turun dari motor yang sudah berhenti di parkiran sekolah, Ranum melongo mendengar pertanyaan Semesta, "Apa sih, kenapa tiba-tiba lo bahas Nakula?" Deliknya sembari melepaskan helm dan meletakkan helmnya di salah satu spion motor Semesta.

"Mau tau aja, kelihatannya Nakula masih naksir sama lo." Balas Semesta seadanya sembari melepaskan helm, lagipula ia bertanya hanya untuk sekedar menepis kekhawatiran yang tiba-tiba mendatanginya semalam setelah pulang dari acara, "Emang gue senggak boleh tau itu tentang hubungan lo sama Nakula?"

Ranum menghela nafas kasar lalu tanpa menjawab ia melenggang pergi meninggalkan Semesta di parkiran motor. Lain sisi, Semesta segera meletakkan helmnya di spionnya lalu mencabut kunci motornya sebelum melangkah menyusul Ranum.

"Jangan marah, gue tanya gini bukan buat ngejek lo. Tapi, gue mau tau dan ngehindarin hal-hal yang mungkin ngerusak hubungan kita." Jelas Semesta setelah langkahnya sejajar dengan langkah Ranum, "Ay?"

"Lo bukan Nakula." Balas Ranum tanpa menatap atau bahkan melirik Semesta yang berjalan di sampingnya.

"Iya, gue Semesta." Semesta memperjelas namanya.

"Yaudah, itu udah cukup bisa menjawab pertanyaan lo." Ranum berhenti melangkah lalu berbalik menghadap dan menatap Semesta yang turut berhenti melangkah, "Lo itu Semesta bukan Nakula, gue yakin lo nggak akan ngelakuin apa yang udah dilakuin Nakula, Ta."

Semesta kekeh mempertanyakan perbuatan apa yang dilakukan Nakula sampai membuat Ranum menyudahi hubungan keduanya, "Emang apa yang Nakula lakuin ke lo, Ranum.. gue mau tahu biar gue bisaㅡ"

"Gue pacar lo?"

Butuh dua detik bagi Semesta untuk mengangguki pertanyaan Ranum.

Dengan tatapan tegas Ranum menatap lamat-lamat Semesta, "Kalau lo punya temen deket yang kenal lo lebih lama daripada lo pacaran sama gue, siapa yang bakal lo utamain?"

"Lo." Jawaban spontan yang diberikan Semesta tanpa pikir panjang.

Kedua tangan Ranum di lipat di depan dada sembari melemparkan tatapan tidak yakin ke arah Semesta, "Oh ya? Gimana kalau temen deket lo itu lebih kenal baik tentang lo daripada gue?"

"Yaudah, mulai sekarang gue bakal kenalin segala hal dalam diri gue ke lo biar lo lebih tahu tentang gue daripada temen-temen gue." Penuh keyakinan, Semesta tersenyum simpul saat sudah menyadari alasan yang membuat hubungan Ranum dan Nakula kandas.

Ranum mengangguk-angguk seolah mempercayai perkataan Semesta, "Gue pegang omongan lo itu ya, Ta."

"Pegang aja, gue bakal pertahanin dan buktiin ke lo." Balas Semesta tanpa sedikitpun keraguan menantang Ranum untuk menandai perkataannya, "Gue ke kelas, ntar gue samperin waktu istirahat, ay." Semesta menepuk pelan pucuk kepala Ranum sebelum melenggang lebih dulu menuju kelasnya, meninggalkan Ranum yang berhenti melangkah di tengah koridor.

Dalam diam Ranum menatap punggung Semesta yang semakin menjauh bahkan hilang di balik dinding gedung, ia menghela nafas samar mengingat pertanyaan Semesta yang tersirat kecurigaan sekaligus kecemburuanㅡYa, Ranum sadar bahwa kemungkinan besar Semesta bertanya mengenai Nakula karena pemuda itu sudah tidak tahan menahan pikiran negatif yang menimbulkan perasaan cemburu, "Dia beneran bisa cemburu ya?"

"Siapa? Pacar kamu? Semesta ya?"

Ranum tersentak kaget mendengar sautan pertanyaan dari samping, lantas ia menoleh dan mendapati teman satu bangkunyaㅡHarel, "Menurutmu?"

"Siapa lagi kalau bukan Semesta? Pantas saja kalau semalam snapgramnya lagu galau."

"Huh, snapgram Semesta?" Kedua alis Ranum menyatu bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SemestarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang