i › Semestaraya.

364 32 12
                                    

Ditulis dan dipublikasikan untuk menggantikan buku Disease› Detak plot pasaran (mirip plot masa lalu Gallen Rasi), berlatarkan bangku kelas dua belas SMA awal semester satu.

semestaraya

⌗ Jakarta, 2024

Keributan yang terjadi di koridor SMA Natama pagi ini mengundang perhatian banyak siswa-siswi, keributan itu pun tidak luput disaksikan oleh siswa pindahan yang sedang berjalan menuju ruang Guru bersama sang kakak, Ranum Hasean dan kakaknya bernama Dallen Hasean.

"Ck, anak sekolah jaman sekarang kerjaannya nontonin hal gak jelas." Komentar Dallen.

Ranum mencibir, "Kayak gak pernah nontonin hal gak jelas aja, kak."

Sesampainya di ruang Guru, Dallen dan Ranum dipersilahkan masuk. Dallen pun langsung sedikit berbicara dengan Guru mengenai peraturan peraturan yang ada di sekolah ini kurang ketat, sok sempurna batin Ranum.

Ranum mengalihkan pandangannya dari Dallen yang sedang sibuk mengurus berkas kepindahannya, yang mana pandangannya tidak sengaja jatuh pada dua siswa yang diseret masuk ke dalam ruang guru.

Ranum menebak, kedua siswa itu pasti biang dari kericuhan di koridor tadi, ia memperhatikan bet name yang terpampang pada seragam kedua siswa itu, A. Semestaraya Rakabumi dan Jidan Aluaksa.

"Semesta! Kamu ini sudah sering keluar masuk ruang BK, apa kurang kapok? Dan kamu, Jidan? Saya tidak menyangka kalau kamu juga suka cari keributan, kamu ini anggota OSIS lho!"

"Bu, saya tidak bertengkar dengan Semesta! Dia yang tiba-tiba pukul saya yang pada dasarnya gak tahu apa-apa." Yang bernama Jidan terlihat tengah membela diri, berbeda dengan Semesta yang terlihat santai menghadapi Guru BK.

"Semesta, apa perlu saya panggilkan Ayah kamu? Ada untungnya kamu pinter jadi tidak akan di drop out dari sekolah ini." Omel Guru BK bertubi-tubi, "Tapi tetap saja kamu tidak bisa berlaku seenaknya."

Rupanya tebakan Ranum benar adanya jikalau kedua siswa itu adalah biang kericuhan di koridor tadi, selama beberapa menit pula Ranum masih bisa mendengar ocehan Guru itu dengan jelas karena suaranya lumayan keras dan juga dikarenakan tempat mereka lumayan berdekatan.

Ranum memutar bola mata malas, sebaiknya ia harus menghindari siswa-siswi yang bermasalah dan tidak berurusan dengan mereka, sebab ia hanya ingin kehidupan SMA yang tenang tanpa gangguan atau bahkan masalah.

"Apa sudah selesai, Bu?"

Suara Semesta menarik atensi Ranum yang sempat dialihkan, sepertinya sedikit tertarik untuk kembali menguping.

"Saya hanya bercanda mukul Jidan, gak ada niatan lain, kalau saya ada niat berantem ya langsung ngajak berantem Elhan." Ujar Semesta terdengar meremehkan, "Jidan-nya aja yang baperan."

Sang Guru justru terlihat meremehkan Semesta, "Yakin mau ngajak Elhan berantem? Kamu aja selalu babak belur setiap masuk BK bersama Elhan."

Seakan-akan sudah terbiasa bahkan menganggap lucu apa yang dilontarkan Guru BK, Semesta justru tertawa bukan tersinggung, "Kalau saya bisa buat Elhan babak belur, saya dapat apa?" Tanyanya dengan satu alis terangkat.

Di sisi lain, atensi Ranum masih terkunci pada pemuda bernama Semesta, bahkan perkataan Semesta membuat Ranum penasaran mengenai Siapa Elhan? Ditambah setelah mendengar Guru BK meremehkan Semesta dengan cara membandingkan pemuda itu dengan sosok bernama Elhan.

"Dek, kamu ke kelas diantar sama Guru ya? Kakak masih ada urusan sama Pak kepala sekolah." Ujar Dallen sembari menepuk pelan bahu RanumㅡIa tidak sadar saja jika telah menyentak perhatian Ranum yang sedang fokusnya memperhatikan meja sebrang.

SemestarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang